Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan malin kundang
Nafas Regan tersengal sengal baunya naik turun dengan nafas yang terputus putus saat dirinya baru saja sampai di apartemen tempat Sri tinggal dan selama satu minggu ini tidak dia temui karena sang ibu selalu memintanya untuk di temani di rumah dengan berbagai alasan, mengingat kesehatan sang ibu yang baru saja berangsur membaik di tambah teringat pesan dokter Shinta yang menganjurkan untuk selalu membuat Sari bahagia dan tenang, membuat akhirnya Regan patuh begitu saja pada permintaan sang ibu meski dirinya harus menahan rindu pada Sri, gadis desa pujaannya.
Regan membuka pintu apartemen setelah memasukkan beberapa nomor kode untuk membuka pintu apartemennya itu.
"Lestari,,, Tari,,,,. Sayang,,,,!" panggilnya terdengar seperti tidak sabaran.
Langkah lebar Regan berhenti di ruang tengah saat sepasang mata sedang menatapnya tajam, jantung Regan hampir saja berhenti berdetak saat itu, kedua kakinya bahkan terasa lemas saat ini, bukan karena dia berlari sepanjang perjalanan dari basement sampai ke tempat itu, melainkan karena sosok yang sedang duduk di sofa single sambil menatapnya tajam sore itu.
"I-ibu,,," cicitnya dengan suara gemetar, sikap yang di tunjukkan Regan hampir sama persis dengan sikap yang di tunjukkan Sri saat Sari mendatanginya pagi tadi di tempat itu.
"Ibu sudah bisa menebak kalau kamu pasti akan segera datang ke sini, tapi ibu tidak menyangka jika kamu akan datang secepat ini, apa wanita muda selingkuhan mu itu sebegitu berartinya untuk mu?" Sambut Sari saat sang putra berdiri di hadapannya dengan wajah yang memucat.
"Maaf bu, tapi dimana Lestari?" tanya Regan dengan pandangan mata yang mulai berkeliaran ke berbagai penjuru ruangan mencari keberadaan kekasihnya.
"Ah,,, rupanya memang gadis itu sudah benar benar membuat mu kehilangan akal, lihatlah bagaimana kau bahkan tanpa merasa bersalah dan tidak tahu malu mempertanyakan keberadaannya pada ku?" bentak Sari.
"Aku mencintainya, Bu." Jujur Regan pada akhirnya. Benar kata Sari jika putranya itu kini seperti sudah kehilangan akal sehatnya, terbukti dengan pengakuannya saat ini, bahkan Regan seperti tidak peduli jika pengakuannya barusan bisa saja mempengaruhi kesehatan sang ibu.
Bukan berarti Regan tidak peduli lagi dengan kondisi kesehatan sang ibu, hanya saja saat tadi pagi Fajar menghubunginya dan memberi tahu perihal Sari yang memaksanya meminta di beritahu tentang dimana keberadaan Sri, pikiran Regan seketika kacau, bahkan dia langsung pulang saat itu juga dari luar kota dan meninggalkan pertemuan pentingnya dengan seorang kolega Sari yang konon katanya bisa membantu menyelesaikan kemelut masalah toserbanya yang seperti berlarut larut tidak kunjung selesai, seperti ada pihak yang sengaja menginginkan toserba itu untuk tidak pernah beroperasi kembali.
Sari bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekat ke arah sang putra, kemudian,
Plak,,,
Suara nyaring telapak tangan yang mendarat di pipi Regan begitu jelas terdengar. Ini adalah tamparan pertama dalam hidup Sari untuk sang putra, dada Sari kembang kempis berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin, menahan amarah yang tiba tiba meledak dalam dirinya saat mendengar sang putra mencintai wanita lain selain menantunya, sungguh Sari tidak ingin menyakiti putra kesayangannya itu, namun dia merasa jika sang putra telah salah jalan dan tersesat sangat jauh sehingga sebagai seorang ibu harus membuatnya tersadar jika apa yang sedang di lakukan putranya itu suatu kesalahan.
Namun sayangnya itu semua hanya pemikiran Sari, wanita paruh baya itu tidak tau apa yang terjadi sebenarnya.
"Bu,,, ibu melakukan ini demi Karina?" suara Regan tercekat, mendapatkan tamparan dari sang ibu untuk pertama kalinya di usia setua ini, membuat hatinya merasa teramat sakit, ingin rasanya dia mengatakan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya, tentang Karina yang mengkhianatinya, tentang Karina yang mengandung bukan dari benihnya, tentang kisah cinta Karina dengan Julian kakak tirinya, namun Regan ragu, apa ibunya mampu menerima semua kebenaran itu, dia juga tidak ingin menyesal di sepanjang hidupnya jika sampai terjadi apa apa pada sang ibu setelah dia membeberkan kebusukan menantu yang kini di bela mati matian sampai menampar dirinya.
"Tentu saja, dan bukan hanya demi Karina, tapi juga demi anak yang ada dalam perutnya, demi anak kalian, sadarlah Regan kamu sudah terlalu jauh berjalan ke arah yang salah, kembalilah pada keluarga mu dan lupakan wanita murahan itu, dia hanya menginginkan uang mu saja, tidak lebih!" Teriak Sari tepat di hadapan wajah sang putra agar putranya sadar.
"Apa Karina yang memberi tahu tentang Lestari pada ibu?" tanya Regan dengan tenang meski air mata mulai menggenang di kedua matanya, sakit rasanya berada di posisinya seperti saat ini, ingin membela diri, membela kekasih hatinya, dan menunjukkan kebenaran yang terjadi, namun tak kuasa melakukannya.
"Aku itu ibu mu, ibu mulai curiga sejak pertama kali kamu membawa wanita itu ke rumah sakit, ibu juga sengaja membuat mu sibuk setiap harinya agar kamu tidak punya kesempatan untuk bertemu bahkan berkirim pesan dengan wanita itu, ibu bisa melihat kegelisahan di wajah mu setiap harinya saat kamu sengaja ibu tahan agar tidak kemana mana, ibu tau semua tanpa harus di beri tahu Karina." Terang Sari.
"Termasuk ibu menyuruh ku untuk keluar kota menemui Pak Aris hari ini, adalah agar ibu bisa menemui Lestari di sini? Kemana dia, Bu?" Tanya Regan lagi yang masih penasaran dengan keberadaan Sri yang sejak tadi tidak terlihat di apartemennya itu.
"Wanita itu sudah pergi, tenang saja, ibu sudah memberinya uang yang banyak dan dia bersedia untuk pergi jauh dari mu. Lihatlah,,, wanita mu itu lebih memilih uang dari pada diri mu, apa wanita seperti itu yang kamu cintai?" cibir Sari.
"Tidak, tidak mungkin!" Regan setengah berlari menuju kamar tempat dimana biasa menjadi tempat dirinya dan Sri berbagi tempat tidur, tidak ada kekasihnya di sana, bahkan beberapa baju sudah tidak ada di lemari saat Regan membuka lemari pakaian di kamar itu, tas besar yang biasa teronggok di atas lemari ikut menghilang seperti sebagian baju baju yang hampir setengahnya menghilang dari sana.
"Apa yang ibu lakukan pada Lestari? Dia tidak mungkin pergi begitu saja, apalagi hanya karena uang, dia bukan wanita seperti itu, aku mencintainya bu, aku tidak akan meninggalkannya, aku akan mencarinya kemanapun!" Regan bergegas pergi meninggalkan Sari yang berdiri setengah syok dengan ucapan Regan yang dengan terang-terangan menentangnya demi membela wanita simpanannya.
"Regan, jika kamu tetap pergi untuk mencari wanita itu, maka jangan pernah anggap lagi aku sebagai ibu mu!" Teriak Sari mengancam Regan yang saat ini hendak melangkahkan kakinya keluar apartemen.
Bahkan sumpah serapah sempat terlontar dari mulut Sari yang merasa kecewa dengan sikap Regan yang kini di matanya bak malin kundang si anak durkaha.