Hamil atau tidak, Danesh dengan tegas mengatakan akan menikahinya, tapi hal itu tak serta merta membuat Dhera bahagia.
Pasalnya, ia melihat dengan jelas, bagaimana tangis kesedihan serta raungan Danesh, ketika melihat tubuh Renata lebur di antara ledakan besar malam itu.
Maka dengan berat hati Dhera melangkah pergi, kendati dua garis merah telah ia lihat dengan jelas pagi ini.
Memilih menjauh dari kehidupan Danesh dan segala yang berhubungan dengan pria itu. Namun, lagi-lagi, suatu kejadian kembali mempertemukan mereka.
Akankah Danesh tetap menepati janjinya?
Bagaimana reaksi Danesh, ketika Dhera tetap bersikeras menolak lamarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#17. Rumah Dhera, Part 1•
#17
Evan keluar dari mobilnya, ia melempar kontak mobil tersebut pada security, sebelum berpindah ke mobil Daniel. Di dalam mobil sudah ada Nick, Daniel, dan seseorang yang akan dibawa ke tempat penj^aga^lan.
Brak!
Evan langsung menutup pintu mobil, setelah dipastikan bahwa dirinya adalah penumpang terakhir yang belum masuk.
“Maaf, terlambat,” ucapnya.
Seperti kebiasaan mereka ketika bertemu, Evan menyodorkan kepalan tangan pada tiga orang yang sudah menunggunya di dalam mobil. “Jalan Pak, sesuai aplikasi yah?” cetus Evan pada Daniel yang berada di kursi kemudi.
Daniel meraih kotak tissue kemudian melemparnya ke arah adik iparnya tersebut. “Durhaka!” cetusnya.
“Hahaha … “ Evan terbahak-bahak, sambil menatap Danesh yang wajahnya terlihat tegang. “Kapt, penjahat yang Anda tangkap kabur lagi?” gurau Evan mencoba mencairkan suasana.
Mobil mulai bergerak beriringan, Nick sudah memberikan alamat yang hendak mereka tuju, pada sopir yang saat ini mengendarai mobil daddy Andre dan mommy Bella. Sementara Daniel dan yang lainnya menaiki mobil terpisah, Darren menyusul langsung dari lokasi syuting sang istri. Akhirnya Darren hanya mengantar, nanti saat pulang Aya akan dijemput mas Dion asistennya.
Cuaca semakin terik, namun kedua tangan Danesh dingin, ia tak banyak bicara, padahal Nick, Daniel, dan Evan sibuk bercanda seperti biasa.
“Sebenarnya kita ini mau kemana sih, kok kayaknya wajah nya pada tegang semua?” Akhirnya pertanyaan itu tercetus, karena Evan penasaran melihat Danesh yang tak banyak bicara, sementara daniel pun terlihat enggan mengatakan apa-apa ketika tadi menghubunginya.
“Lihat saja nanti,” jawab Nick penuh teka-teki.
Evan menyenggol betis Danesh dengan kakinya, bermaksud meminta jawaban pria tersebut. Namun Danesh pun mengacuhkannya, bahkan lebih memilih melempar pandangan keluar jendela.
Memikirkan seperti apa nanti reaksi orang tua Dhera melihat kedatangan Pria yang sudah menghamili putri mereka.
Ramai suara di mobil berbanding terbalik dengan suasana hati Danesh yang sunyi dan senyap tanpa suara bising.
Perjalanan 40 menit berlalu tanpa terasa, bahkan Darren sudah tiba lebih dulu dari para rombongan.
Syukurlah pria itu sedang mengenakan kemeja, walau bawahannya cuma celana jeans, tapi masih terlihat sopan untuk acara formal.
Tak perlu basa-basi mereka segera memasuki halaman, rumah besar perpaduan gaya klasik dan modern tersebut tampak bersih dan tertata rapi, halaman rumah dilengkapi bunga dan beberapa pohon rindang.
Nick dan Daniel maju terlebih dahulu mewakili, para orang tua, mereka menekan bel pintu, kemudian menunggu si pemilik rumah membukakan pintu.
Pintu pun terbuka, menampakkan seorang wanita paruh baya, yang sepertinya adalah ART di rumah tersebut. “Maaf, Tuan-Tuan mencari siapa?” tanya wanita itu.
“Benarkah, ini rumah Nona Dhera?” tanya Nick, membuat Darren terkejut, otaknya mulai bertanya-tanya, kenapa mereka beramai-ramai mendatangi rumah Dhera? Bukankah Dhera adalah rekan kerja Danesh? Apa mungkin mereka akan melamar wanita itu? Ataukah ini semacam perjodohan? Ah, entahlah.
Jika Darren sudah tahu siapa Dhera, maka Evan sama sekali tak tahu apa-apa.
“Iya benar, tapi Non Dhera-nya sedang tidak di rumah,” jawab wanita itu.
“Tak apa, Kami hanya ingin bertemu dengan Tuan Randi dan Bu Rita.”
“Kalau Tuan dan Nyonya ada, mari silahkan masuk.” ART tersebut mempersilahkan para tamu masuk ke rumah.
Di beberapa titik, dinding ruang tamu tersebut menempel beberapa foto, namun sejauh pengamatan Danesh tak ada satupun foto Dhera yang dipajang di sana. Padahal ada banyak foto gadis muda, bahkan foto-foto wisuda gadis itu. Benaknya kembali bertanya-tanya, apakah Dhera anak angkat di rumah ini? Hingga keberadaannya tak diakui.
Ayah Randi yang keluar lebih dulu dari ruang kerjanya, pria yang kini berpakaian santai itu, heran melihat banyak tamu berpakaian formal mendatangi rumahnya.
Kini Ayah Andre yang maju terlebih dahulu, ia menyalami tuan Randi, dan mulai memperkenalkan diri. “Tuan Randi, Perkenalkan, Saya Andre Alexander, dan ini istri Saya, Bella.”
Walau heran namun ayah Randi menerima uluran tangan tersebut dengan sopan. “Randi Prayoga,” jawab Ayah Randi.
Beberapa saat kemudian bu Rita juga keluar dari kamar utama. Ia pun turut bersalaman setelah Ayah Randi memperkenalkan dirinya.
Setelah semua orang saling bersalaman, Ruang tamu kembali hening, “Kami mohon maaf jika kedatangan Kami terlalu mengejutkan.” Daddy Andre mulai berucap.
“Tapi, sebagai orang tua, Saya merasa bahwa masalah ini harus segera diselesaikan, agar tidak bertambah parah.”
Ayah Randi dan sang istri saling pandang. “Maaf, kalau boleh tahu, masalah apa yah?” akhirnya ayah Randi menanyakan maksud kedatangan para tamunya.
Sementara bu Rita mulai sedikit curiga, jangan-jangan masalah ini berkaitan dengan putri sulungnya yang saat ini sedang hamil. Ia menelisik satu persatu wajah pria muda yang tak bisa di bilang jelek, karena semuanya terlihat tampan pada porsinya masing-masing. 🤧
Dan pandangannya terpaku pada Danesh yang sedikit menundukkan wajahnya di sofa paling ujung. Dadanya bergolak marah, benar kiranya yang ia curigai saat itu, tak salah lagi pasti pria itu yang menghamili putri sulungnya. “Kamu … “ desis bu Rita, nafasnya mulai tak beraturan, wanita itu bahkan sudah mengeluarkan jari telunjuknya ke arah Danesh.
Bu Rita berdiri dan langsung menghampiri Danesh, “Dasar, Kurir sial^an! Jadi benar dugaanku selama ini, Kamu yang menghamili Putriku?!”
Darren dan Evan terbelalak dengan mulut menganga, kedua pria itu sama-sama terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar. Darren bahkan langsung mencengkeram lengan Daniel sebagai bentuk protes, karena merasa kesal Daniel tak bercerita apapun tentang masalah Danesh.
Namun Daniel memberikan kode melalui kedipan mata, dan Darren paham bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat.
Plak!
Semua mata tertuju pada Danesh, yang baru saja menerima tamparan di pipi kirinya. “Kenapa baru datang sekarang?!” tanya bu Rita lantang. “Apakah karena kedua orang tuamu memaksamu, hah?!”
Dengan tangan kirinya, Danesh mencegah Nick yang hendak angkat suara. Ia cukup bersyukur ketika kedua orang tua serta saudara-saudaranya ikut menemaninya datang, demi melancarkan keseriusannya menikahi Dhera.
Danesh sama sekali tak marah, ketika menerima tamparan bahkan makian bu Rita, pria itu justru berlutut di hadapan kedua orang tua Dhera, sama halnya ketika tadi pagi ia berlutut di hadapan kedua orang tuanya.
Wajahnya menunduk, dengan kedua tangan terkepal di lutut, tidak menangis, namun dengan berani mengakui apa yang terjadi antara dirinya dengan Dhera.
Disisi ini Danesh terlihat memiliki sifat yang sama dengan Dhera, sama-sama tak mau saling menyalahkan, bahkan mengungkit nama Adipati Auriga, serta apa yang mendasari terjadinya peristiwa panas malam itu.
Danesh ingin sepenuhnya bertanggung jawab, tanpa karena embel-embel yang lainnya, karena malam itu dirinya dalam keadaan sadar ketika melakukannya. Jika ia masih menggunakan dalih obat buatan Adipati, rasanya sungguh picik, karena toh ia cukup candu hingga dengan sadar mengulanginya beberapa kali.
Sreeet
Bugh!
Bugh!
🤧