Hamil atau tidak, Danesh dengan tegas mengatakan akan menikahinya, tapi hal itu tak serta merta membuat Dhera bahagia.
Pasalnya, ia melihat dengan jelas, bagaimana tangis kesedihan serta raungan Danesh, ketika melihat tubuh Renata lebur di antara ledakan besar malam itu.
Maka dengan berat hati Dhera melangkah pergi, kendati dua garis merah telah ia lihat dengan jelas pagi ini.
Memilih menjauh dari kehidupan Danesh dan segala yang berhubungan dengan pria itu. Namun, lagi-lagi, suatu kejadian kembali mempertemukan mereka.
Akankah Danesh tetap menepati janjinya?
Bagaimana reaksi Danesh, ketika Dhera tetap bersikeras menolak lamarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#9. Rival•
#9
Dhera sudah berpakaian rapi dan siap untuk pulang ke rumah, namun tiba-tiba suara ketukan membuatnya menoleh ke arah pintu.
Tentu saja tamunya membuat Dhera bahagia, “Miss Dheandra … “ Suara riang Keenan berseru memanggil Dhera yang masih duduk bersandar di pembaringannya.
“Oh, Hai Keenan.” Dhera pun menyapa bocah itu dengan suara riang. Bukan hanya pelukan, tapi Dhera langsung menanyakan aktivitas pagi bocah tersebut, seketika mereka merasa di sekitar tak ada orang sama sekali.
Tak lama kemudian orang berikutnya menampakkan diri, jelas membuat Dean dan Danesh kompak tersenyum ketika melihat kehadirannya. “Bibi … “ sapa mereka bersamaan, ketika melihat kehadiran mommy Riana.
“Bibi kira hanya akan bertemu Danesh, rupanya Kamu juga sedang di Singapura?” tanya Riana ketika memeluk Dean serta mengecup kening pria itu.
“Eh, iya begitulah, Bi. Aku ada pelatihan selama dua minggu kedepan, jadi belum sempat mampir ke rumah Paman dan Bibi.”
Mommy Riana berpura-pura cemberut. Kemudian berganti memeluk serta mencium kening Danesh.
“Kalian sudah sangat dewasa, padahal Bibi masih berharap kalian tetap menjadi anak-anak lucu, yang suka berlarian bersama Bee di halaman rumah.” Mommy Riana menerawang ketika teringat masa kecil para keponakan dan juga putrinya.
Mommy Riana beralih menatap Dhera yang masih kebingungan, “Oh, Bibi jadi mengabaikan pasien cantik ini.” Riana berjalan menghampiri Dhera yang kini tangannya berada dalam genggaman Keenan.
“Aku adalah, saudara sepupu orang tua mereka,” bisik Mommy Riana ketika bercipika-cipiki dengan Dhera.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Saya baik, Nyonya, hanya terkilir,” jawab Dhera.
Seketika membuat Riana menoleh menatap Danesh. “Eehh … jangan panggil Nyonya, panggil saja Bibi, seperti mereka berdua memanggilku.” Mommy Riana menatap sekilas Dean dan Danesh. “Dan maaf, Bibi tak tahu kalau Kamu dan Danesh memiliki hubungan.”
Kini berganti Dhera yang menggeleng kuat, “Tidak, Bi. Hubungan Kami tak seperti yang Bibi bayangkan, hanya saja Aku pun rumit hendak menjelaskan dari mana.”
“Hal-hal yang sudah jelas didepan mata, tak perlu lagi di jelaskan,” cetus Danesh.
Dean melihat aroma kecemburuan yang sangat kuat di sana, ia hanya menepuk pundak adik kembarnya, kemudian berpamitan pada mommy Riana dan juga Dhera, sebelum meninggalkan ruangan ia juga adu kepalan tangan dengan Keenan, karena acaranya akan segera dimulai.
“Lalu, hubungan kalian seperti apa?” Sepeninggal Dean, Mommy Riana kembali bertanya, karena hal ini juga berkaitan dengan Adrian dan Keenan. Yang menginginkan Dhera hadir dan mengisi hidup mereka.
“Benang kusut ini, akan Aku urai satu-persatu, Bi,” jawab Danesh ambigu.
“Tidak Bi, tidak seperti itu, satu hal yang jelas, di antara kami tak akan pernah ada hubungan pernikahan.” Jawaban itu membuat mommy Riana sangat bingung.
“Apakah Kamu berencana lari lagi dariku?” sindir Danesh.
“Lari kemana lagi? Aku tak bisa lari karena kontrak kerja mengikatku,” jawab Dhera.
“Baguslah. Karena aku akan segera mengikatmu ikatan yang lebih kuat. Yaitu pernikahan.”
Mommy Riana dan Keenan menjadi dua orang yang bingung tatkala mendengar percakapan, atau lebih tepatnya keributan kecil tersebut. Namun hendak angkat bicara pun tak tahu harus mengatakan apa.
“Aku tak pernah mengatakan setuju menikah denganmu.”
Ah, mommy Riana meringis, karena kembali teringat ketika dulu sang suami mengejarnya ke mana-mana. Tentu saja alasannya sama dengan Dhera saat ini, dirinya menolak dinikahi kembali oleh pria itu.
“Kalau begitu, maukah Kamu kembali mempertimbangkan Aku?”
Suara Adrian membuat semua orang menatap padanya. Rasanya Danesh ingin mengumpat, memaki, bahkan menghajar Adrian saat ini juga. Karena si anak kemarin sore ini, berani terang-terangan melamar wanitanya.
“Daddy.”
“Adrian.”
“Tuan.”
Dhera, mommy Riana, dan juga Keenan, berseru di waktu bersamaan kala melihat kehadiran Adrian.
Hanya Danesh menatap kehadiran Adrian dengan pandangan dingin, “Pertanyaanku masih sama, dan Aku tak akan mempermasalahkan janin dalam kandunganmu.”
Mommy Riana dan Dhera tercengang mendengarnya, benar-benar persaingan terbuka. “Shi^iiit!!” umpat Danesh, ia menarik tangan Adrian hingga keluar dari ryangan tersebut.
“Ahahaha … biarkan mereka bicara, sebaiknya Kita diam saja disini, menunggu hasil pembicaraan mereka,” cetus mommy Riana, coba mencairkan suasana tegang, namun ekspresi wajah dan senyumnya perlahan berubah jadi aneh. Sejujurnya ia khawatir, karena Danesh terlihat marah dan cemburu dengan sikap Adrian yang sungguh blak-blakan.
Begitu pula dengan Dhera, padahal ia tak pernah memberi harapan apa-apa terhadap Adrian, hanya saja ia memang tulus menyayangi Keenan. Dan agaknya hal itu membuat Adrian salah memahami sikapnya.
•••
Kedua pria itu berhadapan, Adrian tak peduli jika dirinya jauh lebih muda dibandingkan Danesh, karena urusan persaingan cinta tak memandang batas usia. Toh dulu di usia awal 20 an Adrian sudah mantap menikahi kekasihnya, namun takdir tak bisa ditolak, karena Annabel meninggal setelah melahirkan putra pertama mereka.
Kini ketika Keenan memiliki calon ibu sambung, tak butuh waktu lama bagi Adrian untuk menyetujui permintaan Keenan, walaupun sejak awal Dhera sudah mengatakan bahwa dirinya hamil anak pria lain. Siapa sangka jika pria itu adalah sepupunya sendiri.
“Kamu tahu, bayi dalam kandungannya adalah anakku?” tanya Danesh tanpa mengalihkan tatapannya.
“Kemarin-kemarin sih tidak, tapi sejak kemarin melihat sikap Kalian, aku jadi tahu.”
“Lalu kenapa tak segera mundur?”
Adrian mengangkat kedua pundaknya acuh, “Keenan menerima anak Dhera, maka tak ada alasan bagiku menolak. Bahkan setelah tahu, anak-anak itu adalah anakmu, aku semakin senang, itu sama halnya mereka adalah anak kandungku."
"Jangan khawatir aku akan menyayangi mereka seperti menyayangi anak-anakku sendiri. Bukankah impas, aku membawa seorang anak, dan Dhera membawa sepasang anak. Aaahh pasti ramai sekali rumah kami nanti.” Adrian menerawang, tersenyum kala membayangkan saat itu akan tiba.
Makin berasaplah kepala Danesh, menyingkirkan Adrian tak semudah menyingkirkan rumput liar. Karena Adrian jenis rumput liar yang bisa segera tumbuh kembali setelah di basmi. 🤣
Danesh mencengkram kerah kemeja Adrian, wajahnya benar-benar menampakkan amarah, terlihat dari urat-uratnya yang mulai menyembul ke permukaan kulitnya. “Tak akan ku biarkan hal itu terjadi, lihat saja nanti.”