Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Flashback 2
8 bulan berlalu...
Ana kini memainkan peran dengan berpura-pura menjadi Ani sang kembaran. Ia melakukan tugas nya menjadi istri dan ibu dengan baik. Tidak ada kecurigaan sama sekali dari Aldrich, Davin maupun Alex, itu semua berkat obat yang selama ini ia selalu berikan di minuman ketiga nya. Obat ilegal yang ia dapatkan dari kenalan nya.
"Mas, aku izin keluar sebentar ya, mau ketemu teman." Aldrich yang sedang menonton televisi melirik sang istri dan mengangguk.
"Hati-hati sayang."
Ana tentu saja senang, dalam hati ia bersorak mendapatkan perhatian dari Aldrich suami sang kakak.
"Iya mas."
***
Sementara itu, di sebuah ruangan yang lembab, seorang wanita yang terlihat tak berdaya terbaring dengan luka sayatan di bagian lengan nya. Darah yang mengalir terlihat masih segar, itu menandakan bahwa luka itu masih baru.
Wanita itu Ani, kakak dari Ana. Setelah peristiwa di rumah sakit itu, ia di bawa dan di kurung di sebuah bangunan yang sudah tak layak pakai di tengah hutan. Ani tidak mengingat sudah berapa lama ia di sini, namun jika tak salah menghitung perkiraan nya mungkin sudah 7 atau 8 bulan lebih ia terkurung di tempat itu.
Pintu ruangan itu perlahan terbuka, sinar matahari dari luar muncul mengenai wajah nya, membuat Ani yang masih sadar perlahan membuka matanya.
Iris nya menangkap seorang pria yang berdiri di hadapan nya. Dengan kesusahan karena perut yang membesar, Ani mencoba untuk duduk.
Minim penerangan, Ani tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria yang berada di hadapannya itu. "Siapa?" suara nya setelah sekian lama terdiam.
Merasa tak mendapatkan jawaban, Ani pun memilih diam. Mungkin saja itu anak buah dari wanita yang kini sangat ia benci, siapa lagi jika bukan Ana.
Selama berada di tempat itu, Ani selalu mendapat kan siksaan baik fisik maupun batin nya. Namun beruntung anak nya tak di celakai, oleh wanita ular itu.
Pria yang berada di hadapannya berjalan menuju Ani. Dengan siaga Ani memegang perut nya. Jaga-jaga jika pria di hadapannya akan melukai sang buah hati.
"Tenang lah. Aku akan membantu mu keluar dari sini!" Sebuah suara memasuki indera pendengaran Ani membuatnya menatap waspada.
"Kamu siapa?" Tanya Ani. Ia baru sadar bahwa tidak ada anak buah dari sang adik yang selalu berjaga di sekitar pintu.
Pria itu diam tak menjawab. Namun tangan nya bergerak menuju rantai yang mengikat kaki Ani. Dengan cekatan pria itu membuka rantai tersebut.
pria yang menggunakan topi serta masker itu menatap Ani lalu mengulurkan tangannya. "Ayo. Kita harus segera pergi, sebelum wanita itu datang!" ucap nya.
Ani mengangguk meskipun masih ragu. Wanita itu mencoba untuk berdiri namun karena tidak menggerakkan anggota tubuh nya setelah sekian lama, membuat nya oleng dan hampir saja terjatuh jika saja pria itu tak memegang tangan nya.
"Terimakasih." ucap Ani dengan nafas lega.
Kedua nya langsung keluar dari sana dengan tangan yang di genggaman pria itu. Ani menatap bangunan yang berada di tengah hutan itu dengan pandangan yang sulit di artikan setelah berhasil keluar.
Ani tak sadar bahwa pria yang berada di sebelah nya sudah hilang entah kemana. "Kita mau kemana lagi?" Tanya Ani. Merasa tak mendapatkan jawaban, Ani langsung menoleh.
Keningnya mengerut, dimana pria itu pikir nya. Ani menatap sekeliling nya yang tampak sepi. Dengan perasaan takut, Ani langsung berlalu dari sana dengan cepat. Tujuan nya saat ini yaitu mencari jalan keluar lalu membalaskan semua nya.
Setelah berputar dalam hutan mencari jalan keluar, Akhir nya Ani menemukan jalan raya yang tak jauh dari nya. Namun Ani menghentikan langkahnya lalu bersembunyi saat iris nya mendapati sebuah mobil sedan, takut-takut jika itu sang adik. Dugaan nya tepat sekali, beberapa detik berikutnya Ana keluar dari dalam mobil dengan beberapa anak buah nya.
Ani membekap mulut, saat Ana melewati nya. Tangan nya bergerak mengelus perutnya saat merasakan sebuah tendangan dari sang buah hati.
"Sabar sayang, kita sebentar lagi pergi dari sini." bisik nya dalam hati, seolah memberitahu kan pada sang buah hati, dan tak lama sebuah tendangan ia dapatkan sebagai respon dari perkataan nya.
Ani segera bergegas pergi dari sana, sebelum saudara nya menyadari bahwa ia sudah melarikan diri.
Dengan kesusahan karena perut yang membesar, Ani menelusuri jalan raya. sesekali ia akan menoleh kebelakang, memastikan tidak ada yang mengejar nya.
1 jam berlalu....
****
"Kenapa bisa kabur dari sini?" Teriakan seorang wanita menggema dalam ruangan itu. Siapa lagi jika bukan Ana yang sedang memarahi anak buah nya, karena tidak becus menjaga Ani hingga wanita itu bisa meloloskan diri.
"Maa-" belum sempat mengucapkan maaf, sebuah tendangan ia dapatkan membuat pria yang hendak mengucapkan maaf itu tersungkur.
Ana mengeluarkan pistol dari saku baju nya, lalu mengarahkan pada beberapa anak buah nya yang bertugas menjaga.
Dor
Dor
Dor
Seketika 3 pria itu tewas saat peluru meluncur tepat mengenai kepala, darah mengucur membasahi lantai. Beberapa anak buah yang masih berdiri tak jauh dari nya bergidik ngeri.
Tak ada yang berani bersuara, bahkan menarik nafas pun takut jika terdengar. "Cari wanita itu sampai ketemu, jika tidak kalian akan berakhir sama seperti mereka!" Setelah mengucapkan itu, Ana langsung berlalu keluar dari sana dengan emosi yang membuncah. Ada rasa takut jika Ani akan kembali dan membongkar semua rahasia nya.
****
Hari sudah mulai gelap, dan sudah beberapa jam berjalan, namun Ani belum juga menemukan kendaraan yang lewat. Perut nya terasa sakit akibat terlalu lama berjalan.
Ani mengelus perut nya berharap sakit yang ia rasakan sedikit mereda. Ia memaksa berjalan menuju sebuah rumah yang tak jauh dari jalan raya.
"Sshh...Sakit..!" Rintih nya. Ani terduduk di teras sebuah rumah kecil yang tak berpenghuni.
Ani melirik ke sana kemari, mencari penghuni rumah itu, namun tak juga menemukan nya membuat Ani memilih untuk mengistirahatkan tubuh nya di sebuah bangku panjang.
Matahari perlahan menghilang, suara jangkrik terdengar membuat Ani memeluk tubuh nya sendiri. Rasa takut ia tepis, berharap semua akan baik-baik saja. "Semua pasti baik-baik saja." Gumam nya pelan.
Bulan perlahan memunculkan sinar nya, cahaya remang-remang menembus pepohonan menyoroti wajah lelah Ani yang kian terlelap menyelam menuju alam mimpi.
Jam menunjukkan pukul 22.30. Setengah sebelas malam, Seorang wanita baru saja pulang. Langkah wanita itu terhenti saat melihat Ani yang tertidur lelap di atas bangku.
Ia meletakkan tas kusam yang berada di punggung nya lalu perlahan mendekati Ani. "Ndok, bangun." ujar nya sambil menggerakkan tangan Ani.
Ani yang terlelap pulas tak menyadari bahwa ada orang di sekitar nya. Detik berikutnya, saat merasakan gerakan pada tubuh nya, Ani langsung membuka matanya.
"Aaakk!!" pekik nya kaget saat melihat seorang wanita tua, berdiri di hadapan nya.
TBC....
Maaf atas typo, penulisan yang belum tepat dan alur yang amburadul. Aku usahakan kasih yang terbaik buat kalian🐣
Dukung book ini yaa, jangan lupa bunga dan kopi nyaa💋
alay bgt
Menurut Davin tetlalu lelet utk nikahin Rein,Kenapa juga harus nunggu wisuda dulu,Bisa aja kan nikah dulu,Resepsinya baru nunggu Rein wisuda..yg penting udah di halalin Biar Fitriana gak bisa recokin lagi hubungan kalian..