NovelToon NovelToon
Pocong Bintang Kos

Pocong Bintang Kos

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Rumahhantu / Zombie / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:917
Nilai: 5
Nama Author: Deriz-Rezi

"Pocong Bintang Kos"

Budi, penghuni baru di Kos 13B, harus berbagi kamar dengan Pocong Hilarious, hantu kocak yang bercita-cita jadi bintang komedi. Namun, di balik tawa yang mereka ciptakan, ancaman makhluk gaib mulai mengintai. Saat kegelapan menyerang, bisakah tawa menjadi senjata untuk menyelamatkan semua penghuni kost

Kos 13B terlihat biasa saja, tapi siapa sangka, di dalamnya ada Pocong Hilarious—hantu konyol yang suka melucu. Ketika Budi pindah, hidupnya berubah drastis, dari tenang menjadi penuh tawa… dan horor.

Tawa yang diandalkan Pocong dan Budi justru menarik perhatian makhluk gaib yang lebih kuat. Penjaga Lama kos mulai menyerang, mengancam nyawa semua penghuni.

Bisakah tawa mengalahkan kegelapan?

Ikuti kisah kocak dan seram "Pocong Bintang Kos"!

Salam Hormat
(Deriz-Rezi)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deriz-Rezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 2: Cahaya yang Memudar

Budi, Djigo, dan Pocong bergegas keluar dari ruangan gelap di mana mereka nyaris disergap Pemakan Cahaya. Lentera kecil mereka kini lebih redup, seperti lilin yang hampir padam. Ketiganya tahu bahwa jika cahaya lentera mati, mereka tidak akan punya perlindungan lagi dari makhluk-makhluk itu.

“Kita harus cari tempat aman secepatnya,” ujar Djigo sambil melirik ke belakang, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka.

“Tempat ini semakin aneh,” gumam Pocong. “Dulu kost ini cuma bau dan kotor, tapi sekarang rasanya kayak neraka kecil.”

Budi, yang biasanya paling ceroboh, kali ini terlihat serius. “Apa pun yang terjadi, kita nggak boleh biarin lentera ini mati.”

---

Lorong Penuh Jebakan

Mereka melangkah ke lorong panjang yang dipenuhi pintu-pintu tua. Setiap pintu memiliki ukiran aneh yang memancarkan cahaya samar. Saat mereka berjalan, salah satu pintu terbuka perlahan dengan suara berderit.

“Jangan masuk,” kata Djigo sambil menarik Budi, yang hampir saja melongok ke dalam.

“Tapi, siapa tahu di dalam ada sesuatu yang berguna,” balas Budi dengan penasaran.

Pocong melongok ke dalam, hanya untuk menemukan ruangan kosong dengan lantai penuh pasir. “Percaya sama aku, itu jebakan. Jangan sentuh apa pun yang kelihatan terlalu gampang.”

Tiba-tiba, dari dalam ruangan, suara tawa anak kecil terdengar. Mereka langsung mundur, dan pintu itu menutup sendiri dengan keras.

“Aku nggak suka tempat ini,” kata Budi, menggigil.

---

Petunjuk di Dinding

Saat mereka melanjutkan perjalanan, Djigo melihat coretan di dinding yang terlihat seperti peta. Dia berhenti untuk memeriksanya. “Ini sepertinya petunjuk,” ujarnya.

Peta itu menggambarkan lorong-lorong kost dengan tanda-tanda kecil yang menunjukkan lokasi lentera besar. Ada catatan di bawahnya: “Cahaya hanya bertahan jika hati tetap bersih.”

“Apa maksudnya ‘hati tetap bersih’?” tanya Budi bingung.

Pocong mengangguk sambil berpikir. “Mungkin kita harus hindari konflik atau ketakutan berlebihan. Kegelapan ini mungkin memperkuat diri dari emosi negatif kita.”

---

Serangan dari Kegelapan

Sebelum mereka bisa melanjutkan, suara gemuruh terdengar dari ujung lorong. Pemakan Cahaya mulai muncul satu per satu, menyelinap di antara bayangan. Mata merah mereka menyala dengan intens, memandangi lentera kecil yang dipegang Djigo.

“Cepat, kita harus lari!” teriak Budi.

Mereka berlari menyusuri lorong, tetapi makhluk-makhluk itu semakin cepat. Salah satu Pemakan Cahaya melompat ke arah Budi, membuatnya hampir menjatuhkan lentera.

Pocong segera melompat dan menghalangi makhluk itu, membuat mereka berdua terjatuh ke lantai. “Pergi duluan! Aku akan tahan mereka!” teriaknya.

“Tidak! Kita nggak akan ninggalin kamu!” balas Djigo sambil menarik tangan Pocong.

Mereka akhirnya berhasil kabur, tetapi cahaya lentera semakin redup, membuat kegelapan terasa lebih pekat.

---

Tempat Aman Sementara

Mereka menemukan sebuah ruangan kecil yang pintunya terbuat dari besi. Begitu masuk, mereka segera mengunci pintu dan mendapati ruangan itu dipenuhi dengan buku-buku tua dan sebuah lentera kecil di tengah meja.

“Setidaknya kita aman untuk sementara,” kata Djigo sambil mengatur napas.

Budi memeriksa lentera kecil di meja. “Lentera ini kelihatan lebih terang dari punya kita. Mungkin ini bisa bantu kita.”

Pocong mengambil sebuah buku tua dan membacanya dengan suara pelan. “Di sini tertulis bahwa Pemakan Cahaya hanya bisa dikalahkan jika kita menemukan lentera utama di pusat kost.”

“Berarti peta tadi benar,” ujar Djigo. “Kita harus pergi ke lokasi yang ditunjukkan di peta.”

---

Bersiap Melawan Kegelapan

Mereka menyusun rencana untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi lentera utama. Sebelum pergi, mereka mengganti lentera mereka dengan lentera kecil yang lebih terang dari meja.

“Ini mungkin belum cukup kuat, tapi setidaknya kita punya sedikit keunggulan,” kata Pocong.

Budi mengangguk, meski masih terlihat gugup. “Semoga kita bisa sampai ke sana sebelum Pemakan Cahaya menemukan kita lagi.”

Dengan tekad baru, mereka membuka pintu besi dan kembali ke lorong gelap, menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.

(Bersambung ke Episode 3)

JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE FAVORIT DAN HADIAH YAAAA 🩵🩵🩵

1
Anonymous
semangattt kamu poci pasti bisa 🤪💪🏻
Deriz-Rezi: Aku maunya disemangati kamu(Kata poci)😁🤭
total 1 replies
Anonymous
🤣🤣ada ada aja
lanjutt kak
Anonymous
menarikk kak lucu 😁😁
Deriz-Rezi: Terima kasih Kak Dukung Terus karyaku ya kak🥰
Anonymous: semangattt 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻 terus kak buat karya nya
total 3 replies
Deriz-Rezi
Ditunggu cerita selanjutnya 💥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!