Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Padang Rumput II
"Jadikan masa lalu sebagai motivasi untuk terus memperbaiki diri."
****
Ketika Senja hendak meninggalkan tempat itu, ia sekali lagi teringat sesuatu. Ia merasa seperti melewatkan suatu yang penting namun lupa apa itu. Senja dengan bingung memutuskan untuk melihat sekali lagi Padang rumput yang ada di hadapannya.
Senja yakin jika ada hal aneh yang baru saja muncul ketika ia hendak meninggalkan tempat itu. Tapi anehnya sejauh Senja mencari, ia belum menemukan apa pun.
Tempat ini seperti sebuah sistem yang sudah dirancang. Semua hal diatur dengan rapi, bahkan meski tempat ini sudah lama ditinggalkan, suasananya masih sangat baru.
"Apakah hanya ada ini?" gumam Senja bosan sambil menendang-nendang tanah di sepanjang jalan yang ia lalui.
"Kupikir aku akan menemukan hal yang spesial," gerutunya dengan bibir yang manyun ke depan. Ia terlihat kecewa seperti anak kecil yang baru saja kehilangan permen.
Ketika Senja terus berjalan, ia tidak sengaja melihat kelinci yang sedang memakan wortel dari kebun. Wortel itu terlihat sama seperti wortel pada umumnya, hanya saja ada aura aneh yang menyelimuti wortel tersebut.
Dengan rasa penasaran Senja memutuskan untuk masuk ke dalam kebun dan memeriksa sendiri wortel tersebut. Ketika ia masuk, para kelinci yang sedang makan buru-buru untuk keluar, sehingga membuat Senja jatuh terduduk di tanah.
"Sial, tidak bisakah kalian tenang!" bentak Senja kesal saat para kelinci itu melompatinya. Ia menggerutu dengan kasar ketika beberapa kelinci menjadikan tubuhnya sebagai batu loncatan mereka.
"Ugh...!"
Senja yang kesal pun melempar kelinci yang menggunakan tubuh nya sebagai batu loncatan. Dengan kejam kelinci itu jatuh bertebaran di sekeliling kebun. Mereka jatuh dengan tubuh yang tersungkur kebelakang. Tanpa perlu merasa sakit, mereka segera bangkit dan berlari menjauh dari Senja.
Senja hanya menatap mereka dingin sebelum berdiri dari jatuhnya. Ia mengibaskan pakaiannya sebelum berjalan mendekati kebun. Dengan tenang Senja berjongkok di depan tumpukkan tanah yang di penuhi oleh wortel.
Ia kemudian menarik daun wortel dan mengangkatnya keluar dari tanah. Terlihat jelas wortel yang dibaluti energi biru samar. Energi itu tidak besar, hanya saja bentuknya sangat unik. Ia terlihat bersih dan kuat meskipun jumlahnya kecil.
"Aku harus memanggil Kun."
Senja memutuskan untuk mendiskusikan tempat ini dengan Kun, hewan sucinya. Ia lalu melakukan link dengan Kun yang saat ini sedang berada di Asrama.
****
"Hahaha"
Senja terlihat acuh saat Vanilla berlari ria mengejar para kelinci dan burung yang ia jumpai. Seharusnya yang ada di tempat ini adalah Kun tapi entah mengapa ia menolak dengan alasan yang membuat Senja kesal.
Saat ini yang menggantikan Kun adalah Vanilla dan bukannya bekerja, ia malah bermain dengan hewan yang ada di tempat ini. Senja hanya diam mendengar tawa Vanilla setiap kali ia berhasil menangkap mereka.
Terlihat jelas wajah frustasi kelinci dan burung yang Vanilla tangkap. Mereka terlihat gemetaran setiap kali Vanilla menonjolkan gigi taringnya, padahal ia hanya tersenyum bukan berniat untuk memakan mereka.
Senja juga tidak bisa menghalangi Vanilla karena ia masih kecil. Usianya masih menginjak satu tahun, jadi wajar saja jika ia masih aktif-aktifnya untuk bermain.
"Hah," lirih Senja frustasi saat melihat tempat ini. Ia berharap untuk mendapatkan hal yang istimewa setelah pergi ke ruang bawah tanah, namun yang ia dapat hanyalah taman dan kebun bunga.
"Ada apa dengannya?"
Di saat istirahat, Senja mengingat kembali percakapannya dengan Lily. Ia jelas tidak pernah melakukan hal aneh pada Lily atau apapun itu, tapi entah mengapa Lily terlihat kesal dari nada suaranya yang dingin.
****
Satu Jam yang Lalu
Senja sudah berulang kali menelepon Kun namun tidak satu pun panggilannya terjawab. Dengan kesal Senja akhirnya melakukan link dengan Lily.
Setelah hening beberapa saat, akhirnya Lily menjawab panggilannya. Ia terlihat kesal saat menjawab panggilan Senja, tapi itu bisa di maklumi karena biasanya Lily memang seperti itu.
"Dimana Kun?"
Senja langsung bertanya pada intinya, ia terlalu kesal untuk membicarakan hal yang lain.
"Entahlah," jawab Lily acuh tak acuh.
"Hey, kau, sudahlah jawab saja pertanyaan ku."
Senja ingin berteriak marah, namun emosinya teredam mengingat sifat Lily yang memang suka seperti itu.
"Aku tidak tahu, lagi pula saat ini aku sedang sibuk."
Lily terlihat buru-buru untuk mematikan telepon, ia juga terlihat tidak senang setiap kali Senja bertanya mengenai Kun.
"Kalian, huh dasar. Dengarkan aku, aku menemukan ruang bawah tanah di paviliun Permaisuri, dan suruh Kun kesini untuk memeriksanya."
Setelah itu Senja lalu memberikan koordinat ruang bawah tanah dan setelah koordinat terkirim, panggilan pun berakhir.
"Sial," maki Senja yang masih kesal dengan situasi saat ini. Ia memutuskan untuk menunggu Kun sambil berbaring di bawah pohon dekat sungai.
Beberapa menit kemudian, sebuah portal teleportasi muncul di dekat Senja. Portal itu berwarna biru muda dengan beberapa butiran salju yang keluar bersamaan dengan terangnya cahaya yang datang.
"Kun," panggil Senja saat cahaya portal mulai menghilang, namun bukannya Kun yang muncul melainkan Vanilla dengan berbagai macam makanan di tubuhnya.
"Vanilla?" gumam Senja tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Wah, tempat ini sangat keren."
Vanilla terlihat senang, ia menjatuhkan seluruh makannya ke rumput dan berlari ria mengelilingi tempat ini.
Wajahnya sangat ceria, ia bahkan lupa untuk menyapa Senja yang ada di hadapannya. Vanilla terlalu asyik bermain dengan hewan-hewan yang ada di sana, sehingga melupakan nona nya yang masih terpaku di tempat.
"Dan disinilah aku," lirih Senja setelah kembali ke kehidupan nyatanya. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat makanan yang dibawa Vanilla raib dimakan rubah.
Rubah itu terlihat lucu dengan bulu merahnya, ia terlihat sangat menggoda. Namun Senja hanya mengabaikannya sambil melihat langit yang cerah. Aneh rasanya di dalam ruang bawah tanah ini bahkan ada langitnya.
Tempat ini seperti berada di dimensi yang berbeda, kalau bukan karena pintu coklat tua itu, mungkin Senja berpikir tempat ini berada di alam bebas.