10jt Dollar mengandung Bayi untuk Bos Mafia!!!??
Memutuskan untuk menjadi ibu pengganti ketika sebuah tawaran dari seseorang tak dikenalnya hingga iming-iming uang jutaan dollar, membuat Laila menerima tawaran itu dalam keadaan masih perawan dan terdesak?
Laila Aplebarry, wanita energik yang rela menjadi ibu pengganti untuk pasangan suami-istri. Namun naasnya, dia tidak tahu bahwa yang dia tolong adalah pasangan Mafia yang seharusnya dijauhi. Dan lebih parahnya lagi, mau tak mau Laila yang tidak tahu apa-apa malah memilih Parsial Surrogate Mother / Surrogasi Tradisional yang membuatnya one night stand dengan Donovan Stone-Brooks— si mafia bengis dan terkenal kejam yang berperan sebagai ayah adopsi.
Keadaan nya semakin rumit, saat Laila malah membawa kabur anaknya usai melahirkan karena tak tega bila harus memberikannya kepada orang lain dan itu membuat nyawanya hampir melayang.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ABftMB — BAB 27
OBAT PENGHILANG RASA PUSING DONOVAN
Alan melirik ke arah Connie yang masih menangis histeris di dekat dinding dengan masih keadaan telanjang bulat. Sungguh! Connie tak memikirkan apapun selain rasa sedih dan kehilangan Marlon. Entahlah, mungkin dia lebih mencintai Marlon dari pada Roger dan Alan.
“Connie!” panggil Alan yang mulai menarik lengan Connie dan memaksa wanita itu berdiri menatapnya meski Connie sendiri masih tak bersedih.
“Ada hubungan apa kau dan ayahku? Dan apa maksud perkataan Donovan HAH??” sentak Alan di akhir kalimatnya.
Wanita berambut pirang putih itu sesenggukan hingga menatap pasrah. “Hubungan yang spesial.”
Mendengar itu tentu saja membuat Alan semakin emosi karena merasa dikhianati dan ditambah berita kematian ayahnya. Dengan kasar Alan mendorong Connie sampai tersungkur dan meninggalkannya begitu saja.
.
.
.
Sementara di ruang lain. Terlihat Laila masih bersama Aurora, bagaimana anak itu menceritakan tentang kehidupannya sehari-hari hingga seorang pelayan menghampirinya. “Nyonya Laila! Anda di minta datang ke kamar tuan Donovan.” Ucap pelayan muda itu dengan hormat.
“Hm, baiklah.” Pasrah Laila yang mulai beranjak dari duduknya sehingga Aurora juga ikut berdiri dan menatap Laila dengan senyuman lebar.
“Boleh aku ikut?” tanya gadis kecil tadi membuat langkah Laila terhenti dan menatapnya penuh keheranan namun juga senang.
“Lebih baik kita kembali ke kamar Nona— ”
“Tidak masalah. Aku tidak keberatan jika dia ikut bersamaku!” potong Laila menatap ke Erika yang nampak tak menyukainya. Namun Laila masih menunjukkan senyuman kecilnya.
“Maaf, kau memang tidak keberatan, tapi tuan Donovan yang akan marah.” Balas Erika dengan sedikit ketus sehingga senyum Laila pudar dan menatap lekat.
“Aku yang mengajaknya, itu artinya aku yang akan bertanggung jawab atas kemarahan Donovan! Lagi pula aku akan menjadi ibunya, tidak perlu khawatir sekarang.” Tegas Laila tanpa banyak basa-basi lagi.
Mendengar itu Erika terdiam menahan amarahnya. Sementara Laila langsung menggandeng tangan Aurora yang terlihat senang saat dia diajak bersama menemui Donovan.
Tentu, Laila dan Aurora pergi mengikuti langkah sang pelayan yang setia menunggunya tadi, meninggalkan Erika yang masih berdiri dengan tatapan tak suka. “Shit!” umpatnya benar-benar tak terduga dan berbeda balik dengan wajah polos nan cantiknya.
Dengan diam-diam wanita itu pergi untuk menelepon seseorang. Seseorang yang selalu dia kabari.
[“Halo! Aku Erika!”] ucap Erika sedikit berbisik dan berhati-hati sembari berjalan ke arah kamarnya, melewati para pelayan dan penjaga.
Cklek! Pintu terbuka, namun Erika masih berbincang dengan sosok yang ia telepon saat ini. [“Kapan aku bisa melakukannya? Aku sudah cukup lama tinggal di sini. Sekarang ada seorang wanita yang datang dan akan menikah dengan Donovan.”] Jelas Erika sedikit kesal sambil berkacak pinggang.
[“Jika kau gegabah maka lakukan saja. Jangan melukai Laila, itu perintah dari Caleb. Habisi Donovan dan keturunannya.”] Pinta seorang wanita sehingga Erika menyeringai kecil.
[“Itu sangat mudah! Jangan lupakan bayarannya!”] ucap Erika tersenyum miring hingga mematikan panggilan tersebut dan ponselnya.
Siapa yang menyangka bahwa Erika merupakan pembunuh bayaran. Tidak ada yang tahu kecuali sang pemilik mansion itu sendiri pastinya.
Wanita itu berjalan ke arah ranjangnya, meraih koper cokelat yang ia simpan di bawah dipan dan membukanya. Terlihat sebuah pedang berukuran sedang, ia keluarkan. “Waktunya mengasah!” gumam Erika tersenyum tak sabar.
...***...
“Silahkan!” ucap sang pelayan yang baru saja membukakan pintu kamar Donovan sehingga Laila tersenyum tipis dan masuk bersama Aurora.
Terlihat Donovan yang berdiri membelakangi mereka dan sibuk menuang hingga meneguk beer nya.
“Kau memanggilku?” tanya Laila yang akhirnya membuka suara, sehingga pria tampan berkemeja hitam tadi berbalik lalu terkejut melihat adanya Aurora di samping Laila.
Anak itu melambaikan tangannya seolah menyapa ayahnya sembari tersenyum lebar.
“Kenapa kau tidak tidur? Ini sudah malam.” Tegas Donovan menatap ke anak manis tadi yang seketika senyumannya hilang.
“Aku tidak mengantuk.” Jawab Aurora dengan jujur.
Melihat ketegasan Donovan hingga tatapan matanya membuat Laila tidak menyukainya. Oh tentu saja, bagaimana pun gadis kecil itu adalah putrinya juga.
“Aku yang mengajaknya!” Laila tersenyum penuh keberanian demi anaknya meski jujur saja dia takut jika harus berhadapan dan berdebat dengan Donovan. Apalagi pria itu pasti sedang kesal karena musuhnya tadi.
Keduanya beradu pandang hingga akhirnya Donovan meneguk minumannya lalu meletakkan gelasnya di meja bar lalu berjalan dan duduk di sofa singel yang mengarah ke kasur empuknya berwarna merah darah dan putih.
“Tidurlah di sini, besok kau harus latihan.” Pinta Donovan kepada Aurora yang masih diam dengan wajah murung.
Anak itu menatap ke Laila yang juga menatapnya seraya tersenyum dan mengangguk kecil. “Tidurlah! Aku akan menemanimu di sini!” ucapnya tanpa ragu dan tanpa memperdulikan dimana ia berada saat ini.
Mendengar itu Aurora setuju dan anak itu langsung bergegas ke kasur dan terbaring di sana dengan mengenakan piyama hitam putihnya.
Sementara Laila hanya duduk di sisi ranjang dengan masih mengenakan dress putih minim nya itu.
“Kau tidak tidur?” tanya Aurora menatap Laila dalam tidurnya yang berposisi miring ke arah Donovan.
“Aku akan tidur setelah kau tidur!” jawabnya.
Hanya diam dan mengamati, Donovan masih duduk di sofa tanpa berpaling dari dua perempuan berbeda usia yang nampak lebih akur.
Aurora yang masih membuka mata, dia menatap rambut Laila yang masih tergelung namun kini rambutnya sedikit berantakan meski masih tergelung. “Apa rambutku akan panjang seperti milikmu?” tanya Aurora masih berbaring.
“Ya! Dan akan lebih panjang dan indah dari rambutku!” ujar Laila yang sangat mudah sekali menyenangkan hati seorang anak.
“Berapa lama kau memanjangkan rambutmu?”
“Maybe... One month!”
Donovan masih menatap mereka hingga rasa pusing di kepalanya tergantikan oleh ingatan beberapa Minggu yang lalu. Di saat dia menyuruh pelayan untuk memotong pendek rambut Aurora.
(“Aku tidak suka...”)
(“Kau boleh memanjangkan rambutmu saat sudah remaja.”)
(“Kenapa?”)
(“Karena kau akan memintaku untuk mengepang rambut panjang mu. Aku tidak bisa melakukannya, jadi menurut lah.”)
Ya! Donovan masih mengingatnya, dia mengingat bagaimana dia sendiri yang menyuruh pelayan memotong rambut putrinya tapi hey! Dia benar-benar tidak bisa dan tidak tahu cara mengepang, itu salah satu alasannya.
Pikirannya memang kacau karena kabar kematian Marlon, lalu musuh bernama Caleb Esposito yang tidak pernah dia ketahui atau dia melewatkannya? Entahlah yang pasti saat ini Donovan benar-benar bingung dan harus memikirkan rencana untuk segera menjerat musuhnya itu.
Namun saat ini, melihat Laila dan Aurora berbincang membuatnya sedikit rileks sejenak.
Hingga akhirnya dia sadar akan pikirannya yang meras aneh. Donovan kembali berkerut alis dan bangkit dari duduknya. “Temui aku di ruang perapian setelah selesai menidurkan nya.” Ucap Donovan sembari melenggang pergi.
Tentu saja Laila hanya menoleh menatapnya kesal sampai pria itu benar-benar keluar dari kamarnya sendiri.
“Dasar aneh!”
double up thorrr hari ini penasaran sama selanjutnya
Jangan jangan...
Laila adik Espascito (eh susah bener namanya 😅)
tetap semangat, ditunggu kelanjutannya kak.
penasaran apa yg akan terjadi selanjutnya...
kayaknya musuh nya mengincar keturunan Stone-Brooks..
...hanya kak othor yg tau.