Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Setelah seminggu dengan kondisi yang tidak karuan, akhirnya awal pekan Dimitri pergi juga ke perusahaan.dia kembali bersih dan rapi. Agaknya semalam tadi dia sudah merenungi atau lebih tepatnya dia sudah tahu apa yang perlu ia lakukan.
" Selamat pagi, Pak."
" Ya selamat pagi, berikan laporan tentang tamu yang mencari ku."
" Baik Pak."
Semua karyawan Dimitri tampak senang melihat bos mereka datang ke perusahaan setelah sepekan menghilang. Tanpa bertanya pun mereka sudah tahu sebabnya, karena Dimitri menghilang setelah peristiwa kepergoknya dia bersama Nilam pagi itu.
Akan tetapi mereka memilih diam. Bisik-bisik cukup dilakukan di belakang tanpa harus sampai terdengar ke telinga Dimitri. Lagi pula itu juga bukan urusan mereka. Salah-salah mata pencaharian mereka bisa lenyap juga terlalu ikut campur.
Cekleek
" Ini Pak Dimi, selama seminggu Anda tidak datang ada beberapa orang yang mencari. Diantara mereka ada klien, lalu ada pengacara dan kemarin Mbak Nilam juga datang ke sini."
Dimitri tidak terlihat terkejut sama sekali dengan laporan dari sekertaris pribadinya itu. Nilam datang pasti mencarinya. Dan dia baru ingat bahwa Nilam kemarin meminta uang untuk pemeriksaan kandungan.
Pria itu membuang nafasnya kasar, dia lupa memiliki tanggungjawab itu. Tapi kemudian ia tersenyum, senyum yang memiliki banyak sekali sesuatu tersimpan di dalamnya.
" Untuk hari ini hubungi ini, ini dan ini, atur janji temu dengan mereka. Dan untuk pengacara jadwalkan besok pagi. Meskipun mendesak tapi nggak masalah kalau ditunda sehari."
" Baik Pak."
Sekertaris Dimitri keluar dari ruangan dan segera melanjutkan tugas yang diberikan. Dimitri sendiri langung mengerjakan pekerjaannya. Ia juga mengirimkan uang kepada Nilam untuk urusan pemeriksaan kandungan.
Demi lancarnya tujuan yang ingin dipakai, dia harus menyelesaikan semua dari awal. Termasuk Nilam.
Tring
Di seberang sana Nilam tersenyum lebar ketika menerima notifikasi di ponselnya. Sejumlah nominal uang masuk di rekeningnya. Ia sangat puas ketika apa yang diinginkan terwujud meski harus melalui sedikit peristiwa yang tidak menyenangkan.
" Ohooo rupanya dia udah wake up ya. Nah ini kan bagus. Sekarang waktunya meriksain kamu dek. Papamu udah ngasih duit, jadi kamu harus tumbuh sehat ya. Soalnya hanya kamu yang bisa ngiket Papa."
Dengan wajah yang riang Nilam mulai bersiap. Ia memanggil Sukiya untuk membantunya. Dan bahkan kali ini dia mengajak Sukiya untuk ikut dengannya.
Awalnya Sukiya tidak mengerti mengapa tiba-tiba dirinya diminta menemani majikannya itu. Tapi ketika mereka sampai di rumah sakit dan menuju ke poli kandungan, Sukiya langung paham bahwa saat ini majikannya tengah hamil.
" Nggak sama papa nya ini?"
" Hehehe Papanya sibuk kerja Dokter."
Sukiya berdecak saat mendengar Nilam berkata begitu entengnya. Ia kesal melihat tingkah majikannya yang demikian. Atau lebih tepatnya malu. Tapi percuma juga merasa malu karena orang yang bersangkutan saja tidak malu sama sekali. Dan hebatnya Nilam memeriksakan kandungannya di RSMH.
" Hamil hasil selingkuh kok bangga. Gendeng emang nih orangnya. Otaknya udah sengklek. Mana dia datengnya ke rumah sakit punyanya istri sah nya lagi. Hadeeeh, emang otaknya udah rusak."
Sukiya menggerutu dengan suara pelan. Kalau saja bukan gaji besar dan juga kebutuhan untuk keluarganya, Sukiya enggan bekerja dengan Nilam. Sebenarnya dulu tidak masalah, tapi setelah mengetahui Nilam menjadi pelakor, menjadi selingkuhan pria beristri, Sukiya menjadi ilfeel terhadap majikannya itu.
" Sangat bagus, berkembang dengan baik. Mbak nggak ngalamin mual muntah kah?"
" Sampai saat ini nggak Dokter, masih biasa saja. Malahan makan aja yang banyak."
" Waah bagus itu, saya resep kan obat penambah darah saja sama vitamin ya. Ehmm saya tetep kasih obat mualnya juga, diminum saat merasakan mual aja."
Nilam mengangguk, dia terlihat begitu bahagia. Sambil mengusap perutnya yang masih rata, dia tersenyum terus ketika melihat hasil USG janinnya.
Ini memang hal yang dia inginkan. Sesuatu yang tidak dapat dimiliki Dimitri ketika menikah dengan Neha, dan dia berhasil mewujudkannya.
Dengan kehamilan ini Nilam bertekad bahwa ia harus mendapatkan Dimitri seutuhnya. Maka dari itu dia harus segera bisa menikah dengan pria itu untuk mengamankan posisi dirinya dan anaknya.
Pemeriksaan selesai, Nilam melenggang keluar dati ruangan dokter dan berjalan menuju ke ruang parkir. Sebum dia masuk ke dalam mobil, ia melihat seseorang yang familiar baginya. Sebuah seringai terbit di bibirnya saat melihat orang itu.
" Suki, kamu tunggu bentar."
" Siap!"
Sukiya merasa bodo amat mau kemana majikannya itu pergi. Tugas dia cuma menemani. Disuruh ikut ya dia akan ikut, disuruh tetap tinggal ya dia tetap tinggal. Dia benar-benar tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan Nilam.
Klotak klotak klotak
Suara sepatu beradu dengan paving, Nilam berjalan dengan sedikit lebih cepat agar bisa menjangkau orang yang ia kenal itu.
" Selamat pagi Bu Dokter, bagaimana kabar Anda," sapa Nilam dengan sikap yang dibuat seramah mungkin.
Neha, ya orang yang Nilam katakan kenal itu adalah Neha. Entah tujuannya apa tiba-tiba menghampiri Neha seperti itu.
" Aah si selingkuhan ternyata. Ehmm baik dong sangat baik. Kenapa, kamu ngarepin saya nangis-nangis gitu karena suami saya selingkuh. Maaf ya, saya nggak segitunya."
" Oh bagus deh kalau gitu, jadi saya pun bisa tenang membesarkan anak saya."
" Woaah bagus tuh, silakan. Silakan lakukan sesukamu. Tapi inget, apa yang kamu tabur akan kamu tuai perempuan nggak tahu diri. Kamu dapet pria dari hasil rebut, jadi hati-hati, nanti dia pun bisa di rebut wanita lain juga. Yah tapi sih bukan urusan saya ya. Lagian yang namanya sampah kan emang cocok sama tempat sampah. Silakan menikmati hidup kamu Nona Nilam, bye!"
Klotak klotak klotak
Nilam masih berdiri terpaku disana saat Neha sudah melenggang masuk ke gedung rumah sakit. Dia mengepalkan tangannya dengan erat. Niat hati ingin membuat Neha marah, tapi malah dirinya yang dibuat kesal.
" Sialan sialan sialan! Haah sabar, ambil nafas dan buang. Aku yakin, aku yakin dia sekarang sedang iri. Dia iri karena aku bisa hamil. Aku yakin dia iri karena kehamilanku makanya dia bilang gitu. Mas Dimi, selama ini dia cuma melihatku, jadi aku yakin dia nggak akan tergoda dengan wanita lain lagi. Apalagi aku punya anaknya. Huh, lihat aja nanti. Kau yang akan beneran menyesal."
Nilam membalikkan tubuhnya, dia kembali ke mobilnya dan ingin segera pergi dari sana.
Keyakinannya sungguh besar bukan, dan apakah semua akan terjadi sesuai dengan yang Nilam inginkan? Entahlah karena masa depan tidak ada yang mengetahuinya.
TBC
.