Aksa yang selalu saja merasakan sakit hati kala jatuh cinta, kini ia harus merasakan sakit hati lagi kala sang kekasih memilih pergi kala pernikahan akan berlangsung besok.
Mau tidak mau demi menjaga martabat keluarga dan Perusahaan, Aksa harus menikahi Adik Iparnya, Yara.
Apakah yang terjadi dengan pernikahan serba terpaksa mereka?
jangan lupa follow, vote, dan like yaa 🤩
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
•
•
Jantung Yara berdegup kencang Aksa mengetahui itu, ia masih tersenyum tipis sembari menatap Yara. Tangan Aksa membawa Yara untuk duduk dengan benar, ia memangku Yara dengan posisi yang sangat intim. Ntah kenapa perginya rasa gengsi yang biasa Aksa punya, kali ini dirinya lebih tertarik mengikuti pikirannya saja.
"Kak.. Aku tadi_"
"Sudah jangan katakan apapun, aku tahu.. Kalau dirimu menginginkan sentuhan bukan?" Tanya Aksa dengan kedua alis naik turun membuat Yara langsung mengernyitkan dahi.
Yara ingin protes dan membela diri bahwa yang dipikirkan Aksa itu tidak benar.
"Kak!" Yara sedikit meninggikan nada bicara agar Aksa emosi. Tapi, sepertinya kali ini Aksa terlihat lebih sabar. Bahkan kala Yara membentak tadi, pria itu malah tersenyum misterius.
Tiba-tiba saja Yara seakan merinding kala tangan Aksa mengusap lembut punggungnya. Yara bahkan memejamkan mata kala tangan Aksa mencoba menggerayangi bagian dada. Pikiran Yara menolak, hanya saja hatinya ingin tahu apa yang akan dilakukan sang suami.
Aksa mencium leher jenjang Yara, aroma manis yang begitu ia sukai. Terus saja Aksa lakukan hal seperti itu hingga membuat Yara merasakan geli yang teramat. Bahkan tangan Yara sudah mengalung pada leher Aksa seakan-akan pasrah dengan semua kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Kala Aksa ingin membuka dress Yara, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu. Terhentilah semua aktivitas Aksa yang ingin melihat monumen indah dibalik dress itu. Pelan-pelan Aksa menurunkan Yara dari pangkuannya, ia merapikan Yara yang berantakan.
"Masuk.." Aksa memberi kode kepada Yara untuk duduk di sofa. Bersikap selayaknya tadi tidak terjadi apa-apa, sepertinya Aksa sudah biasa seperti itu. Lain dengan Yara yang gugup sekali, ini pertama kali dirinya seintim itu dengan Aksa.
Arzan masuk dengan membawa dua bungkus kotak makan. Ia meletakkan di meja didekat Yara, lalu kembali menuju ruangannya. Kebetulan Yara juga sudah sangat lapar, Ia langsung membuka kotak makanan itu tanpa menunggu perintah dari Aksa.
Aksa tersenyum tipis kala melihat Yara yang sepertinya memang sudah sangat kelaparan. Wanita itu makan dengan lahap tanpa mengajak sang suami yang sedang berdiri memerhatikan setiap cara dirinya makan.
"Kau ini rakus sekali.." Ntah ejek kan atau apa Aksa mengatakan itu, Yara juga terlihat tidak perduli. Makanan ini terlalu nikmat jika dipakai untuk bertengkar dengan Aksa, Yara fokus makan saja.
Aksa juga melakukan hal yang sama, duduk disamping Yara. Makan dengan lahap sambil sesekali melirik kearah Yara yang sedang makan. Aksa tidak tahu sebenarnya, sejak kapan rasa penasaran dirinya terhadap Yara muncul. Aksa selalu ingin tahu apa yang dilakukan Yara, ingin selalu tahu aktivitas wanita itu.
•
Selesai makan Aksa kembali melanjutkan membaca dokumen, sementara Yara terlihat bingung mau melakukan apa. Yara bangkit dari duduknya, ia memerhatikan Aks yang tengah membaca kertas yang sama sedari tadi.
"Kak.." Panggil Yara dengan nada manja, barulah Aksa menatap kearah Yara setelah sekian lama. Aksa menyimpan kertas itu kembali ke tempat nya, lalu bangkit hingga kini berhadapan dengan Yara yang tengah menatap nya lugu.
"Bosan?" Tanya Aksa yang langsung mendapatkan anggukan dari Yara. "Ayo kita pergi ke suatu tempat, aku ingin mengajak mu jalan-jalan sore ini." Ucap Aksa yang langsung membuat Yara berbinar bahagia.
"Serius?"
"Iya, tapi kau harus memberikan sesuatu setelah kita sampai di Rumah nanti. Ya, kehidupan ini apa yang kau dapat bukankah harus balas budi kepada sang pemberi?" Tanya Aksa dengan wajah yang terlihat bangga.
"Itu kalau pemberinya tidak ikhlas.." Celetuk Yara yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Aksa. "Ah tidak tidak.. yang kau katakan itu benar, Kak.. Aku janji akan balas budi nanti, dengan cara yang kau inginkan." Yara mencoba menyakinkan Aksa.
Aksa tersenyum puas, ia melangkah pergi dahulu baru Yara menyusul dibelakang nya. Yara harus sedikit berlari untuk mengimbangi langkah kaki Aksa yang cepat. Untung saja Yara sudah mahir melakukan hal ini, kebetulan Reynald sering melakukan hal seperti ini kepadanya.
Sambil memerhatikan langkah kaki Aksa, Yara teringat dengan Reynald. Ayah kandung yang selalu saja mengabaikan dirinya sedari kecil. Yara tidak tahu seperti apa kasih sayang orang tua yang sebenarnya, ia hanya mendapatkan cacian sepanjang hidup.
•
•
Sesuai perkataan Aksa tadi, ia benar-benar membawa Yara berjalan-jalan. Aksa mendapatkan Informasi dari Arzan, kalau ada Pasar Malam yang baru saja buka didekat Kantor. Tentu saja Aksa langsung ingin pergi, tempat seperti ini adalah tempat yang paling Aksa sukai.
Yara tersenyum bahagia, ia sudah berlarian kesana-kemari melihat-lihat apa yang menarik. Sementara Aksa hanya duduk manis di tempat penjualan eskrim sambil memerhatikan Yara yang sedang bermain pancing ikan bersama bocah-bocah.
"Dih, masih cocok banget tu bocah main sama anak TK." Ucap Aksa diselingi tawa nya. Bagaimana tidak? cara Yara berdebat untuk mendapatkan ikan itu sungguh lucu dimata Aksa.
Hingga setelah lama Yara berusaha, ia mendapatkan satu ekor juga. Eh malah diberikan kepada bocah yang sedari tadi berdebat dengannya. Yara terlihat lelah, dengan langkah gontai ia menghampiri sang suami yang tengah duduk manis.
Yara duduk di sebelah Aksa, langsung diberi satu eskrim oleh sang suami. Dengan senang hati Yara memakannya, ia memerhatikan orang-orang yang berlalu lalang menikmati permainan yang ada.
"Kakak sering ketempat seperti ini?" Tanya Yara kepada Aksa yang tengah melamun menatap baling-baling.
"Sering, tempat seperti ini membuat ku lupa dengan segala penderitaan yang ada." Jawab Aksa sembari melirik kearah Yara sebentar.
"Penderitaan seperti apa? dari yang aku lihat, Kakak seperti sedang berusaha melupakan seseorang saja." Tebakkan Yara membuat Aksa tidak bisa berkata apapun. Karna yang dikatakan Yara itu benar adanya, hanya saja Aksa tidak mau mengakui itu.
Perlahan tiba-tiba saja Yara menyenderkan tubuhnya kepada pundak Aksa. Ia menikmati eskrim dengan cara seperti itu membuat Aksa gugup sebenarnya.
"Kak, aku mau sekarang menjadi tempat keluh kesahmu. Aku berjanji akan menjadi pendengar yang baik, kita adalah teman." Ucap Yara sembari membuang bungkus eskrim yang sudah habis itu.
Aksa tidak mengatakan apa-apa, ia hanya diam sembari membiarkan Yara yang bersandar pada bahunya. Aksa berperang dengan pikirannya sendiri, ia tahu seperti apa keseriusan Yara dalam bicara. Hanya saja Aksa seperti takut mempercayai orang lagi, ia trauma akan itu.
"Dulu, Hera juga mengatakan hal yang sama. Ck, kenapa kalian sangat mirip dalam membohongi ku?" Aksa salah sangka, dan itu membuat Yara langsung tidak bersandar lagi pada Aksa.
Yara dapat melihat Aksa yang masih setia memerhatikan baling-baling yang kelap kelip itu.
"Pahami dengan baik seperti apa aku, Kak.. Kau pasti menemukan perbedaan yang sangat banyak di antara kami. Dan satu hal.." Yara menggenggam erat tangan Aksa.
"Aku serius dengan segala ucapan ku, asal kau memberi izin untuk membuktikan semuanya." sambung Yara yang langsung membuat Aksa terdiam karna cara Yara barusan.
••••
Halo, ada dua bab yang nyusul yaaa🤩
Hmm jangan tumpuk bab ya, mohon banget.. Yuk kita sama-sama naikin retensi biar Aksa rezekinya luar biasa🥰