NovelToon NovelToon
Zehya The Misterius Painter

Zehya The Misterius Painter

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cerai / Kaya Raya / Keluarga / Putri asli/palsu
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: yunacana

Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.

Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.

Siapakah ibu kandung Zehya?

yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga sempurna

Kabar baik tidak hanya datang dari Bagas dan keluarganya. Reyhan juga akan segera melangsungkan pernikahannya dengan Reni. Setelah perjuangan yang sangat luar biasa, akhirnya Reni mau menerima Reyhan sebagai suaminya.

Pernikahan mereka di gelar dengan cukup meriah. Bagas dan keluarganya pulang ke Indonesia untuk menghadiri acara tersebut. Daniel dan juga Axcelpun ikut hadir. Selain untuk menghadiri acara pernikahan Papanya Maher, Sahabat anaknya. Daniel juga harus menemui Aga untuk menjelaskan bahwa dia tidak memiliki keterkaitan dengan Burhan. Baik di masa lalu maupun di masa depan.

Kembalinya Zehya dan keluarganya di sambut hangat oleh Aga dan keluarga besar mereka. Acara itu berlangsung di gedung yang sama dengan yang Bagas pilih untuk acara nya dulu.

" Zehya. Aku juga pasti akan mendapatkan adik sepertimu." Maher berkata dengan bangga. Zehya tersenyum, namun wajahnya mendadak sendu.

" Setelah Papa Rey dan Ibu Reni menikah, kak Maher tidak ikut Zehya ke Ausie lagi, ya?" Pertanyaan Zehya membuat Maher dan Axcel ikut lesu.

" Masih ada aku, Zehya." Axcel berusaha menghibur Zehya.

" Aku akan bilang pada Papa. Kalau aku baru pulang ke Indonesia kalo Mama sudah mau melahirkan adik untukku." Dengan sungguh-sungguh Maher berkata pada Zehya.

" Tapi menemani adik kita yang masih di dalam perut juga menyenangkan loo. Benar kata kak Axcel. Zehya bisa bersama kak Axcel. Kak Maher tidak perlu khawatir. Lagi pula, Zehyakan tidak tinggal di Ausie selamanya. Jika urusan Ayah sudah selesai, Kami akan kembali ke Indonesia."

" Lagi pula. Orang tua kitakan punya banyak uang. Kita bisa bertemu saat liburan. Aku bisa ke sini dengan Zehya. Atau kamu yang datang menemui kami." Axcel mengingatkan .

" kak Axcel benar. Itu ide yang sangat bagus!" Seru maher.

Ketiga bocah itu kembali menikmati pesta dengan mencicipi berbagai menu makanan yang tersedia disana.

...****************...

" Terimakasih Paman. Semoga hubungan kita bisa terus berjalan dengan baik." Daniel menjabat tangan Aga dengan senyum tulus di wajahnya. Aga menepuk pundak putra sahabatnya yang memilih berkhianat itu dengan pelan.

" Maafkan aku yang sempat meragukanmu, Nak. Semoga anak cucu kita bisa terus bersatu dan saling melindungi."

" Tentu."

Bagas yang menyaksikan moment itu tersenyum lega. Karena bahaya yang mereka khawatirkan akan membahayakan Zehya justru adalah orang yang baik.

" Paman, dimana Zain? Aku belum melihatnya. " Bagas menanyakan keberadaan Zain setelah mencari di sekitar Aula dan tidak menemukan sosok lelaki kecil itu. Aga memasang wajah sendu.

" Beberapa hari ini dia sempat di rawat di rumah sakit. Kondisinya belum cukup baik untuk ikut bersamaku kesini." Bagas dan Daniel ikut memasang wajah sedih.

" Semoga Zain lekas sehat."

Acara pernikahan Reyhan dan Reni berjalan dengan khidmat dan lancar. Setelah sesi potho dan salam dari para tamu undangan, acara pun selesai.

Hari ini juga Daniel san Axcel harus kembali lebih dulu ke Ausie karena pekerjaan Daniel. Begitupun dengan Aga. Lelaki paruh baya itu tidak bisa meninggalkan cucu semata wayangnya terlalu lama. Zehya yang sudah lelah dan mengantuk mengajak Orangtuanya untuk pulang ke rumah, karena besok mereka juga akan kembali ke Ausie.

" Reyhan. Bagaimana dengan Maher? Apakah dia akan ikut kami kembali ke Ausie atau pulang bersamamu?" Syeina menyempatkan diri untuk bertanya pada Reyhan.

" Kami akan kembali bersama, Syei. Maher juga sudah setuju dengan ini. Terimkasih banyak atas perhatiannya selama beberapa bulan ini."

" Maher adalah anak kami juga, Rey. Ingat, akulah yang memberinya ASI hingga dia berumur satu tahun. Dia anakku, sama seperti Zehya." Bagas Tertawa mengingat moment itu. Sedang Reni memandang suami dan sahabatnya bergantian.

" Karena kamu menyusui Zehya. Syeina juga memutuskan untuk memberikan ASI nya pada Maher. Model kita ini takut terkena kanker payudara jika tidak memberikan ASI nya." Reyhan menjawab rasa penasaran Reni.

" Kami mengirim ASI yang beku ke Sumatra. Kamu harus tau, Reni. ASI yang di minum putramu sudah naik helikopter setiap hari." Gurau Syeina.

Reni memandangi mereka semua dengan senyum tulusnya.

" Aku beruntung di kelilingi dengan orang baik seperti kalian. Sungguh, setelah penghiatan om Burhan, aku pikir sahabat itu sudah punah"

Syeina memeluk Reni dengan lembut. Usapan ringan dia berikan ke punggung Reni.

" Kami adalah bentuk sahabat yang masih nyata adanya, Reni."

...****************...

" KENAPA GRANDPA TIDAK MENGATAKAN PADAKU JIKA ZEHYA PULANG KE INDONESIA!" Seru Zain dengan marah kepada asisten Aga.

Zain baru saja mengetahui jika Grandpanya menghadiri acara pernikahan Reyhan dan Reni dari asisten kakeknya, darinyalah Zain juga mengetahui bahwa Zehya dan keluarganya pulang ke Indonesia.

Zain mengamuk di dalam kamarnya, dia melempar semua barang yang ada di sekitarnya pada Asisten Aga dengan tangan kecilnya.

Aga yang mendengar keributan itu sesampainya di rumah, langsung menghampiri cucunya. Dengan Telaten lelaki paruh baya itu menenangkan Zain. Mereka sudah terbiasa dengan amukan Zain. Semenjak kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan yang sama dengan sahabatnya ; Orangtua Bagas. Zain sering mengamuk jika perasaannya tidak stabil.

Bocah kecil itu akan mengamuk dengan membabi buta. Hal itu juga yang membuatnya berwajah datar dan dingin. Bocah lelaki itu lebih senang menghabiskan waktunya dengan membaca buku atau belajar ilmu bela diri di bandingkan dengan bermain bersama teman sebaya dengan nya. Hanya Zehya lah anak kecil yang bisa membuat Zain merasa nyaman dan mau berinteraksi.

Sebenarnya Aga mengetahuinya. Namun dia tidak mau perasaan nyaman Zain untuk Zehya berubah menjadi Obsesi yang salah.

" Kamu sendiri yang menolak ikut dengan Grandpa, Zain. " Aga menepuk pelan pundak cucunya. Zain sudah lebih tenang dan bisa mendengarkan perkataan orang itu menatap kecewa pada Aga.

" Tapi Grandpa tidak bilang kalo Zehya pulang ke Indonesia. Grandpa juga tidak pernah memanggil ku saat Zehya menelpon." Zain mengeluarkan semua unek-unek yang sejak beberapa bulan lalu dia pendam. Aga menghela nafas panjang.

" Zain, Telpon itu datang setiap tengah malam. Perbedaan waktu membuat Zehya hanya bisa menghubungi Grandpa pada jam tidurmu."

" Apa susahnya membangunkan ku." Sela Zain tak mau kalah.

" Grandpa sudah mencoba. Tapi kamu yang tidak mau bangun," Pernyataan Aga membuat Zain memalingkan wajahnya. " Grandpa akan carikan teman yang bisa bertahan dengan sikap dinginmu. Grandpa harap kamu mau berusaha berteman dengannya." Aga beranjak dari duduknya. " Dan untuk kepulangan Zehya dan keluarganya. Grandpa juga sudah mencoba memberitahumu kemarin, Zain. Tapi kemarahanmu membuatmu mengabaikan Kakekmu." Aga meninggalkan Zain yang menunduk di dalam kamarnya yang serupa kapal pecah

Semua yang Grandpanya katakan adalah kebenaran. Zain tidak memiliki satupun sanggahan untuk membalas perkataan Aga.

Keesokan harinya. Aga datang ke kamar Zain dengan dua orang anak lelaki dan perempuan yang seusia dengannya. Zain yang masih terbaring di atas kasur karena tubuhnya masih lemas memandangi kedua bocah yang berdiri di kedua sisi Aga. Mengamati kedua bocah berpenampilan sederhana itu dengan seksama. Membuat keduanya semakin menundukkan kepalanya.

" Berhenti mengintimidasi mereka Zain." Aga menegur cucunya. Zain mengangkat kepalanya dan membalas tatapan teduh Aga.

Aga memperkenalkan kedua anak yang dia bawa kepada Zain. Keduanya adalah anak kembar dari adik sekertaris Aga. Mereka juga pandai ilmu bela diri dan termasuk anak-anak yang pandai di bidang akademik di sekolahnya.

Sepanjang penjelasan yang Aga jalankan kepada Zain. Lelaki kecil itu hanya diam. Bosan, ingin pergi saja rasanya. Begitulah ekspresi Zain. Yang diabaikan oleh kakeknya yang sudah paham setiap perubahan di wajah cucunya.

" Kakek harap kamu bisa menerima mereka sebagai teman belajarmu, Zain"

" Hem... Bisakah Grandpa kembali ke ruangan Grandpa sekarang. Aku ingin kembali tidur. Tolong bawa mereka bersama Grandpa." Usir Zain dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Aga menghela nafasnya. " Istirahatlah, Zain. Semoga lekas sehat." Setelah itu, Aga membawa kedua anak kembar itu pergi bersamanya.

1
Titi Matul Hayati
masih ada beberapa kesalahan penulisan. tapi selebihnya baik. semangaaat
Sea
bahasanya bagus . alur nya mudah di pahami , dan karakternya jelas. saya sangat menyukai nya ...
yunacana: Terimakasih^^
kata-katamu memberikan motivasi untuk ku. ^^
total 1 replies
Sarah
Tidak sabar lanjut baca
yunacana: Setiap hari akan ada bab baru, selamat membaca/Smirk/
total 1 replies
Kazuo
Aku suka karakternya, semoga bisa jadi buku cetak!
yunacana: aamiin... terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!