NovelToon NovelToon
Not Life In A Dream

Not Life In A Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cintamanis / Model / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Salsa Salsa

Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.

----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku

masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.

" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9

BAB 9

“Mbak Aliya”. Sapa orang di seberang sana dengan penuh ceria.

“Salamnya mana neng”. Sahutku sambil menyunggingkan senyum.

“Oh ya lupa. Assalamualaikum mbak Aliya”.

“Waalaikumsallam ning Nesya yang cantik”. Jawabku penuh dengan semangat. Apalagi pagi- pagi sudah disapa oleh neng cantik yang selama ini kemana- mana selalu bersamaku.

“Mbak kapan baliknya, kok lama”. Tanya neng Nesya sedikit merengek.

“Kan mbak udah bilang kemaren sama neng cantik. Mbak pulang berapa hari coba kemaren masih inget gak?”. Tanyaku menggoda.

“Kemaren berapa hari mbak Nay, waktu mbak Aliya bilang?”. Tanya bocah cantik itu pada Naila sang pengasuh sementara dan juga salah satu teman dekatku sesama anak ndhalem.

“seminggu”. Jawab Naila yang terdengar samar dari seberang sana.

“Seminggu mbak Aliya”. Ulang neng Nesya semangat. “Emang seminggu itu berapa hari mbak Aliya”. Tanya bocah empat tahun itu polos.

“Tuju hari neng cantik. Sebentar lagi ya, masih lima hari lagi”. Jawabku menenangkan karena aku yakin pasti sebentar lagi neng cantik ini akan mulai merengek menangis tak berkesudahan kalau aku salah sedikit saja untuk memberi penjelasan.

“Lima. Itu kan banyak segini kan berarti”. Tunjuknya pada kelima jari tangan kanannya yang begitu menggemaskan.

“Iya segitu”.

“Kok banyak sih mbak, kenapa enggak besok aja. Nanti kita main sama dek Musa sama mbak Dijah juga”. Kata si cantik yang sudah mulai tampak akan ngambek.

“Emang kalo sama mbak Nay gak suka ya”. Sahut Naila mulai ikut nimbrung dengan kami berdua.

“Suka tapi kalo sama mbak Nay gak seru mainnya cuman disini aja”. Kata si cantik beralasan.

“Lah emang kalo sama mbak Aliya neng Nesya mainnya kemana aja?”. Tanya Naila sambil pura- pura ngambek juga.

Tawaku pecah saat terlihat wajah geng Nesya yang begitu menggemaskan. Wajah yang seperti berusaha berpikir keras sungguh lucu.

Percakapan kami terus mengalir hingga tak ku rasa bahwa kami sudah mengobrol lebih dari setengah jam. Waw itu luar biasa.

“Sampun geh neng, besok lagi ya”. Kataku mulai mengakhiri panggilan video call.

“Dada mbak Aliya, assalamualaikum”. Tutup neng Nesya sambil melambaikan tangan lucu.

“Waalaikumsalam neng cantik”. Tutup ku juga sambil menjawab salam.

Senyum masih menghiasi wajahku walaupun panggilan video sudah selesai. Rasanya sudah sangat kangen sekali dengan neng Nesya apa lagi dengan gus Musa yang sedang lucu- lucunya.

Kegiatan seorang anak ndhalem yang khidmah kepada gurunya itulah aku saat ini. Padahal baru mau tiga hari aku pulang ke rumah setelah sekian lama. Tapi karena peristiwa kemari rasanya aku ingin segera pergi ke terminal atau setasiun terdekan dan segera pergi kembali ke Pasuruan.

Suasana pondok yang asri karena berada di daerah dataran tinggi. Juga dengan segudang kegiatan mulai dari mengabdi sampai mengaji benar- benar ku butuhkah saat ini. Entah rasanya semua membuatku tak bisa walaupun hanya untuk berpikir hari esok aku baik- baik saja.

Pukul delapan, masih lumayan pagi untukku yang biasa full oleh kegiatan sudah bersantai dengan pikiran berkecamuk.

“Kau disini rupanya”. Siapa lagi yang berbicara kalau bukan sang suami dadakannya.

Tanpa berniat untuk menengok ke sumber suara itu berasal. Aku masih tetap berada diposisi yang sama.

“Kita harus bicara serius kali ini”. Ungkapnya yang sudah ada didepanku terpaut oleh meja taman yang begitu klasik.

“Baik terserah kakak saja”. Kataku pasrah. Bagai mana pun juga aku adalah seorang istri. Seorang makmum. Yang dituntut selalu sendiko dawoh kepada suami apa bila hal yang diminta itu tak melanggar aturan syari’at dan juga norma.

“Ok. Kita harus membahas tentang kita. Tentang aku pun juga tentang kamu”. Katanya yang sepertinya akan menjadi kata pembuka pada pembicaraan yang pastinya begitu serius dan juga penting. Yang akan berpengaruh kepada masa depanku juga mestinya.

1
Nurul Awula
kak kenapa belum up kk
Nurul Awula
up lagi dong tor ♥️
Nurul Awula
penasaran banget udah ini cerita kamu bikin nagih tor ♥️🤭
Nurul Awula
tor ayo up dong tor😌
Nurul Awula
masih tetap menunggu tor ♥️😊
sabil: ok tunggu ya kak🫶🫶🥰🥰🥰
total 1 replies
sabil
malam ya kak ya.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶
Nurul Awula
aku selalu menunggu nya tor sehari sampe tiga kali cek hp udah up atau belum ♥️🤭
Nurul Awula
up dong tor cinta banget sama alur ceritanya ♥️
sabil: sabar ya kak
total 1 replies
Gái đảm
Nggak percaya aku bisa habisin baca cerita ini dalam sehari!
Yusuo Yusup
Bikin terinspirasi.
sabil: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!