NovelToon NovelToon
GrayDarkness

GrayDarkness

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Romansa
Popularitas:852
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

011 - Neraka (6)

Gray memungut batu hijau gelap itu dengan hati-hati. Batu itu terasa hangat di tangannya, berdenyut dengan energi yang samar namun terasa kuat. Ia mencoba merasakannya, mencoba memahami sumber energi misterius yang terkandung di dalamnya. Energi itu terasa…familiar, tidak mirip dengan kekuatan gelap yang mengalir dalam dirinya sepertinya elemen bumi, namun lebih murni, lebih…alami. Sebelum ia sempat menyelidiki lebih lanjut, sesuatu menggerakkan semak-semak di dekatnya. Sebuah bayangan melompat, mendarat dengan tenang di hadapan Gray.

Gray terkejut. Ia mundur selangkah, tangannya masih menggenggam batu itu erat-erat. Sosok itu…tidak seperti yang pernah ia lihat sebelumnya. Seorang anak laki-laki, tapi dengan penampilan yang tak biasa. Kulitnya seputih salju, telinganya runcing, rambutnya cokelat keemasan yang panjang dan terurai, wajahnya… sangat cantik?, dengan fitur-fitur halus yang lebih menyerupai seorang elf daripada manusia biasa. Mata birunya tajam dan penuh rasa ingin tahu.

"Siapa kau?" tanya Gray, suaranya sedikit gemetar karena terkejut.

Anak laki-laki itu tersenyum, senyum yang menawan namun menyimpan sedikit misteri.

"Namaku Taro,"

Jawabnya, suaranya lembut dan merdu seperti gemerisik daun-daun di musim gugur.

"Dan kau…? Aku tidak mengenalmu."

Gray merasa sedikit bingung. Ia belum pernah bertemu anak laki-laki secantik ini sebelumnya.

"Gray,"

Jawabnya singkat, masih mengamati Taro dengan curiga.

"Dan… apa yang kau lakukan di sini?"

Taro menunjuk ke arah batu hijau gelap di tangan Gray.

"Batu itu… aku mengenalnya,"

Katanya, matanya berkilau.

"Itu adalah Batu Inti Gaia. Setidaknya, sisa-sisanya."

Gray mengerutkan dahi.

"Batu Inti Gaia?"

Ia belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Taro mengangguk.

"Sebelum kehancuran… sebelum Mother Gaia of Tree dan para Guardian jatuh… Batu Inti Gaia adalah sumber kekuatan utama dunia ini. Sepertinya, monster yang kau bunuh adalah penjaga sisa-sisa kekuatannya."

Taro mendekat, matanya mengamati batu itu dengan penuh minat.

"Aku mencari potongan-potongan Batu Inti Gaia ini. Mereka adalah kunci untuk memulihkan dunia."

Gray terdiam, mencerna informasi baru ini. Jadi, batu hijau di tangannya bukanlah sekadar batu biasa, melainkan potongan dari sumber kekuatan utama dunia yang telah hancur? Dan Taro…ia sepertinya tahu lebih banyak tentang dunia ini daripada yang Gray ketahui. Sebuah pertanyaan baru muncul dalam benak Gray: Bisakah Taro membantunya menyelamatkan anak-anak lain? Dan apakah Taro sekutu atau musuh?

“Aku percaya padamu,”

Ucap Gray, suaranya terdengar lebih yakin daripada yang ia rasakan. Ia menyerahkan Batu Inti Gaia kepada Taro. Batu itu terasa dingin saat meninggalkan genggamannya, meninggalkan sensasi aneh yang mirip dengan kehilangan sebagian dari dirinya sendiri.

Taro menerima batu itu dengan kedua tangan, matanya bersinar.

“Terima kasih, Gray,”

Katanya, senyumnya tulus dan ramah.

“Mulai sekarang, kita adalah teman.”

“Baik,”

Jawab Gray singkat, perasaannya campur aduk antara harapan dan kegelisahan.

“Mari kita bekerja sama untuk keluar dari neraka ini. Kemana kita pergi selanjutnya?”

Taro berpikir sejenak, matanya menatap jauh ke dalam hutan yang gelap.

“Kita harus menemukan anak lainnya terlebih dahulu, untuk meningkatkan kekuatan kita dan meningkatkan kemungkinan untuk bertahan,”

Katanya, jarinya menunjuk ke arah sebuah jalur sempit yang tersembunyi di balik reruntuhan batu-batu besar.

“Aku merasakan sisa-sisa energi Gaia di sana. Mungkin ada yang tersembunyi, atau setidaknya, petunjuk untuk menemukannya.”

Gray mengangguk, mengamati jalur sempit itu. Ia masih merasakan sisa-sisa ketakutan dari pertarungannya sebelumnya, namun kehadiran Taro memberinya rasa percaya diri yang baru. Mereka berjalan bersama, langkah kaki mereka memecah kesunyian Abyss yang mencekam. Aroma busuk dan aura korupsi masih terasa kuat, namun entah kenapa, Gray merasa sedikit lebih tenang. Kehadiran Taro, dan Batu Inti Gaia yang kini berada di tangan temannya itu, seolah memberikan secercah harapan di tengah kegelapan. Mereka berjalan dalam diam, hanya suara langkah kaki mereka yang memecah keheningan, mencari jalan keluar dari neraka ini, menuju petualangan selanjutnya yang belum diketahui. Di udara, bau aneh dan menyengat mulai tercium, berbeda dari bau busuk Abyss. Bau ini…mengingatkan Gray pada sesuatu… Namun apa?

Bau menyengat itu semakin kuat saat mereka mendekati ujung jalur sempit. Gray mengerutkan dahi, mencoba mengenali aroma yang begitu familiar namun sulit didefinisikan. Aroma itu… manis, namun juga sedikit membusuk, seperti buah-buahan yang telah terlalu matang dan mulai membusuk. Taro berhenti, menghirup udara dalam-dalam.

“Ini… aroma tanaman racun,”

Katanya, suaranya serius.

“Tapi bukan racun biasa. Ini… berbeda.”

Ia mengeluarkan sebuah benda kecil dari sakunya – sejenis kalung yang terbuat dari tulang dan dihiasi dengan serpihan batu yang berkilauan.

Kalung itu bergetar lemah di tangannya.

“Kalung ini,”

Kata Taro,

“memberiku peringatan akan bahaya. Dan ini… bukan hanya bahaya biasa.”

Mereka mencapai ujung jalur sempit. Di hadapan mereka terbentang sebuah lembah yang luas, dikelilingi oleh tebing-tebing curam dan dipenuhi oleh tumbuhan yang aneh dan berwarna-warni. Tumbuhan itu memancarkan cahaya redup, namun tampak layu dan menunjukkan tanda-tanda keracunan yang parah. Di tengah lembah, mengalir sungai yang berwarna merah kehitaman. Udara di lembah terasa lebih berat, dipenuhi dengan aroma yang menyesakkan.

“Lembah Racun,”

Kata Taro lirih, matanya mengamati lembah dengan ekspresi waspada.

“Tempat ini… sangat berbahaya. Tanamannya mengeluarkan racun yang mematikan, dan sungai itu… dihuni oleh makhluk-makhluk yang tak kalah mematikannya.”

Gray memperhatikan sekeliling, bulu kuduknya berdiri. Ia merasakan sensasi yang tidak nyaman, seperti sedang dipantau oleh mata-mata yang tak terlihat.

“Bagaimana kita bisa melewatinya?”

Tanya Gray, suaranya sedikit gemetar. Taro menunjuk ke arah seberang lembah, ke sebuah titik kecil di antara tebing-tebing.

“Di sana,”

Katanya,

“Ada jalan rahasia. Namun… sangat berbahaya. Kita harus berhati-hati.”

Hening menyelimuti mereka sejenak, hanya suara angin yang berdesir di antara tumbuhan beracun yang memecah keheningan. Tantangan baru menanti mereka di depan. Lembah Racun, dengan segala bahaya dan misterinya, siap menguji keberanian dan kemampuan mereka.

Tiba-tiba lembah bergetar hebat, mereka terdiam, dan dari jarak yang sangat jauh, terlihat raksasa yang sangat besar, aura nya sangat mengintimidasi mereka, mereka tidak bisa bergerak karena aura yang terlalu mengerikan, makhluk itu bergerak kesini.

Tanah di bawah kaki Gray dan Taro bergetar semakin hebat, debu beterbangan dari tebing-tebing curam di sekeliling Lembah Racun. Raksasa itu, sosoknya samar-samar di kejauhan, namun auranya yang mencekam terasa seperti tekanan fisik yang nyata. Udara menjadi semakin sesak, seolah-olah paru-paru mereka dipaksa untuk bekerja dua kali lipat. Taro, meskipun terlihat tenang di luar, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Kalung tulang di lehernya bergetar hebat, memancarkan cahaya redup yang samar.

Gray merasakan jantungnya berdebar kencang. Bukan sekadar ketakutan, melainkan insting primal yang memberitahukannya akan bahaya yang sangat besar. Ukuran raksasa itu… tak terbayangkan. Jauh melampaui apapun yang pernah dilihatnya sebelumnya. Ia menelan ludah, merasakan kekeringan di tenggorokannya.

"Kita harus bergerak,"

Bisik Taro, suaranya hampir tak terdengar di tengah gemetar bumi.

"Itu… jauh lebih besar daripada yang kupikirkan. Kita tidak bisa bertahan jika ia menyadari keberadaan kita."

Taro menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. Ia melirik ke arah jalan rahasia yang telah ia tunjuk sebelumnya. Meskipun sangat berbahaya, itu mungkin satu-satunya pilihan mereka sekarang. Kehadiran raksasa itu telah mengubah segalanya. Menunggu bukanlah pilihan.

Dengan gerakan cepat dan senyap, Taro memimpin jalan, menyusuri jalur terjal menuju jalan rahasia. Gray mengikutinya, langkahnya tergesa-gesa namun tetap berusaha menjaga keseimbangan. Aroma busuk dan manis dari tanaman racun semakin menyengat hidung mereka, membuat mata mereka berair. Mereka harus cepat. Setiap detik terasa berharga, setiap langkah berisiko. Raksasa itu masih jauh, tetapi gemetar tanah semakin kuat, mengindikasikan bahwa makhluk itu mendekat. Aura mencekamnya terasa semakin kuat, seakan-akan perlahan mencengkeram jiwa mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!