NovelToon NovelToon
Ketulusan Cinta Umar

Ketulusan Cinta Umar

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Ummu Umar

Umar yang menikahi sekarang gadis karena insiden yang dialami keduanya, kisah cinta rumit keduanya karena ternyata sang Istri memiliki orang yang dia cintai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang Kerumah

Setelah menunggu beberapa hari akhirnya Shifa diperbolehkan pulang dengan catatan setiap pekan dia harus rutin mengontrol kondisinya.

"Ini rumah kita dek". Umar mempersilahkan sang istri masuk, disana sudah ada ummi beserta keluarganya menunggu Shifa pulang kerumah.

"Mereka keluarga kamu?? Tanya Shifa begitu melihat banyak orang dirumahnya seolah-olah menyambutnya.

"Iya, mereka adik-adik dan juga ayahku dan yang berada di troli itu adalah anak-anak kita". Ucap Umar.

Mereka semua tersenyum melihat kedatangan Shifa dan tengah berbahagia menyambutnya.

"Selamat datang dirumah nak, aku harap kamu bisa mulai beradaptasi dengan keadaan rumah".

"Apa kalian semua tinggal disini?? Twnya Shifa dengan hati-hati.

"Tentu tidak nak, kami sangat banyak begini masa tinggal dirumah kamu". Shofiyah tersenyum dibalik cadarnya.

"Ini Ammar, adik Umar yang paling tua sekaligus suami sepupu kamu nak Safa, ini Ubay dan istrinya Fahira adik Ammar, dan ini si kembar Aryan dan Arjun adik Ubay dan Ini adalah kedua anak bungsu perempuan Rumisya dan Raihana".

Shifa mengangguk tapi mulai memegang kepalanya karena kembali terasa pusing, dia sangat Familiar dengan acara perkenalan seperti ini pada ingatannya".

Istirahatlah nak, kelihatannya kamu masih belum pulih". Shofiyah mendudukkan Shifa dibantu Oleh Rina dan disana juga ada adiknya Salwa dan Gibran.

"Jangan terlalu memaksakan ingatanmu nak, pelan-pelan saja". Gibran memandang anaknya dengan tidak tega, walau dia marah, dia tetap menyayangi sang anak.

"Ayah ada disini juga". Ucap Shifa dengan mata berbinar melihat ayahnya itu.

"Tentu nak, ayah dan ibu serta adikmu sangat menunggu kamu sadar dan pulih jadi kami datang kesini, nanti ibumu dan mertuamu akan bergantian menemani mu disini untuk menjagamu".

Shifa memandang kedua parubaya yang kontras penampilan itu bagaimana tidak, yang satu tak memakai cadar yang satu memaki cadar.

"Terima kasih mau menjagaku setelah apa yang kulakukan pad skalian selama ini". Shifa menundukkan kepalanya menyesali perbuatannya apalagi mendengar perkataan ayah dan ibunya beberapa hari lalu.

"Tidak apa nak, setiap orang pernah berbuat salah dan tidak ada yang tidak mungkin jika kita berubah, kecuali kita sendiri yang tak mau berubah dan terus menerus melakukan kesalahan itu baru fatal". Shofiyah tersenyum dan mengelus kepala sang anak menantu.

"Mertuamu benar nak, setiap orang berhak dapat kesempatan untuk berubah, asal kita bisa berusaha tidak mengulangi lagi".

"Terima kasih maafkan aku sekali lagi".

"Yang harusnya kamu sampaikan itu bukan pada kami nak, yang paling terluka dengan semua ini adalah suamimu". Rina mengelus kepala sang anak dengan sayang.

"Sudah tidak apa-apa, bagaimana kalau aku antar kamu ke kamar saja dek biar istirahat".

"Boleh kak, sejak tadi kepalaku pusing". Ucap Shifa memandnag sendu lelaki dihadapannya ini.

"Baiklah Ayo, Ammar, tolong bawah anak-anak naik, mungkin istri kakak ingin beristirahat sambil melihat anaknya".

"Iya kak, kakak bawah saja kak Shifa naik barang-barang dan anak-anak kami yang akan membawanya". Ammar dan Ubay segera membawa barang-barang Mereka dibantu dengan Si kembar Aryan dan Arjun karena barang-barang si kembar anak mereka juga dibawah pulang kerumah karena mereka akan tinggal dirumah Umar kembali.

"Kita duduk dulu dan berbincang, sudah lama kita berkumpul seperti ini". Ajak Ahmad kepada besannya, media bapak-bapak ini memang sangat akrab.

"Bagaimana kabarmu nak Shifa, om jarang melihatmu, karena kamu juga jarang berkunjung".

"Aku baik om, hanya saja aku akhir-akhir ini sibuk sekali karena semester akhir". Safa menjawab pertanyaan pamannya dengan sopan tanpa perduli tatapan kebencian sepupunya sejak tadi memandangnya dengan tidak enak.

"Syukurlah nak, selesaikan kuliahmu dan programlah anak agar kamu tidak terlalu kesepian".

"Oh iya paman kami memang akan memprogramnya jika kuliahku selesai". Ucapnya dengan senyuman.

"Syukurlah nak jika kamu baik-baik saja, oh Iya Abinya Umar, bagaimana dengan kabar pernikahan si kembar, kapan akan dilaksanakan??

"Kami belum merencanakannya, nanti jika Shifa agak mendingan baru kami akan menikahkan mereka serempak".

"Oh begitu, tidak apa-apa jika kalian ingin mempercepat, toh Shifa juga sudah pulang".

"Rencananya pernikahan itu bulan depan kak Gibran, kami susah melamar dan sudah ada pertemuan keluarga jadi tanggalnya juga sudah diputuskan". Shofiyah mengkode suaminya karena sejak tadi suaminya malas membahas tentang pernikahan si kembar.

Tepatnya dia tidak suka dengan kedua menantunya itu, dia tidak suka karena merekalah sengaja menjebak anak-anak dengan obat peransang sangat beda dengan Fahira yang mereka tidak ngapa-ngapain mereka sekedar buka baju karena kehujanan.

"Oh bagitu, tapi kenapa suami kamu kesannya tidak bersemangat seperti itu??

"Hanya masalah kecil menyangkut mereka kak, tenang saja, semuanya sudah aman". Shofiyah enggan menjelaskan detail nya.

Gibran menganggukkan kepalanya mengerti, dia tidak akan bertanya lagi melihat sikap Ahmad yang terkesan tidak perduli pernikahan si kembar itu,

"Oh iya nak Aryan dan ank Arjun bagaimana persiapan segalanya sudah selesai?? Tanya Gibran kepada kedua anak muda itu.

"Iya paman, kami sudah menyiapkannya hanya tunggu tanggalnya saja". Ucap keduanya dengan lesu.

Gibran mengkerut kan keningnya melihat sikap ketiga laki-laki dikeluarga Ahmad itu, apa gerangan sebenarnya terjadi, kenapa sikap mereka seolah tak menginginkan pernikahan itu.

"Ya sudah, kalian perbanyak sholat malam saja untuk meminta petunjuk nak, kita berharap pernikahan itu hanya sekali seumur hidup".

Keduanya hanya tersenyum paksa menanggapi perkataan Gibran itu, mereka sebenarnya enggan menikahi perempuan itu tapi mereka telah melakukan hal itu, dan mereka harus bertanggungjawab dengan tindakan mereka sekalipun mereka tak menyukainya.

"Kalau begitu kami pamit dulu paman, ummi abi dan tante, kami akan mengurus sesuatu terlebih dahulu". Aryan menyalimi kedua orangtuanya begitu juga Gibran sedangkan mertua perempuan kakaknya mereka hanya mangatupkan tangannya kemudian pergi.

"Assalamualaikum". Ucap keduanya berjalan dengan gontai.

"Waalaikumsalam". Ucap Mereka dengan kompak.

Sedangkan Safa dan Shofiyah serta para gadis menghela nafas berat, mereka tahu jika kedua pemuda itu merasa tertekan dengan rencana pernikahan itu tapi mereka harus melakukannya karena itu adalah kesalahan mereka yang harus mereka pertanggung jawabkan.

Rina dan Gibran saling menatap seolah bertanya ada apa sebenarnya, kenapa mereka seperti itu.

"Kalau begitu aku akan naik dulu melihat anak-anak setelah itu pulang, Rina akan menginap disini kan untuk menemani Shifa??

"Iya kak Shofiyah, aku dan kak Gibran akan menginap beberapa hari ini sedangkan Salwa akan pulang kerumah karena dia harus bekerja".

"Ya sudah kalau seperti itu, aku naik dulu yah, sekalian berpamitan karena aku akan mengajak Fahira pergi ke dokter".

"Iya kak silahkan".

Shofiyah naik keatas tepatnya kamar sang anak sulung, setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk barulah Shofiyah masuk

"Ummi pulang dulu yah nak, nanti ummi kesini lagi, nanti mertuamu akan menginap disini".

"Iya ummi ummi dan adik-adik hati-hati yah, aku akan berkunjung kerumah kalau sempat".

"Iya nak tidak apa-apa jaga istrimu saja dengan benar, ummi pulang dulu yah nak".

"aiya Ummi hati-hati dijalan, maaf tidak mengantar ummi".

"Tidak apa sayang, ummi harus mengantar Fahira ke dokter dulu".

"Memang Fahira kenapa Ummi??

" Nanti kalau sudah pasti ummi kabari kalian, assalamualaikum ". Shofiyah keluar dari kamar sang anak dan mengajak semua anaknya pulang kerumah sedangkan Ubay akan ikut mengantar Fahira

1
Puspa Indah
Maaf ya kak, rasanya ada yang gak pas dengan jalan cerita dari awal. Umar, orang sholeh kenapa refreshing di pantai?

Kalau boleh kasih masukan dikit, Umar nyelamatin si wanita yang mau bundir di jembatan atau dimana lah. Si wanita depresi karena cowoknya. Karena kasihan dan ingin mengayomi takut kejadian terulang, Umar ngelamar wanita itu. Nah.. di situ tuh.. baru jalan cerita lika-liku ketulusan Umar menyadarkan isterinya sembari mencoba meraih hatinya. Maaf ya mbak, aku sok-sokan ngasih saran segala. Moga sehat dan sukse selalu. Semangat!
Puspa Indah: Umar kan gak bercadar kak... 😂
Gak kok, saya cuma melihat dari sisi Umar sebagai lelaki bujangan sholeh yang sepertinya sangat menjaga mata dan sentuhan terhadap lawan jenis. Sedangkan pantai bisa dikatakan sebagai tempat wisata yang paling berpotensi terlihatnya aurat yang terbuka, entah sepi atau ramai. Sekali lagi mohon maaf ya kak..🙏🙏🙏
Ummu Umar: terima kasih sarannya, nanti diperbaiki lagi berikutnya.
masalah Refresing tidak masalah sebenernya dimana tempatnya. didalam cerita juga dikatakan disana tempatnya sepi.
banyak kok teman-teman bercadar pergi ke pantai sebagai bentuk tadabbur alam.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!