Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 : KU BOLEH KENCAN?
Siti dan Gandhi sudah melakukan pembayaran sewa rumah type 36 itu, selanjutnya mereka bersama-sama mencari perabotan sederhana untuk mengisi rumah kosong tersebut. Mulai dari tirai untuk menutupi jendela seluruh ruang dan kamar. Kursi tamu, meja makan. kompor beserta alat masak lainnya yamg wajib perlu ada untuk mengisi dapur. Kulkas satu pintu nan mini juga mereka beli, tempat menyimpan piring satu set dengan wastafel untuk mencuci pring, mereka beli juga. Tidak lupa mesin cuci pakaian yang menurut Gandhi sangat penting dan wajib ada untuk meringankan pekerjaan mereka nanti.
"Nah, gimana udah kayak rumah tanggakan?" senyum Gandhi bangga sudah berhasil mengisi rumah sewa tersebut.
"Kamar rumah ini dua ya, jadi kita tidurnya masing-masing." ujar Siti mengingatkan.
"Oke, siap. Sekarang kamu pilih sendiri, mau pakai kamar yang mana?" tanya Gandhi sangat kooperatif pada istri pura-puranya itu.
"Ya yang besar lah, aku pilih ini." tunjuknya pada kamar paling depan, jendelanya menghadap jalan komplek.
"Oke, karena kamu pilih itu. Maka kamu juga berhak membeli peralatan tidur yang sesuai selera kamu dengan uang kamu sendiri. Kalo aku, tinggal angkat barang-barang di kost ku saja, pasti sudah langsung penuh dah." Putus Gandhi cuek.
"Kok gitu, uangku bisa habis kalo beli alat tidur sendiri." bantah Siti melotot kearah Gandhi.
"Yang nanti tidur di situ tuh kamu, yang liat betapa jeleknya tempat tidur kita itu ortu kamu. Masa ia, kamu mau tunjukin betapa miskinnya lelaki yang kamu pilih sebagai suami mu." Gandhi sambil membuka kotak gelas dan menata apapun yang bisa ia tata, agar rumah itu segera terlihat rapi.
"Huh, kita kepasar lagi? capek." Ujar Siti memilih duduk di kursi tamu."
"Besok lagi saja kalau capek, kan kita gak bilang besok juga pindah kesininya." Gandhi memang seperti lelaki yang baik, mudah mengalah, bijak sana dan pintar juga.
"Uangmu sisa berapa?" tanya Siti to the point.
"Kepo."
"Pilihan furniture yang kamu beli ini, semua barang mewah. Makanya dapatnya sedikit." Koment Siti menyadari kualitas kursi yang ia duduki sekarang, Ia memang tidak banyak ikut campur pada pilihan Gandhi sewaktu di tempat belanja tadi. Jarinya terlalu sibuk berkirim chat dengan Arka.
Siti meminta agar Arka menarik kata-katanya tentang putusnya mereka minggu lalu. Siti juga bilang kalau dia tidak lagi memaksa Arka menikahinya dalam waktu cepat. Soal paksaan orang tuanya, Siti bilang, ia sudah berhasil yakinkan orang tuanya untuk berhenti memaksanya, dan mengijinkannya tetap tinggal di kota ini, walau nanti orang tuanya sudah pindah. Arka senang dengan kabar dari Siti, meminta maaf dan berjanji akan terus melanjutkan hubungan mereka yang sempat putus lebih kurang 10 hari.
"Kamu semangat hidupku Ka, Plis jangan ajak aku putus lagi. Aku hampa tanpamu." Ketik Siti di akhir obrolan yang kemudian ia cukup sibuk berpindah tempat bersama Gandhi.
"Pulang?" tanya Gandhi.
"Ku boleh kencan sama Arka, Gak? kami udah balikan lagi." Jujur Siti pada Gandhi.
"Balikan?' Siti mengangguk-anggukan kepalanya membenarkan informasi tersebut.
"Hubungan yang aneh." Gumam Gandhi tidak mengerti.
"Boleh ya, ku kangen dia banget." Rengek Siti lagi. Gandhi melirik jam di tangannya.
"Sekarang banget?" tanyanya lagi.
"Boleh?" tanya Siti kian mengerucut.
"1 jam cukup?"
"Kencan kok 1 jam, 2 jam deh." Tawar Siti lagi. Gandhi belum menjawab, ia men scroll ponselnya, membaca apapun yang sedang tertera [ada benda pipih tersebut, kemudian memandang wajah Siti, wanita yang baru saja sah menjadi istrinya itu.
BERSAMBUNG ...
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya