"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"
Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.
Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.
"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren
"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh
"Kejutan sekali, kenapa kamu pagi-pagi sudah ada diruangan ini dengan suamiku. Bukannya mengerjakan tugasmu?" tanya Dara dengan sedikit emosi.
Galang dan Sheila saling pandang. Tak tahu harus menjawab apa. Pasti mereka berdua sedang memikirkan jawaban yang pantas, yang bisa diterima Adara.
"Aku ke sini karena mencari kamu," jawab Sheila. Dia baru terpikirkan untuk menjawab itu saja.
"Kalau begitu kebetulan sekali. Aku juga sebenarnya ingin bertemu kamu. Aku juga ingin bicara denganmu, Mas. Ada yang ingin aku tanyakan. Aku harap kamu menjawab pertanyaanku dengan jujur. Kamu pasti tau jika aku paling benci kebohongan!" seru Adara dengan suara penuh penekanan.
Galang tampak menarik napas dalam. Dia takut apa yang dia pikirkan terjadi. Dia terlalu yakin jika istrinya tak akan pernah memeriksa keuangan atau mengetahui perselingkuhannya karena dilakukan dengan sahabatnya sendiri.
Adara meminta keduanya duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Ditangan wanita itu ada tumpukan kertas seperti laporan keuangan. Galang dan Sheila kembali saling pandang. Mereka jadi bertanya-tanya, apa yang akan wanita itu katakan.
"Mas, saat aku meminta kamu menerima Sheila bekerja di sini, tepatnya satu setengah tahun lalu, aku rasanya hanya menempatkan dia dibagian staf administrasi. Dan gaji tertinggi hanya delapan juta, bukan. Itu juga kepala stafnya'kan?" tanya Adara dengan penuh penekanan.
Galang menjawab dengan anggukan kepala saja. Dia takut jika istrinya itu mempertanyakan gaji Sheila yang mencapai lima belas juta. Bodohnya, dia langsung meminta staf keuangan mentransfer ke rekening pribadi Sheila.
Sheila yang mendengar ucapan Adara menjadi salah tingkah. Dia tampak duduk dengan gelisah.
"Sekarang aku mulai dengan pertanyaan awal, kenapa gaji Sheila mencapai lima belas juta setiap bulannya. Dan ini telah berlangsung sejak satu tahun lalu. Apa yang telah dia kerjakan sehingga gajinya setara dengan manajer di perusahaan ini?" tanya Adara mencoba menahan emosi.
Galang merasa terkejut dan gugup saat Adara menanyakan tentang gaji Sheila. Dia tidak menyangka bahwa Adara bisa mengetahui tentang hal ini secepatnya.
"Aku ... aku tidak tahu apa yang kamu maksud," Galang mencoba untuk mengelak.
Namun, Adara tidak percaya. "Jangan bohong, Mas Galang. Aku sudah tahu bahwa Sheila menerima gaji lima belas juta per bulan, padahal seharusnya hanya enam juta. Apa yang terjadi?" Adara menatap Galang dengan mata yang tajam.
Galang merasa semakin gugup dan tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. "Aku ... aku tidak sengaja ... aku pikir karena dia temanmu bisa digaji lebih," Galang mencoba untuk mencari alasan.
Tapi Adara tidak memberinya kesempatan untuk berbicara. "Aku rasa itu bukanlah alasan yang tepat. Aku ingin tahu kebenarannya, Mas Galang. Apa yang kamu lakukan dengan uang perusahaan ini?" Adara menuntut jawaban dari Galang.
Galang tak bisa menjawab. Dia hanya diam saja. Melihat pria itu tak juga membuka mulutnya setelah beberapa saat mereka berdebat, akhirnya Adara berinisiatif menanyakan pada Sheila langsung.
Adara lalu berbalik, dia menatap Sheila, mencoba menahan amarah dan rasa sakit hati. Walau dia tahu bahwa Sheila sahabatnya itu adalah wanita yang telah merebut hati suaminya, namun dia ingin tahu lebih banyak tentang gaji yang diterima Sheila.
"Sheila, aku tau kamu telah menerima gaji lima belas juta per bulan, padahal seharusnya hanya enam juta. Apa saja yang kamu lakukan sehingga pantas menerima gaji sebesar itu?" Adara menatap Sheila dengan mata yang tajam.
Sheila merasa tidak nyaman dan mencoba untuk mengelak. "Aku ... aku tidak tahu apa yang kamu maksud."
Adara tidak percaya. "Jangan bohong, Sheila. Aku ingin tahu apa yang terjadi antara kamu dan suami aku sehingga dia berani menggaji kamu sebegitu banyaknya!" Adara menekan Sheila untuk jujur.
Sheila merasa terjepit dan tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan Adara. Galang juga tampak terdiam. Sepertinya sedang berpikir jawaban yang bisa istrinya percaya.
"Adara, jika kamu memang tak terima, aku akan ganti uangnya. Aku pikir gajiku memang sebanyak itu. Jangan diperpanjang lagi. Aku akan minta Darren menggantinya!" ucap Sheila.
"Bukan hanya itu saja, aku juga melihat ada pengeluaran yang sangat besar tiga bulan lalu. Dan lagi-lagi itu masuk ke rekening pribadi Sheila. Sebenarnya ada hubungan apa antara kalian berdua?" tanya Adara dengan suara tinggi. Dia berharap kedua orang tak tahu malu itu bisa menjawab dengan jujur.
Sakit hati, pasti dia rasakan saat keduanya jujur. Tapi, itu lebih baik dari pada dia terus-terusan dibohongi.
"Apa lagi yang kamu maksud, aku tak mengerti," ucap Galang.
"Jangan pura-pura, Mas. Mana mungkin kamu tak tau. Aku sudah tanyakan pada staf keuangan dan mereka mengatakan itu semua atas perintah mu. Katakan jujur atau aku bawa masalah ini ke pengadilan. Kamu dan Sheila, bisa jadi tersangka penggelapan uang perusahaan. Dua ratus juta itu bukan jumlah yang sedikit!"
"Adara, jangan adukan pada polisi. Aku meminjam uang untuk menambah beli rumah ibuku. Kasihan selama ini dia hanya mengontrak," ucap Sheila.
Galang tampak sedikit tersenyum mendengar jawaban dari Sheila. Sepertinya setuju dengan alasan yang wanita itu berikan.
"Jika memang itu hutang, kenapa tanpa izin dariku sebagai pemilik perusahaan. Dan kamu Mas, walau kamu suamiku, jangan lupa jika ini perusahaan milikku. Semua yang dilakukan harus atas izin dariku!"
"Maaf, Adara. Aku pikir kamu pasti setuju saja meminjamkan uang buat Sheila. Bukankah dia sahabatmu. Lagi pula uang itu juga buat beli rumah untuk ibunya Sheila," ujar Galang.
Belum sempat Adara menjawab, terdengar suara pintu yang dibuka dengan paksa. Tampak Darren masuk dengan langkah kaki pasti mendekati mereka.
"Apa yang telah kamu lakukan selama satu tahun ini, Sheila?" tanya Darren.
Dari tadi dia telah mendengar semuanya di balik pintu. Suara Adara yang cukup keras, bisa didenganya dengan baik. Sehingga tahu apa saja yang menjadi bahan debatan ketiganya.
Good Andara jangan mau di injak 2 sama nenek gombel Sheila
kl mau pngsan,slakan aja....drpd mkin malu....😝😝😝