Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Tanya
Wanita Pengganti Bagian 17
Oleh Sept
Nita memuntahkan semua isi dalam perutnya, hingga tubuhnya terasa lemas. Model cantik tersebut kemudian berbaring di sofa. Meminta Aira membuatnya sesuatu agar perutnya nyaman.
Saat Aira ke dapur, Nita mulai gelisah. Ia seperti ketakutan kemudian menekan perutnya dengan keras.
"Aku gak boleh hamil! Ini pasti karena minuman semalam," ucapnya panik.
Tidak lama kemudian, Aira datang. Wanita itu membawa teh hangat untuknya.
"Ini, Non."
"Letakkan di sana!" kata Nita.
Nita kemudian minta diambilkan ponsel. Kemudian menelpon seseorang.
"Dok," sapa Nita. Nita juga melirik Aira. Seolah minta Aira untuk jangan menguping dan keluar dari kamarnya. Sepertinya paham akan kode dari Nita, Aira pun permisi ke luar.
"Tutup pintunya," titah Nita sambil menjauhkan ponsel dari telinganya.
KLEK
Nita pun kembali fokus pada ponselnya. Ia bicara panjang lebar dengan dokter pribadinya. Hingga mereka janjian untuk bertemu.
***
Di sebuah ruangan khusus, Nita sekarang berbaring.
"Kamu tidak menyesal?"
Nita menggeleng yakin.
"Ini baru 5 minggu, tapi coba pikir baik-baik."
Nita kembali menggeleng.
"Aku belum siap, dan ... aku tidak menginginkannya!" ucap Nita yakin.
Sosok yang sedang berbicara pada Nita tersebut, kemudian melakukan sebuah aksi yang melangar hukum. Bahkan dilarang oleh agama.
Nita benar-benar mencintai dunianya, dia tidak mau hamil. Hingga melakukan hal yang paling kejam, dan menutup hati nuraninya rapat-rapat. (Apa ada di dunia ini? Ada ... banyak!)
Padahal, Farel sangat ingin buah hati dari rahimnya. Sayang, dia lebih mencintai dirinya sendiri, dari pada pria tersebut.
***
Seminggu lebih lamanya Nita menghindar dari Farel. Ia beralasan ada event dadakan. Ketika Farel akan menyusul ke LN, Nita selalu memberikan alasan. Padahal, Nita dalam masa penyembuhan, setelah apa yang sudah ia lakukan secara diam-diam di belakang suaminya itu.
Akibat Nita yang sibuk berkarya sampai luar negeri. Farel jadi gampang uring-uringan. Pulang dari luar kota, istri malah tidak di rumah. Yang ada malah istri gadungan. Sungguh, tiap melihat Aira, bawaan Farel selalu emosi.
***
Sementara itu, di kamarnya. Aira melihat kalender. Ia bolak-balik berkali-kali. Seperti memastikan sesuatu.
"Mungkin aku banyak pikiran!" ucapnya pada diri sendiri.
"Benar, pasti banyak pikiran. Kan biasanya ada tanda-tandanya. Aku baca di internet, satupun tidak ada," ucapnya lagi kemudian menjauh dari kelender.
Pukul 8 malam, tiba-tiba Aira pengen telpon ibunya. Sekalian tanya kabar. Eh, telponnya malah tidak diangkat. Baru jam 8, apa sudah tidur?
Kruk kruk
Perutnya malah berbunyi.
"Aduh, masa lapar lagi? Tadi kan sudah makan malam," gumam Aira kemudian melihat jam. Makin lama, perutnya semakin bermain musik, sehingga ia pun keluar kamar.
Entah mengapa, ia ingin membuat mie instan. Padahal, bibi masak banyak makanan. Karena pengen, ia pun masak dua bungkus sekaligus pakai telor, sawi, dan dua buah cabe rawit.
Tidak lama, cuma 7 menit, semua sudah ready untuk dimakan. Asap yang mengepul membuat Aira semakin berselera.
"Alhamdulillah," ucapnya setelah habis mie satu mangkuk besar.
Aira saja heran, sejak kapan dia jadi rakus begitu.
Tap tap tap
Ada yang jalan ke dapur, Aira pun menoleh. Dilihatnya Farel menatapnya tajam. Seperti dia adalah musuh abadi pria tersebut.
"Buatkan saya kopi!" titah Farel.
"Baik," jawab Aira kemudian meletakkan tempat makannya di wastafel.
"Gulanya jangan banyak-banyak!"
"Baik."
Farel pun kembali ke kamar. Ia sedang duduk di depan laptop, sambil melirik ponsel. Hari ini Nita belum vcall.
Tok tok tok
"Masuk!"
KLEK
"Letakkan di situ! Tutup pintunya lagi!"
"Baik."
Setelah Aira pergi, Farel mengambil kopinya. Tapi baru sedikit, sudah ia sembur.
"Anak ini!" gerutunya kesal.
"Apa tidak ada gula di rumah ini?" omelnya pada secangkir kopi.
Mungkin dia lupa, tadi kan minta gulanya sedikit.
Ingin marah, akhirnya Farel tidak jadi minum kopinya. Ia pergi ke dapur lagi. Mencari gula.
"Di mana ini gulanya?" tanyanya kesal karena tidak ketemu dengan apa yang dia cari.
"Itu, dia!"
Farel pun hendak ke kamar lagi, tapi sangat kaget ketika berbalik ada Aira.
"Ssttt!"
Farel kesal bukan main karena terkejut.
"Kopinya kenapa, Tuan?" tanya Aira polos.
"Bukan apa-apa!" jawab Farel ketus. Kemudian kembali ke kamarnya.
Aira pun hanya menatap punggung lebar suami kontraknya itu.
***
Pagi hari, Aira bangun dengan bersemangat. Apalagi saat melihat bibi pulang dari pasar.
"Biiik ... apa itu?" tanya Aira dengan mata berbinar.
"Oh ini? Tadi dikasih pembantu sebelah rumah pas bibi di gerbang."
"Buat Aira, ya Bik."
"Ambil saja, lagian itu masih muda kelihatannya."
"Seger, Bik. Nanti biar Aira ulekin cabe sama gula merah. Ada kan Bik, gula merahnya?"
Bibi langsung menatap penuh curiga.
Bersambung
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀