Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih ada Harapan.
Ada sedikit titik titik harapan di dalam hati Xiao Yuen jika Dantian nya akan benar benar pulih sepenuh nya.
Kembali Xiao Yuen bergerak sesuai gerakan yang dahulu pernah dia lihat saat jendral mengajarkan jurus jurus awal ilmu silat.
Setelah melakukan gerakan beberapa saat lama nya, hingga peluh membasahi seluruh tubuh nya, Xiao Yuen menghentikan gerakan nya, terengah engah duduk kembali di depan kuil.
Sambil duduk bersandar pada tembok kuil, Xiao Yuen menatap kembali kearah patung Dewi Laut Timur yang terlihat seperti menatap kearah telapak tangan nya sendiri.
"Apakah ada sesuatu di telapak tangan patung Dewi Laut Timur itu, kenapa mata nya menatap kearah telapak tangan nya sendiri?" pikir Xiao Yuen heran, karena jelas sekali ia melihat patung itu sedang menatap telapak tangan nya sendiri, walaupun sekilas mirip orang yang sedang mempersilahkan orang lain masuk.
Karena rasa penasaran nya, Xiao Yuen segera memanjat patung emas itu, memperhatikan apa yang dilihat patung itu di telapak tangan kanan nya.
Ternyata di telapak tangan patung itu ada tulisan kecil yang di guratkan dengan pisau berbunyi, "Shin Liong Kim Kiam yang terdapat di dasar telaga, hanya bisa dikuasai oleh seorang manusia berhati bersih, terlepas dari segala dendam, jika tidak, pedang itu akan mendatangkan bencana dan malapetaka bagi umat manusia, Dewa akan jadi iblis, Ksatria akan menjadi Durjana, siulian empat puluh hari empat puluh malam akan membersihkan hati mu dari segala nafsu serakah Angkara murka" begitu lah bunyi tulisan di telapak tangan kanan patung Dewi Laut Timur itu.
Berkali kali Xiao Yuen mengulangi membaca tulisan di telapak tangan patung Dewi Laut Timur itu, hingga ia hapal di luar kepala.
Setelah turun kembali, Xiao Yuen bersandar ditembok depan kuil emas itu, mengulang ulang tulisan yang dia baca tadi.
"Ah! Pusing, mending aku melihat lihat kedalam kuil ini saja!" pikir Xiao Yuen bangkit berdiri, berjalan memasuki ruangan kuil Emas itu.
Tidak ada apa apa didalam kuil itu, hanya sebuah altar batu di ujung barat membujur ke timur dengan lebar kira kira lima jengkal, dan panjang satu depa setengah.
Di ujung timur altar, atau di pangkal nya, terdapat sebuah patung kecil ber bentuk seorang Dewi yang terbuat dari emas, setinggi dua jengkal, sedang kan dibelakang altar tidak terdapat apa apa hingga sampai ke tembok kuil di sisi barat altar.
Sedangkan di dinding kuil, terlihat guratan guratan seperti satu tehnik pernafasan dan tehnik kultivasi tingkat tinggi, tetapi semua gerakan dan tehnik tehnik pernafasan nya, seperti tidak sinkron satu dan lain nya, mirip sebuah bab yang berbeda beda.
"Aneh!, satu gerakan satu tehnik, namun tidak nyambung satu dengan lain nya" pikir Xiao Yuen bingung.
Berulang ulang Xiao Yuen membaca dan mencermati gerakan dan tehnik juga keterangan nya, tetap tidak sinkron satu dengan yang lain nya.
Tiba tiba Xiao Yuen terbayang gerakan yang ter gurat pada tembok kuil pertama dahulu.
"Tunggu!, seperti nya ini ada bagian bagian yang sengaja di hilang kan, tapi apa ya?, apa mungkin bagian yang dihilangkan itu sengaja dipotong dan di letakan di kuil pertama, tapi bagian mana ya?, apa mungkin dinding pertama pada kuil pertama, disambung dengan dinding pertama pada kuil emas ini?" pikir Xiao Yuen coba merekayasa, namun ternyata gagal.
Meskipun dibalik, dinding pertama pada kuil kedua disambung dinding pertama pada kuil pertama, tetap tak ber kecocokan.
Xiao Yuen terus mereka reka, namun semua nya terus menemukan jalan buntu.
Setelah hampir setengah hari berpikir sambil melihat guratan di dinding kuil emas itu.
Bagai mana jika di mulai dari dinding kiri kuil emas ini, dilanjutkan dinding kanan kuil pertama lalu bersambung dinding kiri kedua kuil emas ini dan dinding kanan kedua kuil pertama?" pikir Xiao Yuen mulai merangkai rangkai sesuai daya ingat nya yang luar biasa.
"Waaaoooo!, ternyata seperti itu kuncinya, kuil pertama hanya gerakan penghubung saja sedangkan kuil emas ini adalah gerakan inti nya, waaaoooo hebat sekali orang yang menciptakan gerakan ini!" pikir Xiao Yuen sambil mereka kembali gerakan keseluruhan dari gabungan dua guratan itu.
Di coba nya melakukan gerakan itu berulang ulang kali, hingga dia merasa sudah sangat mahir sekali.
Setelah melakukan gerakan seperti senam itu berulang ulang, tanpa sadar, tiga belas titik Meridian nya kembali terbuka, hingga kini, sudah dua puluh titik Meridian nya yang terbuka, sehingga semakin banyak energi Qi murni yang masuk dan berkumpul di pusat Dantian nya.
Setelah selesai berlatih, Xiao Yuen keluar dari kuil emas itu, melihat kesekeliling nya, di puncak tebing yang jauh dan tinggi, dia melihat dengan jelas sekali, seekor Pek Eng (Elang putih) yang sedang bertengger membersihkan bulu nya.
"Waaaoooo!, apa yang terjadi dengan tubuh ku?, Pek Eng yang sangat jauh itu, masih bisa kulihat dengan sangat jelas sekali" pikir Xiao Yuen sangat takjub sekali.
Tanpa disadari nya, ternyata Gwa Khang (tenaga kasar) nya pun semakin bertambah besar, yang semula hanya sekitar sepuluh kati, kini sudah meningkat menjadi berkali kali lipat.
"Lebih baik aku mandi saja, badan ku terasa sudah sangat lengket sekali!" pikir Xiao Yuen melangkah ke arah telaga di depan kuil emas itu.
Setelah melepas pakaian nya, di ceburkan nya tubuh nya ke dalam telaga.
Kesehatan air telaga, membuat kekuatan tubuh nya bangkit kembali.
Mungkin karena sudah ribuan tahun tidak di ganggu manusia, sehingga ikan ikan di telaga itu sangat banyak dan besar besar.
Dari tepi telaga, Xiao Yuen melihat ikan yang berenang sangat banyak itu beberapa saat.
"Coba ku lempar dengan batu kerikil, siapa tahu berhasil!" pikir Xiao Yuen memungut beberapa butir batu kerikil sebesar ibu jari tangan.
"Crob!" ....
"Crob!" ....
"Crob!" ....
Tiga kali lemparan kedalam air, namun tak satu pun yang berhasil, ikan ikan itu seperti tidak perduli dengan lemparan yang dilakukan oleh Xiao Yuen itu.
Di coba nya kembali berulang ulang melemparkan batu batu kerikil kearah ikan ikan itu, namun tetap saja, gerakan ikan ikan itu jauh lebih gesit dari kecepatan lemparan nya.
Hingga hampir seratus batu kerikil yang dia lemparkan kedalam air, namun tak membuahkan hasil seekor ikan pun.
Xiao Yuen segera mengenakan pakaian nya kembali, berjalan menyusuri lembah itu.
Beberapa ekor kelinci gemuk terlihat berlari menuju ke semak belukar.
Xiao Yuen mencoba mengejar nya, namun lari kelinci itu jauh lebih cepat dari diri nya.
Kelelahan, Xiao Yuen berteduh dibawah sebatang pohon Siong tua sambil mengatur pernafasan nya.
"Swet!" ....
"Tap!" ....
Tiba tiba se ekor elang putih jatuh dihadapan Xiao Yuen dari atas dahan pohon Siong tua itu, di lilit oleh seekor ular piton sebesar lengan.
Sebentar lagi, elang putih itu akan menjadi santapan ular piton itu.
Tanpa pikir panjang, Xiao Yuen mengambil sebutir batu sebesar ibu jari kaki.
"Tap!" ....
Kepala ular piton itu berhasil dia lempar dengan batu hingga pecah remuk.
Untuk beberapa saat, elang putih itu diam mengatur pernafasan nya, lalu terbang menghilang dibalik pepohonan.
Xiao Yuen segera mencari sesuatu yang bisa dia pergunakan untuk menjadi pisau menyayat tubuh ular piton itu.
Setelah mencari beberapa saat lama nya, akhirnya dia menemukan sebuah batu berwarna hitam mengkilap yang mirip pisau dan memiliki sisi yang sangat tajam.
Dengan pisau batu itu, Xiao Yuen mulai menguliti tubuh ular piton itu, lalu membuat api unggun kecil untuk memanggang daging ular piton tadi.
Beberapa saat kemudian, Xiao Yuen duduk bersandar di bawah pohon Siong, sambil menikmati daging ular piton panggang.
Tidak mampu menghabiskan daging ular piton itu, Xiao Yuen membawa nya pulang menuju kuil emas.
Malam hari nya, Xiao Yuen duduk bersila diatas altar batu, seperti yang selalu dilakukan oleh kakek Guru Darma, sambil mengatur pernafasan nya.
Dia merasa ada serangkaian arus energi yang kuat, mengalir memasuki tubuh nya lewat dua puluh titik Meridian nya yang sudah terbuka itu.
Arus energi itu terus mengalir menuju pusat Dantian nya dan tertampung disana sedikit demi sedikit.
Meskipun masih terasa masih sedikit, tetapi kenyataan itu cukup membuat hati Xiao Yuen sangat bahagia sekali. Dia sangat berharap Dantian nya kini sudah pulih.
...****************...