Sandra Harris adalah perawan tua kaya raya yang tidak pernah berminat untuk menikah. Ketika usianya 23 tahun, Sandra mengadopsi anak jalanan. Apa yang dia lakukan justru membuatnya dicampakkan oleh sang kekasih.
Sejak itu Sandra memutuskan untuk tidak menikah. Dia fokus membesarkan putranya tapi lambat laun, muncul gosip jika dia memilki hubungan gelap dengan putra angkatnya itu.
Takut gosip itu menggagalkan pernikahan putranya membuat Sandra memutuskan untuk menikah meski usianya sudah 51 tahun.
Sebuah situs jodoh mempertemukan dirinya dengan Daniel, mantan masa lalu yang berusia 52 tahun.
Daniel yang sudah duda dan memiliki 2 anak bersedia menikah dengan Sandra tapi hubungan mereka ditentang keras oleh anak-anak Daniel yang menginginkan ayah mereka rujuk lagi dengan ibu mereka.
Hal itu membuat Sandra dalam dilema. Antara mempertahankan Daniel dan mengalah, dia harus memilih antara satu.
"Kita tidak berjodoh, jadi bercerai saja!" Apakah Daniel akan melepaskannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Jeffry menunggu ibunya kembali dengan perasaan cemas. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 malam tapi ibunya belum juga kembali. Entah apa yang ibunya lakukan dengan laki-laki itu, dia khawatir ibunya ditipu.
Banyak kasus kriminal yang terjadi beberapa hari belakangan. Hal itulah yang membuatnya semakin mengkhawatirkan keadaan ibunya saja. Walaupun ibunya bersama mantan masa lalu tapi hati tidak ada yang tahu.
Jika ibunya tidak kembali dalam waktu setengah jam lagi maka dia akan pergi mencari. Dia akan memukul laki-laki itu jika perlu karena terlalu lama bersama dengan ibunya.
Jeffri mencoba menghubungi tapi ibunya tak menjawab. Itu karena Sandra sudah hampir tiba dan rumahnya pun sudah terlihat jadi dia pikir tidak perlu menjawab panggilan itu. Dia tahu putranya khawatir tapi dia ingin putranya mempercayai dirinya jika semua baik-baik saja. Lagi pula dia sudah mengatakan jika dia sudah hampir tiba 10 menit yang lalu.
"Kenapa kau tidak menjawab panggilan teleponmu, Sandra?" Seolah tidak ada hari esok, Daniel membawa mobil sepelan mungkin supaya mereka bisa bersama lebih lama.
"Ini dari Putraku, aku telah mengatakan padanya jika aku sudah hampir tiba tapi sepertinya dia terlalu mencemaskan aku."
"Bukankah itu bagus? Jangan membuatnya khawatir, jawab saja panggilan darinya."
" Kita sudah sampai, Daniel."
"Oh, aku kira masih cukup jauh. Sayang sekali padahal aku masih ingin bersama denganmu." Daniel menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Sandra.
Jeffri yang sedari tadi mengintip dari balik jendela melihat mobil itu. Dia yakin itu adalah ibunya oleh karena itu Jeffri keluar dari rumah lalu berdiri di depan pintu untuk menunggu ibunya kembali.
"Kita bisa bertemu lagi lain kali, Daniel," Sandra mengambil tasnya. Putranya sudah menunggu dan dia tahu sebentar lagi Jeffri akan seperti seorang wartawan yang mencari informasi.
"Terima kasih untuk makan malamnya dan terima kasih telah mengantar aku," Sandra hendak membuka pintu mobil tapi Daniel tiba-tiba saja memegangi tangannya sehingga membuat niatnya terhenti.
"Apa ada yang?" Ucapan Sandra tiba-tiba terhenti karena Daniel mencium dahinya secara tiba-tiba. Kedua mata Sandra terbelalak atas apa yang pria itu lakukan.
Daniel tersenyum, setelah melakukannya. Sandra masih diam membeku tapi tatapan matanya tertuju pada Daniel. Tangan pria itu pun sudah berada di pipinya dan mengusap wajahnya dengan perlahan. Senyumannya menghiasi wajah sehingga membuat wajah tuanya terlihat semakin tampan.
"Aku menantikan pertemuan kita lagi, Sandra. Aku harap kau memikirkan tawaran yang aku berikan dan aku juga berharap kau segera membicarakannya pada putramu. Jika dia tidak bisa menerimanya maka aku akan datang untuk menemuinya dan berbicara dengannya."
"Oh, hm," Sandra tiba-tiba saja sadar, wajahnya jadi tersipu gara-gara ciuman mendadak yang dia dapatkan.
"A-aku akan segera membicarakannya dengan Jeffry. Aku harap kau juga membicarakan masalah ini dengan putra-putrinya. Jika mereka berdua tidak setuju, sebaiknya kita tidak memaksakan hubungan ini."
"Tidak perlu khawatir, aku pasti akan membicarakan hal ini dengan mereka."
"Hm, aku turun sekarang!" Sandra membuka pintu, "Hati-hati di jalan," Ucapnya sebelum menutup pintu kembali.
Sandra melambai, ketika Daniel membawa mobilnya pergi. Jeffri tak melepaskan pandangan dari ibunya. Tadinya dia ingin menghampiri karena ibunya tidak juga keluar dari mobil. Entah apa yang ibunya lakukan dengan laki-laki itu, yang pasti dia tak menyukainya.
"Apa yang Mama lakukan, Kenapa begitu lama?"
"Kami makan malam saja, Jeffry. Kami juga berbincang akan masa lalu, jadi jangan curiga seperti itu."
"Tapi tidak perlu selama itu, bukan? Mama seorang wanita, aku khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Walaupun Mama mengenalnya tapi aku tidak."
"Kau tidak perlu khawatir, Daniel tidak seperti yang kau bayangkan. Kami bernostalgia akan masa lalu sehingga sedikit melupakan waktu. Maaf telah membuatmu khawatir."
"Baiklah, tapi lain kali jangan pulang terlalu larut."
"Terima kasih telah mengkhawatirkan Mama, Jeffri. Daniel berkata ingin bertemu denganmu, kapan kau punya waktu?"
"Aku sedang sibuk menyiapkan pernikahanku, Ma. Jadi aku tidak memiliki waktu sama sekali!"
"Baiklah, oh tidak!" Dia melupakan sesuatu, "Mama lupa memberikan kartu undangan padanya," karena terlalu seru membicarakan masa lalu membuatnya melupakan tujuannya untuk mengundang Daniel ke acara pernikahan putranya.
"Baguslah. Aku lebih suka dia tidak datang. Sudah malam, segeralah masuk dan istirahat," Jeffri melangkah masuk terlebih dahulu.
"Jangan begitu, Jeffri. Bukankah kita sudah sepakat untuk mengundangnya? Jika kau tidak punya waktu untuk bertemu dengannya maka kalian bisa bertemu di acara pernikahanmu nanti."
Jeffry tidak menjawab. Dia lebih suka pria bernama Daniel itu tidak datang. Apa kata orang-orang nanti ketika melihat ibunya membawa kekasih di acara pernikahannya? Orang-orang pasti akan berbicara buruk tentang hal itu.
Sandra pergi ke kamarnya. Dia akan menghubungi Daniel tapi sebelum itu dia pergi mandi terlebih dahulu. Tidak saja ingin mengundangnya, dia juga ingin tahu apakah Daniel sudah tiba di rumahnya atau belum.
“Ma, aku buatkan minuman hangat untukmu!” Jeffri masuk ke dalam kamar ibunya dengan segelas minuman hangat.
“Terima kasih, Jeffry. Pergilah beristirahat, kau pasti lelah.”
“Mama juga harus beristirahat dan habiskan minuman itu!” Jeffri pamit pergi, sedangkan Sandra mencoba menghubungi Daniel.
Dia menunggu beberapa saat dan ketika mendengar suara Daniel, senyuman menghiasi wajahnya. Hatinya serasa berbunga, dia sudah seperti anak remaja saja. Tidak dipungkiri, perasaan yang dia rasakan saat ini sama dengan perasaan ketika Daniel mendekati dirinya dulu.
“Apa kau sudah tiba di rumah, Daniel?”
“Tentu saja, Sandra. Aku baru saja tiba. Aku tidak menduga, begitu cepat kau merindukan aku,” ucap Daniel menggoda.
“Bu-bukan begitu!”
“Sayang sekali, padahal aku sangat ingin mendengar jika kau merindukan aku.”
“Hm, aku khawatir denganmu karena sudah larut dan ada yang hendak aku sampaikan padamu.”
“Baiklah, aku sudah sampai jadi kau tidak perlu khawatir dan katakan apa yang hendak kau sampaikan supaya kau dapat tidur tapi seandainya kau tidak bisa tidur, kau bisa memanggil aku karena aku akan datang untuk menemanimu tidur!”
“Jangan menggoda aku, Daniel. Putraku akan memukulmu seperti memukul seorang pencuri.”
Daniel terkekeh. Jika Sandra tinggal seorang diri, mungkin dia akan menyelinap bagaikan seorang pencuri untuk menemui dirinya.
“Jadi, apa yang hendak kau sampaikan?”
“Aku lupa mengundangmu ke acara pernikahan Putraku. Aku akan mengirimkan kartu undangannya jadi katakan padaku, ke mana aku harus mengirimkannya,” dia sudah tidak banyak tahu lagi tentang Daniel dan dia yakin Daniel tidak mungkin tinggal di rumah lamanya.
“Aku akan mengirimkan alamatnya untukmu, Sandra.”
“Baiklah. Aku harap kau bisa datang karena aku akan memperkenalkan dirimu pada Putraku.”
“Untuk itu, aku pasti datang!” Dia justru sangat ingin bertemu dengan putra asuh Sandra dan memintanya untuk memberikan Sandra.
“Jika begitu selamat malam, Daniel. Maaf telah mengganggu waktumu.”
“Selamat malam, Sandra. Aku harap kau memimpikan aku,” Sandra tersenyum tipis setelah percakapan mereka selesai. Dadanya jadi berdebar seolah-olah dia sedang jatuh hati. Di usianya yang seperti itu apakah dia masih bisa jatuh cinta?
Rasanya jadi malu karena tidak seharusnya dia merasakan debaran seperti itu tapi Siapa yang dapat mencegahnya? Kisah lama mereka berdua rupanya belum selesai.
ini kisah cinta saat usia sdh matang, dan mungkin agak terlambat. namun cinta mmg tak pandang usia. Hadirnya tiba² tanpa permisi, jika pergi tiba² bisa menyisakan luka walau tak berdarah....
aq jd curiga dg istri Dion...dan kenapa takut dan tunduk pd istri ..?
semoga aja Sandra tidak tertipu dg anak2nya Daniel