Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror itu
Mahardika mengendarai mobilnya menuju sebuah tempat dimana ia akan bertemu dengan seseorang yang akan bekerjasama dalam pembangunan pabrik kelapa sawit. Ia berencana akan memproduksi sendiri minyak dari perkebunannya dalam bentuk biodiesel.
Rencananya ini akan membuat ia semakin menjadi kaya raya karena tentunya produknya itu akan sangat diminati dan ia berupaya sedang mengurus perizinan usaha melalui seseorang yang lebih faham.
Hari terlihat semakin gelap. Bahkan ia lupa untuk menjenguk Ayu Sutini sang istri. Bukankah dahulunya wanita itu menjadi alasannya untuk menikahi Dayanti agar dapat hidup tenang? Namun mengapa ia mengabaikannya? Bahkan tak pernah menjenguk sang istri semenjak dirumah sakit, lupakah ia akan janji mereka?
Deeeeep
Mobil tiba-tiba mati mesin. Pria itu mencoba menghidupkannya berulang kali, namun tak juga dapat menyala. Mahardika memukul setir mobil dengan kesal.
Ia keluar dari dalam mobil, lalu mencoba memeriksa diantara keremangan langit yang semakin terlihat temaram.
Sesaat matanya tertuju pada rumpun bambu yang ada disisi sebelah kanannya.
Deeeeegh
Perasaannya tidak enak. Bukankah jika ia mengendarai mobil, maka seharusnya sudah hampir tiba dipinggiran kota, lalu mengapa ia masih berada ditempat itu, dan sedari tadi perasaannya ia sudah melaju cukup standar dengan kondisi jalanan yang berbatu.
"Kenapa aku masih sampai disini?" gumamnya dengan lirih, sembari memperhatikan dua rumpun bambu yang tumbuh dengan subur dan seolah seperti pintu gerbang menuju alam lain.
Wuuuuuusssh
Desiran angin bertiup perlahan. Dedaunannya bergesek dengan menimbulkan bunyi yang sedikit berisik, namin seolah sebuah panggilan pilu dan terdengar samar suara rintihan yang begitu sangat mengiris hati.
Deeeeegh
Degub jantungnya seolah berhenti. Ia berdiri mematung menatap pada lorong diantara dua rumpun bambu yang sedang ia pandang didepannya.
Wuuuuuuusssh....
Kembali angin bertiup cukup semilir yang membuatnya merasa terpanggil untuk berjalan ke arah sana.
Tatapannya seperti kosong, dengan langkahnya yang perlahan, ia menuju lorong rumpun bambu tersebut.
Haaaaahhh....
Seperti suara desisan seseorang yang terdengar miris dan membuat bulu kuduk meremang.
Ia berdiri didepan lorong. Terlihat sangat gelap, dan ia melirik kiri dan kanannya, tak ada sesiapapun disana.
Tiba-tiba saja ada sesuatu yang melintas dan membuatnya tersentak kaget.
Didepan satu sosok wanita bergaun hitam sampai menutup keatas tanah.
Mahardika merasa penasaran, dan kakinya bergerak mengikuti sosok tersebut dengan memasuki lorong rumpun bambu.
"S-siapa?" tanyanya dengan nada terbata.
Haaaaaahss
Kembali suara desisan yang membuatnya seolah terbawa semakin jauh ke dalam hutan bambu.
Wuuuuuush
Wuuuuuush
Tiba-tiba akar pohon yanga entah dari mana datangnya mengikat pergelangan kaki Mahardika, lalu ia terbanting ke atas tanah dan ditarik dengan gerakan cukup cepat, ia terseret masuk kedalam.
"Aaaaaaaaa....," pekiknya dengan sangat keras dan ketakutan.
Ia harus menderita karena tertabrak akar pohon dan juga bebatuan yang ada dijalanan yang tak pernah dijamah manusia, sebab itu adalah hutan larangan.
Cairan pekat mengalir dari keningnya yang penuh luka akibat terkena akar pohon dan juga bebatuan, bahkan pelipisnya membengkak.
Buuuuuuuk
Tubuhnya dilemparkan ditepian danau yang penuh dengan tanaman rambat. Namun dapat dipastikan jika cekungan air itu sangatlah dalam.
Mahardika tersentak kaget. Ia melihat jika air danau yang tadi tenang, tiba-tiba bergelembung, seolah sedang mendidih.
Pria itu mencoba melihat peristiwa aneh itu dengan satu matanya, sebab mata sebelah kirinya sedang mengalami bengkak yang cukup parah, akibat menghantam batu cadas yang dilaluinya tadi saat ia terseret oleh akar.
Srrrrrrrtt
Akar pohon terlepas secara sendirinya.
Mahardika mencoba merangkak untuk berdiri. Tubuhnya sangat sakit dan cukup menderita. Ia berdiri dengan sempoyongan dan nafasnya terasa tersengal.
Tak hanya itu, bibirnya juga membengkak akibat menghempas akar pohon.
Setelah berhasil berdiri, ia menatap danau yang ada dihadapannya. Airnya yang tadi jernih, tiba-tiba berubah menjadi darah yang mendidih. Lalu terlihat satu sosok kepala yang menyembul keluar dan semakin lama memperlihatkan satu sosok wanita berambut sepinggang dengan wajah rusak dan kulitnya yang melepuh karena seperti terkena bakar.
"Hah!" Mahardika tersentak kaget, lalu berjalan dengan gerakan slow motion dan memperlihatkan wajah yang dipenuhi darah kental disekujur tubuhnya.
Semakin lama, sosok itu semakin menuju tepian danau dan wajah buruk rupa itu semakin terlihat sangat jelas.
"Pergi, pergi," Mahardika mengusirnya, dan ia merasa sangat takut saat sosok wanita tersenyum menyeringai.
"Tidak, Dayanti, pergilah!" usirnya lagi dengan nada ketakutan.
Sosok itu tidak menghiraukannya, namun semakin berani mendekat.
Dua bola matanya menghitam dengan aroma anyir darah yang menguar begitu memualkan.
Mahardika terlihat semakin panik dan ketakutan. Lalu berjalan mundur kebelakang dengan sempoyongan. Hingga tanpa ia sadari kakinya tersandung akar pohon, dan membuatnya terjungkal kebelakang.
Buuuuugh
Bokongnya menyentuh tanah. Rasa sakit membuat ia meringis dan sosok Dayanti sudah berada tepat dihadapannya.
Sosok wanita berambut panjang itu menggerakkan jemari tangannya yang keriput dengan panjang dua kali lipat dari jari manusia disertai dengan kuku yang meruncing.
Wuuuuusssh....
Sosok itu melayangkan cakarannya pada pipi sang pria yang berwajah tampan itu.
"Aaaaaaarrrgh...," pekiknya kesakitan.
"Pak, pak, sadarlah!" seseorang mengguncang tubuh Mahardika dengan kencang, hingga membuat pria itu tersentak kaget.
"Hah!" ia terkejut saat melihat beberapa orang sedang memandanginya dan sekelilingnya terlihat sangat gelap. Ternyata ia masih berada dijalanan dimana tempat ia tadi mengalami mesin mogok.
"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan bingung saat mendapati dirinya berada diatas tanah jalanan dengan tubuh yang terbaring dan penuh luka.
Cairan pekat mengalir dari pipinya dan membuat rasa perih yang tertinggal disana.
"Bapak kami temukan sedang mencakar wajah bapak sendiiri dan berteriak ketakutan," sahut salah satu pria pengendara motor yang tadi menyadarkannya.
Nafas Mahardika memburu saat mengingat peristiwa yang baru saja dialaminya seolah nyata.
Ia menoleh kearah dua rumpun bambu yang ada disisi seberang jalan. Ia seolah masih merasakan jika tadinya berjalan kearah sana, lalu mengapa masih ada sini? Apakah ia berhalusinasi?
Pria itu merasakan bulu kuduknya meremang dan aroma mawar menguar diudara, dan ia mengenali aroma itu, tapi ia menepisnya, sebab ia yakin jika aroma seperti itu bisa saja berasal dari parfum orang-orang yang melintas dijalanan.
Pria itu berusaha bangkit. Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit dan juga pusing. Sesaat ia melihat arloji miliknya yang menunjukkan pukul 11 malam, dan itu tandanya ia sudah sangat lama tertidur dijalanan hingga menjadi tontonan orang-orang yang melintas.
Ia beranjak untuk berdiri dan kepalanya masih terasa sangat berat, lalu berjalan sempoyongan menuju mobilnya.
Orang-orang mulai membubarkan diri saat melihat Mahardika memasuki mobil dan menyalakan mesin.
"Aku sudah sangat terlambat," gumamnya saat menyadari jika ia akan menemui seseorang. Namun ia teringat akan berkas-berkas yang dibawanya sebagai syarat perlengkapan untuk mendirikan ijin usahanya ternyata tertinggal dirumah.