NovelToon NovelToon
ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Non Mey

Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kedatangan Bu Sari

Pagi itu, rumah Ratna cukup tenang, meskipun suasana masih terasa berat akibat kejadian beberapa hari terakhir. Loli tetap bersikap malas, sementara Amira mengerjakan sebagian besar pekerjaan rumah. Ratna tampak sibuk di ruang tamu, membaca majalah sambil sesekali memberi instruksi kepada Amira.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras. Amira yang sedang mencuci piring segera mengeringkan tangannya dan bergegas membuka pintu.

“Bu Sari?” Amira terkejut melihat pemilik laundry berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir.

“Amira, kenapa kamu tiba-tiba berhenti tanpa memberi kabar? Saya pikir ada sesuatu yang terjadi. Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Bu Sari langsung.

Ratna, yang mendengar percakapan itu, mendekat dengan cepat. “Oh, Bu Sari. Ada apa datang ke sini pagi-pagi?” tanyanya dengan nada dingin.

Bu Sari melirik Ratna sejenak sebelum menatap Amira lagi. “Saya khawatir dengan Amira. Kemarin dia tidak masuk kerja dan tidak memberi kabar. Saya pikir dia sakit atau ada masalah.”

Amira menundukkan kepala, merasa tidak enak hati. “Maaf, Bu Sari. Saya tidak sempat memberi tahu. Saya berhenti sementara waktu karena... karena Ibu mertua meminta saya untuk membantu pekerjaan rumah.”

Bu Sari menatap Amira dengan mata penuh perhatian. “Membantu pekerjaan rumah? Bukannya kamu sudah melakukan semuanya selama ini?”

Ratna langsung menyahut, terdengar sedikit tersinggung. “Amira hanya membantu Loli belajar pekerjaan rumah, Bu. Tidak ada yang salah dengan itu. Dia menantu saya, dan sudah seharusnya dia membantu di rumah.”

Bu Sari menggelengkan kepala perlahan, menatap Ratna dengan pandangan tajam. “Bu Ratna, maaf kalau saya bicara terus terang. Tapi dari apa yang saya lihat selama ini, Amira sudah bekerja keras, baik di rumah maupun di laundry saya. Kalau begini caranya, kapan dia punya waktu untuk dirinya sendiri?”

Ratna tampak terkejut dengan keberanian Bu Sari, tapi ia tidak langsung membalas. Bu Sari melanjutkan, suaranya lebih lembut namun penuh makna.

“Amira itu perempuan yang luar biasa, Bu. Dia selalu bekerja dengan tulus dan tidak pernah mengeluh, meskipun saya tahu dia membawa beban berat. Tapi menuntut dia berhenti bekerja hanya untuk mengurus rumah dan memberi ruang untuk Loli? Saya rasa itu tidak adil. Loli sudah cukup dewasa untuk belajar tanggung jawab tanpa harus membebani Amira.”

Amira merasa terharu mendengar pembelaan Bu Sari, tapi ia juga takut Bu Sari akan memicu kemarahan Ratna. Ia mencoba menenangkan situasi. “Bu Sari, saya tidak apa-apa. Saya hanya ingin membantu keluarga. Saya yakin ini hanya sementara.”

Namun, Bu Sari tidak menyerah. “Amira, ini bukan tentang kamu saja. Ini tentang bagaimana kamu diperlakukan. Kamu berhak untuk mendapatkan penghargaan atas kerja kerasmu. Saya tidak akan memaksa, tapi kalau kamu berubah pikiran, laundry saya akan selalu terbuka untukmu.”

Ratna yang merasa tersudut akhirnya berbicara, meskipun nadanya masih keras. “Amira sudah membuat keputusan, Bu. Dia tahu tanggung jawabnya sebagai istri. Kalau dia mau kembali bekerja nanti, itu terserah dia.”

Bu Sari hanya mengangguk pelan. Ia tahu pembicaraan ini tidak akan mengubah banyak hal, tapi ia berharap kata-katanya bisa memberi kekuatan pada Amira.

Setelah Bu Sari pergi, Ratna langsung menatap Amira dengan wajah tidak senang. “Kamu itu kenapa, sih? Semua orang datang ke rumah ini menyalahkan saya seolah-olah saya yang jahat. Kamu memang suka membuat masalah, ya?”

Amira mencoba menjelaskan. “Bu, saya tidak memanggil Bu Sari ke sini. Dia datang karena khawatir. Saya tidak ingin ada masalah.”

“Masalah? Sekarang lihat, gara-gara kamu, semua orang jadi berpikir saya dan Loli memperalat kamu!” Ratna mendengus, lalu pergi ke kamarnya dengan wajah kesal.

Amira hanya bisa menunduk, menahan perasaan yang berkecamuk. Angga yang baru pulang kerja melihat istrinya tampak sedih dan mencoba menenangkan.

“Mira, kamu tidak salah. Bu Sari cuma ingin membela kamu. Jangan terlalu dipikirkan,” kata Angga sambil memegang tangan Amira.

“Tapi, Mas, Ibu marah. Saya tidak ingin jadi sumber masalah di rumah ini,” balas Amira dengan suara lemah.

Angga menarik napas panjang. “Kalau begitu, kita harus segera keluar dari sini, Mira. Aku tidak mau kamu terus-terusan disalahkan. Aku akan cari cara.”

Amira tersenyum tipis, meskipun hatinya masih merasa berat. Ia tahu perjalanan mereka untuk hidup mandiri masih panjang, tapi ia merasa sedikit lega karena Angga selalu ada di sisinya.

Di sisi lain, kata-kata Bu Sari rupanya mulai memengaruhi Loli. Malam itu, ia duduk di kamarnya, merenungkan apa yang telah terjadi. Ia sadar, selama ini ia memang terlalu banyak bergantung pada Amira. Namun, kebiasaan lamanya membuat ia sulit untuk berubah seketika.

Keesokan harinya, Loli bangun lebih pagi dari biasanya. Ia mencoba membantu Amira di dapur, meskipun hanya mencuci piring. Amira yang melihat usaha kecil itu merasa sedikit terkejut, tapi ia tidak ingin membuat Loli merasa canggung.

“Terima kasih, Loli. Kamu tidak harus buru-buru. Pelan-pelan saja,” kata Amira dengan senyuman.

Loli hanya mengangguk pelan, tapi dalam hati ia tahu bahwa perubahan ini adalah langkah kecil menuju tanggung jawab yang lebih besar. Meskipun jalannya masih panjang, Loli mulai menyadari pentingnya peran Amira dalam keluarga mereka.

Di sisi lain, Ratna yang melihat perubahan Loli mulai merasa sedikit lega. Namun, ia masih belum sepenuhnya menerima Amira sebagai bagian dari keluarganya. Bagi Ratna, perjalanan untuk menerima menantu seperti Amira masih membutuhkan waktu dan pengertian.

1
Aini Qu
Lumayan
Sri Wahyuni
bagus karya ini,.... ini realisasi kehidupan nyata
Non Mey: Makasih Kakak 🩷
total 1 replies
karya yang bagus, semoga kedepannya Amira punya keberanian untuk melawan mertuanya.gedek juga lihatnya
sangat keren
lanjutkan kakak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!