Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Ancaman Dan Ketakutan
Zi,di antar oleh Jusy kembali ke dalam ruangan kamarnya. Sudah waktunya untuk makan malam. Secepat itu,memang! Jarak dari taman yang di kunjungi Zi ke rumah kaca mencapai belasan hektar. Jadi waktu tempuhnya juga menghabiskan waktu berjam-jam lamanya. Benar-benar tidak masuk akal! Jangan mengumpat reader yang baik hati! Ini hanya cerita fantasi, yang mengalir lewat imajinasi. Hehe!
Jusy keluar dari rumah kaca dan saat itu juga Graysen masuk ke dalamnya. Zi yang kini tertidur miring ke arah kiri dengan selimut tebal membungkus tubuhnya, tidak menyadari hal itu. Graysen mendekat dengan mengalirkan rasa hangat pada aliran darah Zi yang mulai membentuk gumpalan-gumpalan kecil karena rasa dingin yang mencekam.
Awalnya Zi merasakan adanya aliran hangat tersebut,ia, berusaha untuk membuka matanya dan melihat siapa gerangan yang memberinya kehangatan yang sangat menenangkan seluruh tubuhnya. Namun, baru saja kelopak mata yang indah itu hendak terbuka,"Tidurlah, Zi!" Sebuah bisikan membuat dirinya jatuh terbuai ke dalam alam kedamaian, Zi langsung tertidur pulas dengan wajah cantiknya yang terlihat begitu tenang seperti riak danau.
Graysen lantas membelai lembut pipinya Zi yang hanya separuh telapak tangan pemuda itu. Menyingkirkan anak rambut yang menutupi hidungnya,agar napas Zi tidak sesak. Setelah puas pandangi wajah Zi, Graysen berlalu dari ruangan tersebut.
"Bagaimana Jusy?" Tanya Graysen yang kini berdiri di taman bunga yang tadi Zi kunjungi. "Ada seseorang yang merusak sistem teleportasi yang mulia pangeran. Saya tidak melihat siapa pelakunya,tapi ada bulu putih itu yang menyangkut pada pelindung kediaman ini, yang mulia pangeran." Jelas Jusy pada Graysen yang masih sibuk mencari kejanggalan yang tercipta.
Graysen mengambil bulu burung berwarna putih,lembut, bersih, dan wangi,yang panjangnya sampai 30 senti meter, dari bentuknya sama persis dengan bulu burung yang ukurannya sangat besar. "Sepertinya dia ingin menerobos masuk ke dalam, tapi sistem perlindungan yang kuat membuatnya kesulitan untuk masuk." Ucap Graysen setelah menemukan titik terang dari permasalahan yang terjadi.
"Yang mulia pangeran,di ruangan depan ada yang mulia Ratu yang ingin bertemu dengan,Anda." Judy menghentikan aktivitas Jusy dan Graysen,dan menyampaikan maksud dari tujuannya,datang mengacau.
"Hem. Jusy? Selesaikan kerusakan dengan cepat, setelah itu kembali ke rumah kaca,jaga gadis itu dari siapapun yang ingin melukainya!" setelah mengucapkan kalimat tersebut Graysen segera menghilang dari pandangan Jusy dan Judy.
"Baik, yang mulia pangeran." balas Jusy yang ia yakini bahwa Graysen masih mendengarnya.
"Biar aku urus bagian sistem terdalam,Jusy. Kau urus lah bagian yang luarnya, setelah selesai jangan lupa hubungi,Aku!" Judy,juga menghilang dari pandangan Jusy. Kini tinggal perempuan kaku itu sendirian,tidak ingin membuang waktu lebih lama,ia,juga segera menyelesaikan tugas dan pergi dari tempat tersebut.
•••
Zi, menggeliat saat rasa hangat di tubuhnya berganti dengan panas yang membuatnya berkeringat. Matanya yang terpejam dengan terpaksa terbuka lebar, napasnya memburu dengan kening yang berkerut. "Dimana aku? Kenapa udara di sini sangat panas?" Zi menyingkirkan selimut tebal yang masih membungkus tubuhnya.
Sosok bercahaya sedikit gelap menghentikan pergerakannya yang hendak turun dari ranjang super besar. "Jangan bergerak anak kecil! " suara lembut,namun tegas itu membuat Zi terperangah, dengan degup jantung yang melompat dari posisinya.
"Si-siapa, kau?" Zi ,berseru setelah degup jantungnya kembali aman. Matanya tidak beralih dari sesosok wanita yang ia yakini tingginya hampir setara dengan Graysen.
"Tidak perlu cemas anak kecil. Saya adalah Ratu di istana kerajaan Aestherlyn. Panggil saja Saya,Ibunda, karena Graysen adalah putraku." Jawab wanita itu kembali berseru. Wajah cantiknya menghipnotis Zi karena begitu mempesona. Tapi,Zi tidak terpengaruh apapun sekarang, hanya sekedar terpesona saja.
"Kenapa saya harus memanggil Anda Ibunda, yang mulia Ratu? Saya masih punya Ayah dan Ibu, jadi tidak perlu repot-repot untuk memanggil Anda dengan sebutan Ibunda!" Zi berkata tegas dengan penuh cibiran. Gadis cantik itu melihat siapa perempuan itu yang tidak lain adalah Ratu dari seorang selir. Dia juga tidak pernah di sentuh oleh yang mulia Raja. Kekuatan Zi bereaksi lebih pada ruangan ini, bahkan Ia juga melihat sedikit lebih jauh dari pada dua hari sebelumnya.
Algeria, terperangah dengan mulut yang terbuka. Namun hanya sebentar saja. "Ah, itu karena kamu dan Graysen sudah resmi menjadi kekasih." Jawabnya dengan santai, tidak ada keraguan dalam ucapannya.
"Satu lagi gadis kecil—"
"Saya,bukan anak kecil!" Protes Zi menyolot ucapan Algeria. Bahkan wajahnya terlihat sangat tidak bersahabat. Hawa panas yang mengaliri tubuh Zi membuat darahnya mendidih dan ingin marah-marah saja.
"Maafkan Saya,anak manis. Kalau begitu apa yang kamu inginkan sehingga sampai di istana ini? Kalau bukan kekasih Graysen kamu juga tidak akan bisa datang dengan sendirinya,kan?" Tutur lembut Algeria benar-benar membuat siapapun menyukainya,tapi.. kenapa Zi,tidak? Awalnya Algeria berpikir Zi akan takut,dan bersujud memohon ampun padanya,dengan begitu Algeria bisa mengancamnya untuk memperalatnya untuk menghasut Graysen. Tapi, ternyata Algeria salah menebak orang kecil ini.
"Mana pintu keluar? Saya mau pergi dari ruangan pengap dan panas ini!" Zi, benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya, semakin Algeria mendekat ke arahnya, Zi, semakin murka, lihatlah wajah Zi saat ini,sudah berubah merah padam seperti buah manggis matang di pohon.
"Kamu, tidak akan bisa keluar dari tempat ini, gadis manis! Nikmati saja hari-hari indahmu di sini sampai kamu memanggilku dengan sebutan Ibunda!" Algeria terpaksa menggunakan kekuatannya sebagai ancaman untuk,Zi.
Zi, dengan paksa membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan Algeria. Tubuhnya di lilit Akar berduri dan tanaman rambat yang berbau tidak sedap. "Ah.. lepaskan Saya, Nenek sihir!" Zi masih saja tidak mau memanggil Algeria dengan panggilan Ibunda. Hal itu membuat tubuhnya semakin tersiksa karena Algeria menambah keeratan pada sulur-sulur buatannya.
Darah segar mengalir dari tiap-tiap luka yang di dapatkan oleh, Zi. Ruangan itu kini berubah bau menjadi busuk dan amis. Zi, menutup matanya rapat-rapat,"Ini sakit.. lepaskan, Saya!" Zi, meraung keras. Pakaiannya yang berwarna putih keemasan kini berubah menjadi merah karena darahnya yang mengalir dari luka yang semakin dalam.
Sebelumnya..
Saat Algeria mendatangi kediaman Graysen,ia, meminta Levi(pelayan pribadinya), untuk membawa tubuh Zi yang masih tertidur pulas. Setelah sinyal yang di kirimkan oleh Levi, sampai padanya, Algeria segera pamit untuk kembali dari kediaman Graysen. Algeria hanya mengatakan bahwa akan ada perkumpulan di istana utama bersama yang mulia Raja. Karena hal itu sudah wajar, Graysen tidak menaruh curiga padanya.
Kini Zi melayang di udara dengan kepala yang menjuntai ke bawah, tubuh kecilnya seperti ayam guling yang di bakar dengan bumbu cabai rawit merah. Zi, tidak mampu lagi mengeluarkan suara sedikitpun, tubuhnya terasa remuk redam dengan kepala yang berdenyut sakit. Algeria tertawa menyeramkan,"Aku tidak punya pilihan gadis manis, kamu sendiri yang menjemput amarahku!" Dengan satu tangannya menahan sulur-sulur mengerikan itu, tangannya yang satu lagi, menanamkan ancaman dan rasa takut, serta patuh terhadapnya, pada tubuh Zi.
Zi, bergetar hebat menahan rasa sakit di terjang dua rasa yang membuatnya menggil dan berkeringat dingin. "Ayah, Ibu, Zi butuh do'a dari kalian!" Lirih Zi, sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya. Tubuh Zi terayun dengan darah segar menetes ke lantai. Ruangan panas itu semakin mengoyak tubuhnya yang kecil.
Algeria segera menghilang dari tempatnya berdiri, dan tinggal lah Zi seorang diri dengan tubuh tergeletak tak berdaya.