Misteri Desa Bapak Mertua

Saqi siap dengan kameranya untuk mengambil video, sedangkan bisma masih meraung-raung di pintu dapur.

"sangbrut sama sintia anjir," ucap farel dari belakang tubuh saqi sambil tertawa, padahal baru saja ia merasa sedih.

"anjing lo, tapi iya loh dia liatin sintia mulu,"

"ihh apa sih kalian, cepet bantuin usir itu kasian mbok indri," kesal sintia yang tak suka di bicarakan.

Bukannya menurut apa kata sintia, farel justru berjongkok mendekati maya yang masih bersimpuh di lantai karena syok, "ayo berdiri, ke kamar aja ya gak perlu liat lagi,"

"rell gue takut," lirih maya.

"iya may makannya ayo kita ke kamar aja, jangan di liat lagi," farel dengan segera menggendong maya yang lemas dan seperti susah untuk bergerak. Ia langsung masuk ke kamar maya untuk membaringkan tubuh lemas itu di ranjang.

"lo disini aja istirahat ya,"

Terdengar suara barang barang jatuh di dapur, farel bingung mau menunggu maya atau pergi sekarang, "itu kenapa ya?"

"rell bantuin rell...!" teriak saqi panik.

Buru buru farel keluar untuk melihat apa yang terjadi di dapur, rupanya bisma sudah bisa menggapai tubuh sintia di lantai. Sintia sampai menangis ketakutan dan hanya bisa menjerit saking takutnya dengan bisma, mbok indri dan arya juga sudah kuwalahan karena tenaga bisma benar benar kuat bukan main.

"anjing! Woy....!" teriak farel membuat bisma menoleh ke arahnya sebentar. Dengan langkah pasti, farel mengambil ancang-ancang dari jauh untuk menendang bisma.

Brakkkk....

Bisma terjatuh menabrak rak piring yang langsung ambruk, kesempatan itu di gunakan mbok indri untuk menolong sintia. Tak sampai disitu, farel dengan beringas menghajar bisma yang berusaha melawan.

"anjing!! Mati aja lo bangsat.... Najis!"

Arya hanya bisa diam melihat adiknya di pukuli karena tak ada cara lain untuk menangkap bisma, ia juga merasa jika kekuatan bisma tidak seperti manusia, "jangan jangan bener kata bapak, dia bukan manusia,"

"anjing!" untuk yang terakhir kalinya farel memukul kepala bisma dengan dua piring kaca yang langsung pecah dan membuat bisma tak sadarkan diri.

"rel rel udah, mati entar," ucap saqi takut.

"ya biar mati lah, orang dia idup juga gak ada orang yang suka ama dia. Hidup buat apa?" tanya farel masih emosi.

"yaudah lo mending bersihin diri deh sekarang," ucap saqi yang merasa ngeri dengan farel.

Saat akan keluar rumah, farel melihat ke arah arya yang juga melihatnya, "maaf mas, saya gak suka kalau dia kurang ajar sama temen saya,"

Arya tak langsung menjawab, ia beberapa kali menarik nafas panjang, "ya mas saya paham,"

................

Malamnya semua orang sakit, farel pun juga ikut sakit lagi. Mbok Indri sampai kewalahan mengurus mereka bersama arya, "le kamu anter ini ke kamar maya ya, dia belum makan,"

"iya mbok, yang lainnya udah?"

"udah, maya aja yang tadi terus terusan mual,"

"yaudah mbok ini aku ke kamar maya dulu," arya membawa semangkok bubur dan minuman jahe, "maya, aku masuk ya,"

Tak ada jawaban dari dalam, namun arya tetap masuk ke dalam, "maya ayo makan dulu ya, biar gak pusing,"

"aku gak bisa makan mas, masih kepikiran... Pengen mual terus," tolak maya.

"iya tapi harus makan maya, aku gak bisa lama lama nemenin kamu. Temen temenmu juga sakit,"

Maya langsung memegang tangan arya, "disini aja mas, mereka kan udah di urus mbok indri,"

"iya tapi kalau kelamaan disini takut jadi fitnah,"

Arya segera membantu maya untuk duduk, dengan telaten ia menyuapi maya yang terus terusan ingin memuntahkan seluruh isi perutnya, "mas kenapa sih kok jadi sakit?"

"ya emang orang yang liat bisma pasti setelahnya bakalan sakit, makannya dia gak di bolehin keluar siang hari. Kalau malam hari, orang udah jarang keluar jadi dia bisa keluar," jelas arya.

"tapi mas katanya bisma nikah sama mbok Indri biar sembuh, tapi kenapa gak sembuh sembuh?"

"ya cara supaya sembuh itu bisma harus kawin dengan wanita yang masih perawan, sebelumnya mbok indri itu tidak punya suami. Dia juga di juluki prawan tua, makannya di nikahkan dengan bisma. Tapi setelah menikah, mbok indri gak bersedia memberikan keperawanannya kepada bisma,"

"ohh jadi karena itu bisma tiap malam pengen masuk?" tanya maya.

"iya may,"

"tadi dia kayak mau kejar sintia, rugi kalau pun dapet orang dia udah tidur sama farel," gumam maya.

"karena itu dia tadi marah banget sampai kesetanan waktu sintia di ganggu?" tanya arya penasaran.

"ya mungkin aja sih mas,"

"kamu makan dulu,"

"minggir biar gue yang jagain," ucap farel di ambang pintu.

"ya mas silahkan," ucap arya.

"ehhh gak gak, gue mau sama mas arya. Lo kan juga sakit udah lo diem aja di kamar lo," cegah maya.

"may ini udah malam dia mau pulang,"

"bukannya tidur disini ya mas? Kata mbok indri gitu kok," tanya maya.

"iya, tapi kamu lebih baik sama orang yang kamu kenal aja Maya," ucap arya tak enak.

"gak ah, farel itu pacarnya sintia dia juga lagi sakit. Ngapain sih,"

"gue gak pacaran ya sama sintia, udah deh may lo mending nurut,"

"gue mau sama saqi,"

"yang disini gue bukan saqi, udah gak usah pilih pilih,"

"ya gue gak mau, gue mau sama siapa aja kecuali lo,"

"yaudah sama mbok aja ya nduk cah ayu.... Sudah malam kalian tidur saja sana ke kamar kalian, maya biar tidur sama mbok," lerai mbok indri yang langsung disetujui farel dan arya.

......................

"huuuu sakit....."

Bisma merintih kesakitan sambil memegang kepala dan tubuhnya yang terluka, tak pernah ada yang merawat lukanya tiap kali ia di lukai. Karena luka luka di tubuhnya akan semakin parah jika di obati. Lain halnya dengan manusia biasa, ia seperti di takdirkan terkutuk dan di biarkan hidup mandiri tak butuh bantuan orang lain.

Beberapa kali ia mencoba keluar saat siang hari namun yang ada ia mendapat cemoohan dari orang orang, bahkan tetua kampung pun melarangnya untuk keluar saat hari masih terang.

"siapa pria tadi, kenapa dia menggagalkan rencanaku..."

"bisma?" panggil arya dari luar kandang.

"mas tolong mas sakit...." rintih bisma.

"mas minta kamu gak gegabah lagi ya, mas takut kamu malah di bunuh sama tetua kampung kalau kamu berontak terus, kasihan mbok indri sama anak anak kota itu. Mereka gak tau apa apa, jadi jangan ganggu mereka,"

"tapi aku pengen sembuh mas, ini salahnya mbok indri karena gak mau kawin sama aku," teriak bisma.

"ini salahmu sendiri, wanita mana yang sudi kawin dengamu? Sudah tanggung akibatnya sendiri, jangan menyusahkan orang lain apalagi anak anak kota itu,"