NovelToon NovelToon
Pasutri Bobrok

Pasutri Bobrok

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik / Tunangan Sejak Bayi / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Cegil? itulah sebutan yang pantas untuk Chilla yang sering mengejar-ngejar Raja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi

Raja masuk ke dalam apartemen dengan langkah berat. Kunci motor dilemparkan kasar ke atas meja kecil di dekat pintu. Wajahnya kusut, mencerminkan kekesalan yang sulit ia kendalikan. Sella, yang tadi bersikap manis, tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Dan sekarang, pikirannya semakin kalut.

Sementara itu, di atas ranjang, Chilla tampak santai. Ia berbaring sambil memegang novel di tangannya, membaca seolah dunia di sekitarnya tidak ada. Ketika mendengar suara kunci motor yang dibanting, ia melirik sedikit, kemudian kembali tenggelam dalam buku. Namun, senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. Ia tahu apa yang membuat Raja kesal.

Tiba-tiba ponsel Raja berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Alis Raja mengerut, tetapi rasa ingin tahunya lebih besar daripada kecurigaannya. Ia membuka pesan itu dan langsung mendapati serangkaian foto yang membuat darahnya mendidih.

Di layar, Sella terlihat tengah berciuman dengan seorang pria dewasa di dalam mobil mewah. Gambar itu begitu jelas, tidak mungkin salah.

“Sial!” Raja mengumpat sambil menggenggam ponselnya dengan erat. Wajahnya memerah karena emosi.

Chilla, yang mendengar pekikan itu, menutup novelnya dengan santai. Ia menoleh ke arah Raja dengan senyuman tipis yang penuh arti. Dalam hatinya, ia tahu orang suruhannya telah menyelesaikan tugas dengan sempurna.

"Berisik," ujar Chilla dengan nada malas. "Gue lagi baca buku. Kalau lo nggak bisa diem, mending lo keluar dari sini," lanjutnya tanpa sedikit pun menoleh.

Raja yang sudah tersulut emosinya langsung menatap Chilla dengan tajam. "Lo aja yang keluar! Ini kan kamar gue!" ucapnya dengan nada penuh frustrasi.

Chilla mendongak, tersenyum sinis, lalu bangkit dari tempat tidurnya. "Sayangnya, gue nggak mau keluar," jawabnya santai sambil melipat tangannya di depan dada.

"Kenapa sih lo marah-marah? Lagi ada masalah?" tanyanya dengan nada lembut namun jelas-jelas mengejek. Ia berjalan mendekati Raja, menyisakan jarak hanya beberapa langkah di antara mereka.

Chilla menatap wajah Raja yang penuh dengan emosi. Ia tahu, saat ini adalah momen yang tepat untuk bermain dengan pikirannya. "Gue bisa kok jadi tempat curhat lo," ucapnya dengan nada menggoda.

Tangan Chilla dengan perlahan menyentuh dada bidang Raja, mengusapnya dengan gerakan lembut yang membuat Raja terkejut. Jakunnya bergerak naik turun saat ia menelan ludah. Sentuhan itu membuat nafasnya tiba-tiba terasa berat.

"Chilla, lo jangan main-main," ucap Raja dengan nada rendah, tapi ia tidak bergerak menjauh.

Chilla tersenyum lebih lebar. Tangannya kini bergerak perlahan ke leher Raja, jari-jarinya menyentuh jakunnya. "Kenapa? Lo takut? Atau lo nggak bisa nolak gue?" tanyanya dengan nada yang semakin menggoda.

Raja mencoba menjaga jarak, tapi tubuhnya terasa seperti membeku. Nafasnya semakin memburu, dan ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap Chilla yang begitu percaya diri di depannya.

"Chilla, serius, gue lagi nggak mood buat bercanda," ucapnya lagi, kali ini dengan nada lebih tegas. Namun, nada itu terdengar lemah, seolah-olah ia sedang melawan dirinya sendiri.

Chilla tertawa kecil, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Raja. "Siapa bilang gue bercanda?" bisiknya, tepat di telinganya.

Raja akhirnya mundur satu langkah, mencoba mengatur nafasnya. "Lo gila," ucapnya pelan, tetapi wajahnya masih memerah.

Chilla hanya tertawa puas sambil kembali ke ranjang. "Ya udah, gue biarin lo sendiri deh. Tapi kalau lo butuh tempat buat ngeluarin unek-unek, gue di sini, ya," ujarnya dengan santai, membuka kembali novel yang sempat ia tutup tadi.

Raja hanya bisa menghela napas panjang. Pikirannya campur aduk antara kemarahan pada Sella, kebingungan dengan pesan misterius tadi, dan kini, perasaan aneh yang muncul setiap kali Chilla berada terlalu dekat dengannya.

*****

Raja berdiri di balkon kamarnya, ditemani kesunyian malam dan sebatang rokok yang menyala di antara jarinya. Asap tipis mengepul, membaur dengan udara dingin yang menggigit. Ia menatap langit malam yang bertabur bintang, mencoba mencari ketenangan di tengah kekacauan pikirannya. Chilla dan segala keanehannya benar-benar telah membuat hidupnya berantakan akhir-akhir ini.

Raja menghembuskan asap rokoknya, lalu bersandar pada pagar balkon. Namun, suasana tenangnya terganggu ketika tiba-tiba Chilla datang entah dari mana dan langsung duduk di pangkuannya. Ia terkejut, tubuhnya tegang, tetapi ia terlalu bingung untuk langsung bereaksi.

“Lo ganteng banget sih, Raja,” ucap Chilla dengan nada lembut namun menggoda, wajahnya mendekat ke wajah Raja. “Tapi sayang banget kenapa lo nggak pernah liat gue ada,” lanjutnya, sebelum tanpa aba-aba mencium bibir Raja.

Raja tersentak kaget. Ia tidak sempat menolak, tapi asap rokok yang masih tersisa di mulutnya membuat Chilla terbatuk pelan, mengalihkan sejenak situasi yang canggung itu.

“Kenapa lo cium gue? Gue masih rokok,” tanya Raja dengan nada kesal bercampur bingung. Namun, meskipun begitu, tubuhnya tetap diam, tidak bergerak menjauh.

Chilla tidak peduli. Ia hanya tersenyum kecil, lalu tangannya mulai bergerak ke dada bidang Raja, mengusapnya dengan gerakan yang sensual. Sementara itu, bibirnya turun, mengecupi rahang Raja dengan lembut, meninggalkan jejak panas yang membuat jantung Raja berdegup lebih kencang.

“Chilla, lo ngapain?” tanya Raja dengan suara serak, tetapi tidak ada upaya nyata untuk menghentikan gadis itu. Kepalanya terasa kosong, pikirannya bercampur aduk.

Namun, sebelum ia sempat benar-benar memahami situasinya, Chilla kembali mendekatkan bibirnya ke bibir Raja, seolah siap untuk menciumnya lagi. Tapi tepat saat itu, Raja tiba-tiba membuka matanya.

Semua itu ternyata hanya mimpi.

Raja terbangun dengan napas terengah-engah. Ia langsung bangkit dari posisi tidur, matanya menatap lurus ke depan, sementara keringat dingin mengalir di dahinya. Ia menoleh ke samping, melihat Chilla yang terlelap dengan tenang di tempat tidurnya. Wajah Chilla terlihat polos, tidak ada sedikit pun tanda-tanda bahwa gadis itu baru saja melakukan sesuatu seperti di dalam mimpinya tadi.

“Sinting!” serunya pelan sambil mengusap wajahnya dengan kasar. “Tadi gue kenapa bisa mimpi kayak gitu, anjir!”

Raja berusaha mengatur napasnya, mencoba menenangkan diri. Tapi bayangan mimpi itu terlalu jelas, terlalu nyata. Ia bisa merasakan kembali sentuhan tangan Chilla di dadanya, bibirnya di rahangnya, bahkan aroma parfum gadis itu yang samar namun membekas.

“Kenapa gue bisa mikirin dia sampai kebawa mimpi segala?” gumamnya, setengah frustrasi. Ia menoleh ke arah Chilla sekali lagi, memastikan bahwa gadis itu masih tertidur pulas.

Ia menghela napas panjang, lalu bangkit dari tempat tidur. Langkah kakinya membawanya kembali ke balkon, tempat yang sama seperti dalam mimpinya tadi. Ia menyulut rokok lagi, mencoba menghilangkan rasa canggung dan gelisah yang mendominasi pikirannya.

Raja menatap langit malam, tetapi kali ini pikirannya dipenuhi oleh Chilla. Gadis itu memang sering bertindak di luar nalar, penuh kejutan, dan terkadang menyebalkan. Tapi di sisi lain, ada sesuatu dari Chilla yang membuatnya sulit untuk mengabaikan gadis itu.

“Gila,” gumamnya sambil menghembuskan asap rokok. “Mimpi aja udah bikin gue nggak tenang. Apalagi kalau itu kejadian beneran.”

Raja mencoba menepis pikirannya, tapi bayangan mimpi tadi terus menghantui. Ia tidak bisa menyangkal bahwa di dalam mimpinya, ada bagian kecil dari dirinya yang tidak menolak kedekatan Chilla. Itu membuatnya semakin bingung.

Raja akhirnya menghabiskan rokoknya, lalu kembali masuk ke kamar. Ia melirik Chilla yang masih tidur, wajahnya tampak begitu damai. Dalam diam, ia berbisik pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

“Lo ini sebenarnya siapa, Chilla? Kenapa lo bisa bikin gue segila ini?”

Tanpa jawaban, Raja berbaring kembali di tempat tidurnya, tapi matanya tetap terbuka. Ia tahu malam ini ia tidak akan bisa tidur dengan tenang. Pikiran tentang Chilla terus berputar di kepalanya, membawa kegelisahan yang tidak ia mengerti.

Sementara itu, Chilla, yang berpura-pura tidur, membuka sedikit matanya. Ia tersenyum kecil, puas karena tanpa ia sadari, dirinya telah berhasil menyelinap ke dalam pikiran Raja, bahkan sampai ke dalam mimpinya.

1
Kelinciiiii
bersyukur ja
Ciaa
ayo lanjut seru juga ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!