Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Api Abadi dan Mahluk Suci
Zhang Wei melangkah dengan hati-hati di lantai ketujuh menara itu, dimensi tandus yang tampak tak berujung di depan matanya. Angin panas berhembus, membawa aroma sulfur dan energi yang begitu padat hingga setiap napas terasa berat.
Langkah Zhang Wei terhenti saat pandangannya tertuju pada altar tinggi di tengah dimensi tandus itu. Di atas altar, api berwarna merah keemasan melayang dengan elegan, memancarkan cahaya yang menyilaukan. Namun, cahaya itu bukan hanya indah—ia membawa tekanan yang luar biasa, membuat udara di sekitarnya terasa lebih berat.
Lian Xuhuan, yang biasanya tenang, terdengar benar-benar kehilangan kata-kata untuk sesaat. “Itu… itu Api Abadi peringkat ketiga! Aku tidak percaya ini nyata. Api itu adalah salah satu dari tiga api terkuat yang pernah tercatat dalam sejarah. Bahkan semasa aku hidup, aku hanya mampu menundukkan Api Abadi peringkat ke-13, dan itu pun hampir membuatku mati di tangan para pemburu harta lainnya!”
Zhang Wei mengerutkan alisnya, menatap api itu dengan hati-hati. “Begitu kuatkah api ini?”
“Kuat bukan kata yang cukup untuk menggambarkannya!” seru Lian Xuhuan dengan nada penuh semangat. “Api ini bukan hanya memiliki kekuatan destruktif yang luar biasa, tetapi juga kemampuan untuk memperkuat tubuh dan jiwa. Jika kita bisa mendapatkannya, tubuh baruku akan melampaui batas-batas yang pernah ada!”
Semangat Lian Xuhuan tampaknya menular pada Zhang Wei, yang perlahan melangkah mendekati altar itu. Namun, semakin dekat dia melangkah, semakin besar tekanan yang dirasakannya. Aura api itu seperti melawan keberadaannya, mencoba memaksa tubuhnya untuk mundur.
Ketika jaraknya tinggal beberapa meter dari altar, tanah tiba-tiba bergetar hebat. Sebuah raungan menggema, membuat Zhang Wei segera menarik pedangnya. Dari balik altar, muncul makhluk raksasa dengan tubuh sebesar gunung kecil. Binatang itu memiliki sisik hitam berkilauan seperti berlian, sepasang mata emas yang bersinar tajam, dan tanduk besar yang memancarkan aura keagungan.
Zhang Wei terdiam, sementara Lian Xuhuan berseru keras di dalam pikirannya. “Binatang suci legendaris! Ini bukan hanya penjaga biasa—ini adalah makhluk dari zaman perang dewa!”
Makhluk itu mengeluarkan suara rendah yang dalam, seperti gemuruh petir. “Makhluk fana yang berani melangkah ke wilayahku. Apa yang membuatmu berpikir kau layak untuk api ini?”
Zhang Wei mengangkat pedangnya, auranya melonjak. “Aku tidak akan menyerah begitu saja. Jika kau penjaga api itu, maka aku akan mengalahkanmu.”
Binatang itu menyeringai, menampakkan deretan taring tajam yang seolah bisa merobek apapun. “Kau? Mengalahkanku? Makhluk kecil seperti dirimu bahkan tidak akan bisa menggores kulitku. Tapi baiklah, aku akan menghibur diriku dengan permainan kecil ini.”
Makhluk itu mengayunkan cakar raksasanya ke arah Zhang Wei. Angin yang dihasilkan dari gerakannya saja sudah cukup untuk membuat tanah di sekitarnya retak dan hancur. Zhang Wei menggunakan Langkah Bayangan Angin untuk menghindar, tetapi angin tajam dari serangan itu tetap membuat luka kecil di pipinya.
“Seranganku bahkan tidak menyentuhnya…” pikir Zhang Wei, merasa darahnya mendidih. Namun, rasa takut itu segera digantikan oleh semangat juang.
Dia meluncur ke arah binatang itu, mengayunkan pedangnya dengan teknik Pemecah Bintang, menghasilkan gelombang energi abu-abu yang melesat ke arah makhluk itu. Namun, ketika gelombang energi itu menghantam tubuh binatang itu, hasilnya tidak lebih dari percikan kecil.
“Itu tadi serangan terbaikmu?” ejek makhluk itu sambil tertawa rendah. “Kau bahkan lebih lemah dari yang kukira.”
Zhang Wei menggertakkan giginya, darah mendidih dalam tubuhnya. “Jangan meremehkanku.” Dia segera mengaktifkan bentuk kedua pedangnya, Pelahap Embun, yang memancarkan aura abu-abu pekat, mengubah udara di sekitarnya menjadi lebih dingin dan berat.
Namun, bahkan dengan teknik-teknik terbaiknya, setiap serangan Zhang Wei seperti menghadapi tembok yang tidak bisa dihancurkan. Binatang itu hanya berdiri di tempatnya, menahan semua serangan tanpa bergerak sedikit pun.
Lian Xuhuan berbicara dengan nada mendesak. “Zhang Wei, dengarkan aku. Ini bukan soal kekuatan. Makhluk ini jauh di atasmu. Jika kau terus mencoba menghadapinya secara langsung, kau hanya akan mati. Kita harus mencari celah!”
Zhang Wei mengatur napasnya, mencoba tetap tenang meskipun tekanan dari binatang itu terus meningkat. “Celakanya, bahkan jika aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, dia tidak akan tergores. Jadi, apa yang kau sarankan?”
“Aku sedang mencari pola gerakannya. Kita harus memancingnya untuk menunjukkan kelemahannya. Fokuslah bertahan untuk sekarang.”
Binatang itu mengaum lagi, kali ini dengan kekuatan yang membuat tanah di bawahnya hancur total. Zhang Wei menghindar dengan susah payah, menyadari bahwa permainan ini jauh lebih berbahaya daripada yang dia bayangkan. “Kalau begini terus, aku akan habis sebelum sempat menyentuh api itu.”
Namun, di balik rasa takut dan keputusasaan, ada sesuatu yang membara dalam dirinya. Zhang Wei menggenggam pedangnya lebih erat, matanya bersinar penuh tekad. “Aku tidak akan kalah di sini.”
Zhang Wei terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka akibat serangan tak terelakkan dari binatang suci itu. Setiap gerakannya terasa seperti membawa beban ribuan ton, sementara binatang itu berdiri dengan tenang, seolah tidak terpengaruh sama sekali oleh upaya Zhang Wei.
“Lemah,” suara makhluk itu bergema seperti petir, penuh ejekan. “Aku tidak tahu apakah harus mengagumi keberanianmu atau menertawakan kebodohanmu. Kau adalah serangga yang mencoba melawan langit.”
Zhang Wei mengertakkan giginya, menahan amarah yang mulai membakar dadanya. Dia tahu bahwa perkataan makhluk itu tidak salah. Semua tekniknya, bahkan Pelahap Embun, tidak mampu meninggalkan bekas sedikit pun pada makhluk ini. Lian Xuhuan, yang biasanya penuh strategi, kini juga terdiam, sadar bahwa mereka menghadapi kekuatan yang jauh di luar jangkauan mereka.
Namun, meski situasi tampak putus asa, tekad Zhang Wei tidak pernah goyah. Matanya memancarkan kilatan tajam, penuh perlawanan. “Aku tidak peduli seberapa kuat kau. Jika aku harus melawan dewa sekalipun, aku akan mencari jalan untuk menang.”
Makhluk itu mendengus, suaranya terdengar seperti gemuruh badai. “Cukup omong kosongnya, mari kita sudahi sekarang. Aku sudah bosan dengan permainan ini. Waktumu berakhir, manusia kecil.”
Makhluk itu melangkah maju, mengangkat cakarnya yang raksasa. Tekanan yang dilepaskannya membuat tanah di sekitar Zhang Wei retak dan hancur. Zhang Wei tahu bahwa satu serangan ini saja bisa mengakhiri hidupnya, tetapi alih-alih mundur, dia berdiri tegak.
“Kau yang memaksa tanganku…” gumamnya pelan, tetapi penuh determinasi. Dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, aura abu-abu yang suram tiba-tiba berubah menjadi gelap pekat.
Lian Xuhuan langsung bereaksi. “Zhang Wei! Apa kau yakin ingin menggunakan itu? Konsumsi energinya sangatlah besar… bahkan aku tidak tahu batas kekuatannya. Ini bisa membunuhmu!”
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
ditunggu up nya Thor