NovelToon NovelToon
Cinta Di Ujung Senja

Cinta Di Ujung Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: LaLibra

Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ngidam Kedondong

Seminggu berlalu semenjak Devan pulang ke kampung. Santi masih setia menjaga dan memenuhi semua kebutuhan Shima selama tinggal di kota. Kondisi Cello pun sudah lebih baik daripada hari - hari sebelumnya. Ia sudah mulai bisa melahap nasi meskipun masih mual dan muntah di pagi hari.

Sedangkan Kim masih tetap mengawasi kegiatan Shima setiap pagi dari kejauhan. Ia sudah mirip saja dengan penguntit. Kim selalu membuntuti Shima diam - diam saat Shima keluar bersama dengan kakak iparnya.

Semenjak mengetahui jika ia sedang hamil, Shima memang lebih sering berjalan kaki keliling kompleks ditemani oleh Santi saat pagi hari. Seperti pagi ini, Shima menghibur diri dengan mendengarkan berisiknya suasana kota yang penuh dengan lalu lalang walaupun matahari masih malu - malu menunjukkan dirinya.

Cello masih bersikap dingin pada Shima, akan tetapi Shima tak ambil pusing dengan sikap Cello padanya dan ia pun memilih abai. Meski begitu, Shima masih memenuhi semua kebutuhan Cello kecuali kebutuhan batin. Shima pun memilih fokus pada kehamilannya saja ketimbang memikirkan Cello yang semakin jauh dari prediksi cuaca mbah Du-gel.

Shima pun masih menimbang tawaran kakak iparnya.

'Haruskah bercerai dengan Cello.? Lalu bagaimana dengan bayi mereka. ?  Apa nanti ia bisa jadi orang tua tunggal.? Lalu dimana ia akan tinggal setelah ini.? '

Banyak hal yang membuat Shima ragu untuk berpisah dari Cello. Shima masih berharap jika Cello akan berubah suatu saat nanti. Naif bukan?.

Shima berhenti di depan kedai penjual bubur ayam langganannya. Ia memesan 3 porsi bubur ayam untuk dibawa pulang. Kim pun menyusul Shima masuk ke kedai dan memulai aktingnya berpura - pura tak menyadari kehadiran Shima yang duduk di bangku paling depan bersama Santi.

Sampai ketika,

"Loh Mas Kim? Mau sarapan disini juga.? "

Santi pun menoleh ke arah pandang Shima. Santi ikut tersenyum pada Kim.

Shima sekilas takjub dengan ciptaan Tuhan yang satu ini, wajahnya mulus tak bernoda dengan hidung mancung, mata sedikit sayu, Memiliki bentuk badan proporsional, dada bidang dan lesung pipit di pipi, sudah seperti idola para emak - emak di muka bumi ini.

"Iya mbak" Jawab Kim sekilas dan melirik Shima.

Shima sesekali menatap ke arah Kim yang duduk di bangku yang terpaut dua meja dari tempatnya duduk.

'Mas Kim cuek tidak seperti kemarin - kemarin sebelum mengetahui aku istri mas Cello. Tapi ...... Syukurlah. ' Batin Shima.

Kim yang menyadari saat di tatap oleh Shima,memlilih untuk pura - pura sibuk dengan gawainya. Namun sesekali, Kim mencuri pandang pada Shima.

"Mbak, habis ini cari rujak kedondong ya.! " Pinta Shima pada Santi.

"Hehehe.. Cari rujak kedondong dimana Shima.? Nanti mbak telpon mas Devan ya, biar di bawain dari kampung. Siapa tahu masih ada kedondong yang masih berbuah. Nanti kita ngerujak sama - sama."

Shima mengangguk cepat dan segera mengelap air liurnya yang hampir menetes. Sejauh ini Shima tidak pernah mual apalagi pilih - pilih makanan, tapi entah mengapa hari ini, ia sangat ingin makan rujak kedondong.

*

*

Di tempat lain, Cello sedang menyesap kopi Americano miliknya. Duduk termenung seperti menunggu seseorang. Dan benar saja, tak jauh dari tempatnya duduk, Andre datang dan disusul seseorang yang membuat jantung Cello berdebar kencang.

"Alina.? " Cicit Cello.

Cello terperangah tak percaya.

"Hai Cell". Perempuan cantik itu menyapa Cello dengan senyum manis yang terbit dari bibirnya.

Andre memilih duduk dan melihat adegan apa yang terjadi selanjutnya. Dan benar saja, Alina berhambur memeluk Cello erat, dan menangis sesenggukan.

Andre tersenyum mengejek.

" Untuk apa kamu kembali.? " Tanya Cello datar.

"Aku ada disini sekarang Cell, di hadapan kamu. Aku menyesal. "

"Lalu.? "

" Maafkan aku Cell. Aku janji setelah ini gak akan ninggalin kamu lagi. "

Andre yang duduk disebelah Cello, tersenyum sinis dan membuang muka melihat adegan konyol di depannya.

"Inget bini di rumah Cell. Lu juga ngapain Lin? Lu janji katanya mau pamit sama Cello kok malah jadi temu kangen lu.? Lu berdua emang temen gua. Tapi gua benci penghianatan. Lu cere ma laki lu kenapa lu.? Kata lu, laki lu kaya melebihi Cello.? Dan asal lu tau Lin, bini Cello di rumah juga gak kalah cantik dari lu. Lu juga jangan mau - mauan Cell, kemaren mulut lu penuh sumpah serapah buat Alina, sekarang jangan sampe iya - iya aja lu. Harga diri lu kemana.? Gua sumpahin lu, ditinggalin istri lu, trus lu bucin, gila dah lu di tinggalin."

Tutur Andre panjang lebar yang merasa gemas dengan kebodohan Cello yang diam saja saat di peluk mantan pacarnya.

"Jadi, kamu udah nikah Cell.? " Alina menatap Cello tak percaya.

Cello menatap Alina datar.

"Gak usah banyak drama lu Lin. Kaya lu yang masih per*wan aja lu. Dah lah Cell, gak usah hubungin gua lagi." Andre beranjak pergi meninggalkan Cello.

Cello yang tersadar, segera menyusul Andre.

"Ndre, tunggu gua Ndre" Panggil Cello.

Cello memilih pergi mengejar Andre setelah meninggalkan uang di mejanya dan meninggalkan Alina berdiri mematung menatap kepergiannya.

Andre berhenti dan mengajak Cello, melipir ke cafe sebrang jalan.

Andre duduk dan memesan 2 coffe Latte.

"Kenapa lu.? " Andre menatap Cello yang terlihat frustasi.

" Shima hamil. "

"Ya terus.? "

"Gua gak yakin dia hamil anak gua"

Andre melempar kotak tissu yang ada di depannya, persis mengenai hidung Cello.

"Awwwwss, sakit Ndre"

"Lu tol*l. Lu emang gak pernah nyentuh istri lu.? "

"Per_nah" Cicit Cello.

Andre mengusap wajahnya kasar dan putus asa.

"Trus emang Shima hamil sama siapa.? Kalau bukan sama lu. "

"Tapi kan dia juga pernah deket sama anak indekos itu.

"Waktu lu nyentuh Shima, lu yang pertama kan? "

Cello mengangguk.

"Keluar yuk Cell, gua mau jedotin pala lu ke tembok. Cere aja udah, biar gua yang nafkah_in istri lu. "

Cello menatap Andre tak percaya.

Cello memang d*ngunya kebangetan. Entah apa yang ada di fikirannya. Mungkin memang benar, jika seseorang tak menyukai kita, walaupun kita melakukan kebaikan sebanyak biji pasir di toko material pun, akan tetap di pandang buruk.

*

*

Shima dan Santi memutuskan untuk pulang setelah mendapatkan bubur ayam. Sesampainya di rumah, mereka langsung sarapan dan segera merapikan rumah. Santi melarang Shima mengerjakan perkejaan rumah, tapi Shima tetap membantu kakak iparnya tersebut.

"Ehh Shima, mas - mas yang tadi kok sering ngelirik kamu ya. " Celetuk Santi saat mereka menyiram tanaman di samping rumah.

"Mas- mas yang mana mbak.!? "

Shima mengernyitkan dahinya.

"Mas yang tadi ketemu di kedai bubur. "

"Oohh.. Mas Kim? Masa sih mbak.? " tanya Shima tak percaya.

"Iyaa.. Emang kamu gak nyadar..? "

"Nggak mbak. Aku gak terlalu memperhatikan" Ucap Shima.

"Apa jangan - jangan... " Ucap Santi menggantung.

"Jangan - jangan apa mbak.? "

"Jangan -jangan kamu punya hutang sama dia" Ujar Santi lalu terkekeh pelan.

"Aaah.. Mbak Santi ada - ada aja deh. Ya nggak lah mbaaak. "

Shima dan Santi tertawa cekikikan.

Santi sebenarnya sering melihat, Kim berkeliaran di dekat mereka waktu jalan pagi bersama. Tapi Santi tak mengatakannya pada Shima, khawatir Shima kepikiran.

"Ehm.. Shima? Tentang masalah kemarin, apa kamu sudah mengambil keputusan? Mbak juga udah tahu sendiri sikap Cello sama kamu selama mbak disini. Jadi gimana? " Tanya Santi hati - hati.

"Aku akan memberikan kesempatan satu kali lagi mbak. Siapa tahu, mas Cello akan berubah. "

"Apa kamu sudah yakin.? "

"Setidaknya sampai anak ini lahir mbak, aku akan memutuskannya nanti. Eeehm tapi mbak, kalau nanti anak ku sudah lahir, bolehkah aku menitipkannya pada mbak Santi.? "

Santi dengan mata berkaca - kaca, menatap ke arah Shima tak percaya.

"Aku akan cari kerja buat masa depan anakku mbak. " Terus Shima.

"Kamu gak perlu kerja Shima. Mas Devan pasti memenuhi kebutuhan kalian" Terang Santi.

"Setelah aku bukan lagi menjadi keluarga ini, aku tidak berhak menerima kebaikan kalian lagi. Mungkin anak ku bagian dari kalian, tapi aku tidak."

Shima berhambur memeluk Santi dan mereka saling memeluk, menangis tergugu.

"Setelah Ibu tak peduli lagi padaku, hanya mbak dan Kak Devan yang baik sama aku" Shima berbicara di sela tangisnya.

Santi mengusap punggung Shima dengan penuh kasih sayang.

Lagi- lagi, Kim mendengar pembicaraan mereka.

" Permisi"

Santi dan Shima kompak menoleh. Shima dan Santi segera mengusap air mata dan melihat ke arah suara. Ternyata Kim datang dengan dua paperbag di tangan kirinya.

" Ada apa ya Mas.? " Tanya Santi.

"Ini buat mbak dan Shima"

" Apa ini mas? " Kali ini Shima yang bertanya.

Kim menyerahkan paperbag tersebut, tanpa menjawab pertanyaan Shima, lalu berpamitan pada si empunya rumah.

Setelah Kim berlalu, Shima mengintip ke dalam paperbag tersebut dan alangkah terkejutnya Shima.

"Kedondong.? "

1
shabiraalea
🌹untukmu kak
LaLibra: terima kasih kakak sayang 🥰
total 1 replies
LaLibra
Bagus, seperti kisah nyata
LaLibra
Hayuk komen yang banyak dong guys!
Blush✨☃️
Jleb!
LaLibra: /Heart/
total 1 replies
Celty Sturluson
Aku jadi pengen jadi tokoh di cerita ini!
LaLibra: 🥰
terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!