Bahagia karena telah memenangkan tiket liburan di kapal pesiar mewah, Kyra berencana untuk mengajak kekasihnya liburan bersama. Namun siapa sangka di H-1 keberangkatan, Kyra justru memergoki kekasihnya berkhianat dengan sahabatnya.
Bara Elard Lazuardi, CEO tampan nan dingin, berniat untuk melamar tunangannya di kapal pesiar nan mewah. Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan itu, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri sang tunangan ternyata mengkhianatinya dan tidur dengan lelaki lain yang merupakan sepupunya.
Dua orang yang sama-sama tersakiti, bertemu di kapal pesiar yang sama secara tak sengaja. Kesalahpahaman membuat Kyra dan Bara saling membenci sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, siapa sangka setelah itu mereka malah terjebak di sebuah pulau asing dan harus hidup bersama sampai orang-orang menemukan mereka berdua.
Mungkinkah Bara menemukan penyembuh luka hatinya melalui kehadiran Kyra? Atau malah menambah masalah dengan perbedaan mereka berdua yang bagaikan langit dan bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Edy si Pencuri
Brak.
Bara menutup pintu mobil dengan kasar dan lekas berjalan memasuki mansion ketika para pelayan membukakan pintu untuk tuannya.
Langkahnya yang lebar dan tergesa-gesa seolah menggambarkan betapa kacaunya suasana hati seorang Bara Ellard Lazuardi di malam ini. Dikhianati oleh Valeria dan tak diinginkan oleh Kyra membuat Bara semakin tenggelam dalam lautan depresi. Tadinya ia ingin datang ke club untuk melupakan kejadian di malam ini, apa daya esok ada deretan meeting yang harus ia hadiri dan Bara tak ingin persoalan hati membuat profesionalitas kerjanya tergadaikan.
"Hello, Brothers! Long time no see ya."
Bara menghentikan langkahnya, hatinya yang telah melepuh seketika terbakar api lagi begitu mendengar suara yang sejak seminggu ini sangat ia benci. Ia membalikkan tubuh dan melihat Edy sedang berdiri di living room seraya menyesap segelas wine.
"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Bara geram.
Edy tersenyum lirih, ia menyesap habis wine itu lantas meletakkan gelasnya di meja bar.
"This is my home too, ya!"
"Get out from this fucking mansion right now! Aku tidak mau melihatmu masih berada di rumah ini, Ed!"
"Hahaa ...." Edy yang telah mabuk tak kuasa menahan tawa ketika melihat wajah Bara memerah seperti buah tomat. "Your face looks like a tomato, ya! So funny!"
Bara mengepalkan tinjunya dan meringsek maju ke tempat Edy. Ia melayangkan sebuah pukulan tepat di hidung sepupunya itu hingga membuat Edy terhuyung ke belakang dan membentur meja bar.
"Ouch, you hurt me, Brother!"
"Don't call me your brother! Seorang saudara tidak akan tega meniduri kekasih saudaranya hanya untuk merasakan posisi yang sama!" sentak Bara sembari bersiap untuk kembali melayangkan tinjunya.
Edy yang mabuk, tak sanggup menangkis pukulan demi pukulan yang menghujani wajah dan sekujur tubuhnya. Beberapa orang pelayanan terlihat panik dan berlari memanggilnya Elena di kamar atas. Friz masih belum pulang dari kantor, terpaksa Elena yang akhirnya melerai pertikaian dua bersaudara itu meskipun ia harus melayangkan sebuah tembakan ke udara. Tembakan dari senapan angin yang menjadi senjata Friz berburu.
"Stop it, now!" ancam Elena seraya mengarahkan senapan itu ke arah Bara dan Edy secara bergantian.
Wajah babak belur Edy dan rambut berantakan Bara menjadi saksi berapa menyeramkannya perkelahian mereka. Meja dan tivi yang pecah, juga pakaian keduanya yang sobek membuat Elena menghela napasnya panjang. Ia memberikan senapan angin itu pada salah seorang pelayanan dan menghampiri dua lelaki yang sudah ia anggap sebagai anaknya.
"Ikut denganku, atau aku akan membawa kalian berdua ke kantor polisi dan membiarkan polisi menahan kalian malam ini juga." Elena menatap tajam pada Edy dan Bara sebelum kemudian ia lebih dulu melangkah ke ruang perpustakaan di lantai dua.
Dengan emosi yang masih belum stabil, Bara mengikuti langkah Elena yang berhenti di ruangan besar yang penuh dengan buku-buku. Tak lama kemudian, Edy ikut masuk dengan dipapah oleh seorang kepala pelayanan pria. Ia mendudukkan Edy di sofa dan lekas beranjak pergi.
"Do I have to send you guys back to elementary school, huh? What's the problem? Kenapa harus berkelahi seperti preman?" cecar Elena dengan tatapan mengintimidasi pada Bara dan Edy secara bergantian.
"He started it, he hit me first!" Edy menunjuk Bara dengan penuh emosi.
"Aku tidak akan memukulmu bila kamu tidak melangkahi batasanmu, Brengssek!" teriak Bara geram, ia kembali berdiri dan menghampiri Edy.
"Bara, calm down!" teriak Elena sembari menarik lengan putra sambungnya itu dengan gesit. "Just tell me, what happen with you guys!"
"Dia sudah lancang karena berani tidur dengan Valeria!" kecam Bara sembari menunjuk wajah Edy.
Elena terhenyak. Ia mengamati perubahan ekspresi di wajah Edy yang sama sekali tak menampakkan penyesalan. Meskipun tak terlalu mengetahui kehidupan asmara Bara dan Valeria, namun Elena tetap terkejut mendengar Edy begitu lancang meniduri kekasih saudaranya.
"Is that true, Ed?" tanya Elena ketika Edy hanya membuang muka tanpa rasa berdosa.
"We are drunk, ya! Kami tidak sadar dengan apa yang sudah kami lakukan saat itu!"
"Bohong! Kalian sengaja melakukan itu di belakangku, berulang kali! Berkali-kali dan mungkin setiap hari ketika aku tak ada di samping Valeria!" teriak Bara murka. "Aku membencimu, Ed! Kamu bukan lagi saudaraku!"
"I'm sorry, Bara! Please, forgive me!" Edy bangkit dengan bersusah payah dengan menahan tubuh yang terasa sakit.
"Sorry? Semudah itu kamu minta maaf setelah kamu meniduri Vale dan sangat menikmatinya?"
"Ya, I'm sorry. I swear, aku tidak akan menyentuhnya lagi."
"Bulshit! Aku sudah tidak sudi untuk menyentuh apapun yang sudah dijamah olehmu. Tidak semua yang aku miliki juga bisa kamu miliki, Ed! Hentikan obsesi gilamu itu!"
"I'm not obsessed! I was drunk. Kenapa susah sekali untukmu mempercayaiku, Bara!" keluh Edy frustasi.
Elena kembali menarik lengan Bara yang berdiri tegang di depan Edy. Ia meminta Bara untuk pergi agar ia bisa mengobrol berdua dengan Edy.
"Biar Mom yang akan berbicara dengan Edy. Kamu beristirahatlah. Pasti sangat lelah karena harus wira-wiri Singapore Indonesia, bukan?" tanya Elena sembari menepuk bahu putranya.
Kening Bara mengernyit. Astaga, sepertinya Elena tahu segala hal menyangkut gerak-geriknya!
"Apa lagi yang kamu tahu tentangku?" selidik Bara jengah.
"Tidak semua, hanya beberapa. Beristirahatlah. Mom pastikan masalah Edy akan selesai malam ini."
Melihat Bara hendak pergi, Edy sontak mengejar dan menarik lengan sepupunya itu dengan gesit.
"Don't touch me, Ed! You are so disgusting!"
Buk.
Sebuah pukulan kembali melayang di pelipis Edy sehingga membuatnya terhuyung kembali dan pingsan.
Elena sempat menjerit kaget ketika Bara kembali meninju sepupunya itu, namun ia terlambat menghalaunya sehingga Edy akhirnya tersungkur tak sadarkan diri.
Tatapan Elena dan Bara terkunci. Mereka berdua seolah saling memancarkan perasaan masing-masing melalui sorot mata itu.
"Aku mau tidur!" Dengan entengnya Bara keluar dari ruang perpustakaan dan meninggalkan Elena serta Edy begitu saja tanpa rasa bersalah.
Hari Bara sudah cukup berat seharian ini. Kejiwaannya benar-benar diuji hingga di titik terbawah. Tidak gila sepertinya adalah anugerah bagi Bara yang sejak kecil terbiasa ditempa dengan keras oleh Daddy-nya. Ia diharuskan mahir segala bidang keterampilan, pandai di semua mata pelajaran, cakap dalam berkomunikasi dengan orang lain karena Bara-lah satu-satunya penerus yang digembleng dengan sangat disiplin oleh Friz.
Tiba di kamarnya yang seluas dua kali lapangan futsal, Bara melempar pakaiannya ke sembarang arah. Ia memperhatikan buku-buku tangannya yang memerah usai menghajar Edy tadi.
"Lantas apa bedanya kamu dengan mereka?"
Suara Kyra seolah menggema di gendang telinga Bara. Ia tersenyum kecut dan menatap cermin yang menggantung di hadapannya.
"Aku berbeda, Kyra. Dan aku bersumpah, mulai hari ini aku akan membuat hidupmu seperti di neraka karena telah menolakku."
...****************...
gengsi aja di gedein pake ga ada cinta
di abaikan dikit udah kesel hahah