NovelToon NovelToon
Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi
Popularitas:279
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ibadurahman

Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.

Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.

Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14.

Saat Malam telah tiba. Di balkon kontrakan Yuki, Nana, Yuki, dan Yuna, duduk di lantai, menikmati udara malam yang sejuk. Setelah melewati hari yang lelah karena pertarungan. Cahaya bulan samar-samar menerangi wajah mereka. Yuna menyandarkan punggung ke dinding, menatap Nana dengan alis terangkat. “Jadi, lu mau tetap tinggal di sini?” tanyanya.

Nana mengangguk santai sambil merentangkan tubuhnya. “Iya. Gua gak mau kecolongan.”

Yuki menoleh, menatap Nana dengan tatapan bingung. “Kecolongan?”

Nana menyipitkan matanya ke arah Yuki. “Gimana kalau lu selingkuh kalau gua jauh?”

Yuki hanya terdiam, Wajahnya datar, tidak ada ekspresi.

Yuna yang mendengar itu langsung tertawa kecil. “Lu posesif amat sih jadi cewek,” godanya.

Nana mendengus pelan, "biarin".

Saat mereka asik ngobrol, tiba-tiba, Terdengar suara langkah di tangga. Mereka bertiga langsung menoleh ke arah pintu balkon. Suasana mendadak hening. Yuki menegakkan tubuhnya, bersiap kalau itu adalah musuh.

Dan saat sosok itu akhirnya muncul, Nana langsung memasang wajah kesal. Karena yang datang Ayaka Ito. Begitu melihat Ayaka, Nana langsung mengulurkan tangan dan menutup mata Yuki.

“Oi, Nana, lepasin!” protes Yuki.

Tapi Nana tetap menutupi mata Yuki dengan kedua tangannya.

“Ngapain lu ke sini?” tanyanya dingin.

Ayaka hanya tersenyum tipis. “Bisa dibilang, gua ke sini mau ngucapin selamat atas kemenangan kalian.” Nada suaranya santai, seolah tak peduli dengan tatapan membunuh Nana.

Sementara itu, Yuki masih berusaha melepas tangan Nana dari matanya. Dan saat akhirnya berhasil, Matanya melotot. Melihat Ayaka dengan pakaian yang ketat, sehingga bentuk dada dan pinggul terlihat begitu jelas. Yuki menelan ludah. Dan Nana langsung menyadari ekspresi Yuki.

PLAK!

Sebuah tinju mendarat tepat di wajah Yuki. Yuki memegang hidungnya yang perih. “Apa-apaan, Nana?!” protesnya.

Tapi Nana tidak mempedulikan Yuki. Tatapannya tajam mengarah ke Ayaka. “Pergi lu, brengsek.”

Tapi Ayaka tidak bergeming. Sebaliknya, dia malah melangkah lebih dekat ke arah Yuki. Nana langsung berdiri di depan Yuki, menghadang Ayaka. “Jangan sentuh cowok gua!” katanya sambil mendorong Ayaka mundur sedikit.

Tapi Ayaka masih tersenyum. Dia tidak tampak marah atau terganggu sama sekali. “Yuki,” katanya pelan. “Besok sore, gua tunggu di hotel kemarin.”

Setelah itu, dia berbalik dan pergi, meninggalkan keheningan di antara mereka bertiga.

Nana masih menatap punggung Ayaka dengan kesal. Lalu, dia berbalik ke Yuki dan menunjuknya tajam. “Awas aja kalau lu besok nyamperin dia.” Nada suaranya penuh ancaman.

Yuki hanya bisa menghela napas panjang.

Di samping mereka, Yuna tampak bosan. Hanya jadi kambing conge. “Gua pulang,” gumamnya sambil bangkit.

Nana langsung menoleh. “Eh, lu nginep di kamar gua, Yuna.”

Tapi Yuna menggeleng dengan malas. “Gak, gua males. Lu marah-marah terus dari tadi.”

Nana mengernyit. “Lah, gua marah sama Yuki, bukan sama elu.”

Yuna mendengus pelan. “Iya, tau. Justru karena lu marahin dia terus, gua jadi bete.” Lalu, tiba-tiba dia menunjuk Yuki. “Sebenarnya lu cinta gak sih sama dia?”

Nana dan Yuki terdiam.

“Kalau enggak, mending buat gua aja.” ucap Yuna lanjutnya.

Yuki menatap Yuna dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yuna akan bilang itu secara langsung. Yuna berbalik, bersiap untuk pergi. Tapi tiba-tiba Nana menarik tangannya, “Lu beneran suka sama Yuki?”

Yuna menatap Nana sekilas, lalu mengalihkan pandangan. “Gak.” jawab Yuna singkat, justru itu malah menunjukkan kalau jawaban sebenarnya 'iya'.

Nana menyadari itu, karna Yuna sahabatnya, ia pikir tidak apa-apa untuk berbagi yuki dengannya. “Kalau lu mau, gua pinjamkan Yuki ke lu.”

“Hoi, hoi, hoi! Emangnya gua barang?!” protes Yuki.

“Diem lu.” ucap Nana sambil melotot.

Yuki langsung menutup mulut.

Yuna tertawa kecil. “Lu yakin mau pinjemin dia ke gua?” tanyanya dengan nada menggoda.

Nana mengangguk tanpa ragu. “tapu Semalam saja.”

Yuki mendengus bingung. “Bodoh.”

Tiba-tiba Nana menarik tangan Yuki dan mendorongnya masuk ke kamar. “Eh, oi! Apa-apaan, Nana?!” teriak yuki. Nana tidak menjawab. Dia langsung menarik Yuna juga dan mendorongnya masuk ke kamar yang sama. Sebelum Yuki bisa protes lebih lanjut, PINTU DIKUNCI DARI LUAR. “Oi, Nana! Buka !!”Yuki menggedor pintu keras-keras. Tapi tidak ada jawaban. Nana sudah masuk ke kamarnya sendiri. Meninggalkan Yuki dan Yuna terjebak bersama.

Yuki menghela napas panjang, duduk bersandar di balik pintu. Ia sudah mencoba menggedor, berteriak, tapi Nana tidak merespons. Mungkin dia memang serius.

Di hadapannya, Yuna duduk diam, menatapnya tanpa berkata apa pun. Tatapan itu membuat Yuki salah tingkah. Tiba-tiba Yuna mendekat,

“Eh, Yuna? Lu mau apa?” tanya Yuki.

Yuna tidak menjawab, hanya perlahan mendekat. Jantung Yuki mulai berdebar. jarak di antara mereka semakin menipis. Hingga akhirnya, Yuna meraih kedua tangan Yuki. Dan dengan perlahan, ia menempelkan tangan itu ke pipinya. Keduanya saling tatap.

Dan saat itulah, Dengan suara lembut, Yuna berbicara. “Gua menyukai lu sejak lu pertama kali masuk ke SMA Kageyama.”

Yuki terkejut. “Eh?”

Yuna tersenyum tipis, matanya berbinar dalam cahaya redup lampu kamar. “Gua belum pernah melakukannya dengan siapapun” Suaranya terdengar lebih pelan. “...dan , gua mau memberikannya sama lu.”

Ucapan Yuna membuat Yuki tegang, tidak hanya tubuhnya, tapi sesuatu yang ada di dalam celananya juga ikut tegang. “T-Tapi Nana,,,”

Sebelum Yuki bisa menyelesaikan kalimatnya, Jari telunjuk Yuna menempel di bibirnya. “Shhh..” Suasana menjadi sunyi. “Bukannya dia sendiri yang bilang malam ini lu dipinjamkan ke gua?”

Yuki tidak bisa menjawab. Karena *memang benar. Nana sendiri yang mengatakannya.

Yuna menatap Yuki dengan penuh keyakinan.

“Atau,,, lu gak suka sama gua?” tanyanya pelan.

Yuki menelan ludah.“Eh,,,, hanya orang bodoh yang gak suka sama lu, Lu tuh cantik, imut, senyum lu juga manis, apalagi bibir tipis lu itu yang bikin siapapun tergoda, termasuk gue”

Yuna terkejut mendengar ucapan yuki, "lu jujur dengan apa yang lu katakan barusan?"

Yuki juga terkejut, karna tidak sengaja bicara begitu jujur di hadapannya. Ia menggaruk kepalanya, "iya"

Yuna tidak bisa menahan lagi, “Kalau begitu,,, ayo.”

Yuki masih ragu. “Apa Nana gak bakal marah?”

Tapi Yuna hanya tersenyum tenang , “Bukannya ini keinginan dia sendiri?”

Yuki mengalihkan pandangan. Ia merasa terjebak dalam situasi yang gila.

"Tapi,,, yuna...."

Yuna sudah merasa jengkel melihat Yuki yang masih pura-pura. "Banyak bacot lu anjir, cuma tinggal ng3w3 juga"

Yuna menariknya ke kasur. Lalu mencium Yuki dengan penuh gairah. Hingga akhirnya mereka berdua sudah tidak bisa menahannya lagi. Satu-persatu kancing piyama yuki di buka oleh Yuna, membuat jantung Yuki berdetak kencang. Yuki mulai bangkit, posisi mereka sekarang duduk saling berhadapan, Yuna berada di pangkuan Yuki, ciumanpun berlanjut. Hingga akhirnya mereka merasa sudah siap.

Yuna kini berbaring dengan kaki terbuka lebar, sementara Yuki berada diatasnya. "Arrrgghhhh" teriak Yuna tidak bisa menahan rasa sakit yang ia terima.

"Berisik anjir" ucap Yuki yang merasa hawatir teriakan Yuna di dengar oleh Nana.

"Ya elu pelan-pelan masuknya" ucap Yuna dengan mata berkaca-kaca.

Yuki mulai mencobanya lagi, kali ini sambil mencium bibir Yuna, agar Yuna tidak berteriak terlalu kencang. Yuki merasakan tubuh Yuna bergetar hebat, ketika ia berhasil.

Yuna hanya bisa merintih menahan rasa perih, ketika sebuah darah keluar darinya.

Yuki menghentikan gerakannya, menatap Yuna dengan lembut, "cuci dulu Yuna".

Yuna mengangguk, lalu bangkit dari kasur menuju kamar mandi untuk membersihkan darah yang telah keluar darinya. Begitu juga Yuki bangkit mengikutinya.

Malam itu, mereka berdua terhanyut dalam sesuatu yang terasa begitu indah.

**

Ketika pagi tiba Matahari mulai naik di ufuk timur. Dan tepat saat itu,

BRAAKKK!!

Suara keras menggema di seluruh ruangan kamar Yuki. Yuki dan Yuna tersentak bangun dari tidurnya. Di ambang pintu, Nana berdiri dengan wajah datar, tapi tatapannya tajam.

Yuki dan Yuna masih dalam posisi berpelukan di kasur. Nana menghela napas keras. “Keasikan lu, anjir.” Nada suaranya sarkastik dan dingin. “Gua bilang cuma semalam, ini sudah pagi, masih nempel aja?”

Yuki belum sepenuhnya sadar, tapi sebelum dia bisa bereaksi, Yuna bangkit lebih dulu. Dengan malas, ia mengusap wajahnya lalu menatap Nana. “Tai lu, ngagetin aja.” Dengan santai, Yuna mengambil handuk di sebelah kasur. Lalu berjalan ke kamar mandi tanpa melihat ke arah Nana.

Saat pintu kamar mandi tertutup, Nana berjalan mendekati Yuki. Yuki masih setengah tidur, matanya belum sepenuhnya terbuka. Dan tiba-tiba,

PLAK!

“Bangun, oi.” Sebuah tamparan mendarat di pipinya. Yuki langsung terbangun seutuhnya. “Apa sih, sayang?” Yuki mengusap pipinya yang memerah akibat tamparan Nana. “bukannya Hari ini kita bolos sekolah?”

"Terus kalau gak masuk sekolah, lu boleh seenaknya tidur sama Yuna sampai siang?" Ucap Nana, lalu menatap Yuki tajam. “Berapa kali sama Yuna?”

Suasana langsung berubah. Yuki terkejut mendengar pertanyaan Nana, apakah harus jujur?, namun ia takut Nana akan tambah marah, “Se-Sekali.” Yuki menelan ludah, menjawab terbata-bata.

Nana menyipitkan matanya, tidak percaya, karna waktu saat dengannya Yuki sampai kuat 5 kali. "Jujur anjir".

Yuki tau Nana tidak percaya dengan ucapannya, ia kembali menjawab, "dua kali sayang". Jawab yuki mencoba tenang agar terlihat jujur.

“Anjir, lah. Lu pikir gua bodoh” Lalu, tanpa berkata lebih lanjut, Nana menutup pintu kamar. Tanpa ragu menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Yuki, sambil melepaskan celana dalamnya, ia duduk di atas yuki.

Yuki tidak bisa menolak, langsung menarik nana kedalam pelukannya.

Beberapa saat kemudian, Yuna keluar dari kamar mandi, ia terkejut ketika melihat ke kasur, Nana dan Yuki yang sedang asik tanpa menghiraukan dirinya. "Anjir, gak malu apa, ada gua juga" ucap Yuna mencoba mengalihkan pandangannya.

"Brisik lu" ucap Nana, lalu ia menghentikan gerakannya. Matanya berbinar seakan menemukan ide. Ia menarik handuk Yuna, seketika Yuna reflek menghalangi tubuhnya dengan kedua tangan. "Eh lu gila Nana", ucapnya malu karena Yuki menatap ke arahnya.

"Ayo sini, gabung dengan gue" ucap nana menggoda. Yuki dan Yuna terkejut dengan ide gila Nana, akhirnya pagi itu mereka bertiga larut dalam nikmatnya cinta.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!