Perjodohan adalah takdir,semua akan berjalan seperti air mengalir.Demikian juga dengan tokoh yang namanya Yulia.
Yulia merupakan seorang gadis belia cantik nan rupawan,ia harus menderita di jodohkan oleh orang tuanya di masa masih ABG dengan seorang pria yang sudah berumur tua atau kakek kekek.
memiliki suami yang sudah tua banyak kendala dan penderitaan, apa lagi dia di nikahi dengan cara di madu.
Akhirnya rumah tangganya harus hancur gara gara hal yang sepele yang tak masuk akal.
Akhirnya mereka hidup masing masing walaupun berakhir dengan penderitaan bagi semuanya, namun ada titik kebahagiaan setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9 MENCARI ALASAN.
kira-kira setengah hari hujan pun agak mulai reda. Mbah Salam duduk di teras rumah sambil menatapi orang yang lalu lalang di pinggir jalan. di hadapannya ada secangkir kopi Hitam yang baru saja dia buat, dan juga sebungkus rokok kretek kesukaannya.
pikiran Mbah Salam tidak bisa tenang, di mananya selalu terbayang sesosok wajah yang cantik rupawan walaupun usianya baru menginjak remaja.
tidak lama kemudian masalah memanggil salah satu asisten kepercayaannya untuk mendampinginya mengunjungi rumah Yuli.
"hei jafra tolong antar Abah ke rumah pak Aep yang pasien kemarin itu!"
"baik Mbah kapan kita berangkat?"
"nanti sore kita berangkat "
"siap Mbah, tapi kenapa kita ke sana lagi? maaf Mbah jadwalnya juga seminggu lagi"
"sudah jangan banyak omong ntar sore kita berangkat jangan kasih tahu sama istriku ya".
"siap Mbah yang penting ada sogokannya".
"ah elu mau aja di sogok emangnya lu mau apa?"
"biasa aja mbah kalau buat saya mah beliin itu aja rokok yang kecil-kecil itu bungkusnya segi empat"
"oh itu kan rokok mahal jafra"
"ya sudah Mbah kalau nggak mau beliin saya rokok itu berarti saya nggak jadi nganternya, atau akan saya kasih tahu sama ibu"
"ya sudah ntar Mbak beliin di jalan yang penting mau ngantar Mbak aja ke sana oke"
"siap Mbah 86 berangkat"
waktu sore pun datang, Mbah Salam sudah bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Yuli. jafra pun telah memanaskan motornya ia menggunakan motor matic yang baru saja seminggu Mbah Salam beli dari dealer secara tunai. perlu diketahui bahwa Mbah Salam mempunyai usaha sebagai paranormal sekaligus tukang pijat refleksi.
setelah semuanya siap Mereka pun berangkat. sebelum sampai ke tujuan Mbah Salam mampir dahulu di sebuah toko kue lalu dia pun membeli kue kesukaan pak Aep. selain itu Mbah Salam mencari kue yang kira-kira disukai oleh Yuli. setelah pesanannya telah ada Mbah Salam pun meminta asistennya untuk mencampurkan sesuatu kepada kue yang dikhususkan untuk Yuli. jafra pun mengikutinya dengan catatan ya harus dibelikan sebungkus rokok kesukaannya. demi keamanan walaupun mahal Mbah Salam rela membelikan asistennya rokok kesukaannya yang penting semua keinginannya bisa terlaksana kan.
setelah melakukan perjalanan agak lumayan jauh tibalah mereka di depan rumah Yuli. jafra segera mempraktirkan motornya di halaman rumah Yuli.
pada mulanya Yuli merasa kaget dengan kedatangan tamu yang membawa kendaraan baru. Yuli mengintip dari balik pintu kamarnya, setelah itu dia pun masuk kembali ke dalam kamar lalu berkata dalam hatinya
"ada apa lagi itu si kakek-kakek peot ke sini, padahal kan baru kemarin masa dia ke sini lagi sekarang, memangnya jadwal memijat bapak kapan gitu ya bukannya seminggu lagi".
tidak lama kemudian Mbah Salim pun mengucapkan salam kepada tuan rumah.
"sampurasun, assalamualaikum"
"rampes, siapa ya silakan masuk !".
Mbah Salam dan asistennya masuk ke dalam rumah dan langsung duduk di atas lantai yang dilapisi tikar.
"eh Mbah dikirain siapa gitu Mbah"
"iya Bu maaf Mbak harus ke sini lagi"
"emangnya kenapa Mbah ada yang ketinggalan?"
"tidak Bu Mbak hanya mampir aja tadi dari sana dari rumah pasien".
"oh gitu ya, Mbah mau ngopi susu atau air putih?"
"ya kalau bisa sih minum susu aja Bu, apalagi susu perawan mantap deh bu hahaha"
"ah Mbak bisa aja deh menggombalnya".
tiba-tiba pa Aep memanggil istrinya,
"mah Mama sini mah"
"ada apa pak?"
"aku ingin bab mah".
"oh iya siap pak".
"Yul Yuli ke sini nak keluar!"
"ada apa Bu memanggil saya?"
"tolong bikinin Mbah susu ya dan asistennya kopi hitam"
"Oke siap bu".
Yuli keluar dari kamarnya dia pun bergegas pergi ke dapur.
Mbah Saleh memperhatikannya dari belakang, terlihat bemper Yuli yang berjalan terlihat indah turun naik dan memakai rok pendek berwarna biru betisnya yang terlihat berwarna kuning dan mulus serta pahanya yang sedikit terlihat membuat Mbah Salam semakin bernafsu untuk memilikinya.
Mbah Salam segera membakar rokoknya yang telah Ia persiapkan dari rumah. dengan sedikit membaca mantra mantra kemudian Ia pun meniupkan asapnya ke depan dan ke udara supaya terhisap oleh Yuli yang sedang ada di dapur.
tak lama kemudian Yuli pun datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi segelas kopi dan segelas susu. Yuli menghampiri Mbah Salam dan langsung menghidangkan kopi dan susunya sambil berkata,
"silakan Mbah diminum"
"siap neng terima kasih"
Yuli bangkit hendak berdiri setelah menghidangkan kopi dan susu tersebut, namun tangannya ditarik oleh Mbah Salam lalu berkata.
"neng mau ke mana, di sini aja temani Abah ngopi"
Yuli hanya bisa diam dia tak mampu berkata apa-apa, mulutnya seolah-olah terkunci.
Mbah Salam menepuk bahu Yuli sebelah kanan. Yuli merasa kaget namun dia tidak bisa berbuat apa-apa".
"sudah neng duduk aja di sini temenin Abah, ini ada kue yang sengaja Mbah datangkan buat bapak Aep, dan juga kue untukmu yang pastinya kamu juga suka dengan kue ini silakan dititipi".
sungguh aneh tapi nyata, Yuli hanya mengikuti apa yang diucapkan oleh Mbah Salam, tanpa ada satupun permintaannya yang ditolak.
Mbah Salam melihat Yuli dengan begitu tajam, dia memperhatikan rambut Yuli yang panjang lurus dan hitam. sedangkan wajahnya berbentuk oval beralis tebal dan memiliki bibir kecil mungil dan seksi. hidung mancung menghiasi wajah Yuli yang cantik jelita.
merasa diperhatikan dengan serius oleh Mbah Salam Yuli hanya bisa menundukkan wajahnya. kini perasaan itu pun timbul tidak karuan antara takut, benci senang sedih dan gembira semuanya menjadi satu. akhirnya dia hanya bisa diam tanpa berkata apapun.
Mbah Salam menyerahkan kuenya sebagai oleh-oleh untuk Yuli dan keluarganya. Yuli pun masuk ke dapur dengan membawa kue namun akhirnya ia pun masuk ke dalam kamar ayahnya untuk menemui ibu nya yang sedang mengurus ayahnya.
"ibu ini kue dari Mbah, katanya oleh-oleh buat ibu dan saya"
"oh iya neng telepon aja di dapur kalau bisa langsung dipotong-potong ya supaya dimakan kembali oleh Mbah Salam.
"kok begitu Bu, ini kan kue buat kita masa harus di laksanakan lagi takutnya takut mereka tersinggung Bu"
"iya sih tapi kita kan nggak punya kue buat dihidangkan"
"ya sudah atuh Bu".
Yuli kembali lagi ke ruang tamu menghampiri Mbah Salam dengan membawa beberapa piring yang berisi potongan kue.
"neng kenapa dibawa lagi ke sini kuenya? itu kan kue buat di sini, masak udah dikasih Mbah dibalikin lagi"
"nggak apa-apa Mbak kan kami di sininya nggak punya kue jadi wajar aja kalau dikasih lagi ke mbah".
"oh iya deh neng yang penting Mbah ditemani sama neng di sini mau nggak?"
pada mulanya Yuli menolak, namun dia pun akhirnya menganggukkan kepalanya. memang sungguh aneh itu kayaknya di luar nalar menurut pikiran Yuli tapi dia tidak bisa menolaknya. selang beberapa menit ibunya pun datang menghampiri mereka. perasaan Yuli agak sedikit lega karena dia ditemani oleh ibunya.
"ada apa Mbah tumben ke sini lagi siapa tahu mau mengobati bapak lagi?"
"iya Bu mungkin ada sedikit yang harus diomongin"
"tentang masalah apa ya Mbah"
"mungkin hari ini Mbak akan memijatnya kembali, sebab Mbah menginginkan supaya bapak aep cepat sembuh"
"bukannya minggu depan Mbah"
"iya sih tapi nggak apa-apa lah supaya cepat sembuh".
"tapi kan Mbah kami nggak punya biaya, apalagi untuk sekarang saya tidak pegang uang"
"sudah Bu masalah uang jangan dipikirkan, yang penting cepat sembuh".
"ya silakan kalau kayak gitu mah Mbah".
Yuli dan ibunya segera melangkah menuju kamar, sedangkan Mbah Salam hanya diam duduk sambil memperhatikan badan Yuli yang mungil dan cantik jelita.
setelah di kamar, ibunya Yuli membangunkan suaminya yang terbaring di atas tempat tidur. dia pun kemudian menuntunnya untuk keluar dari kamar dan menuju ruang tamu.
kini pak aep sudah mulai bisa melangkah walaupun masih dalam keadaan berat. namun perubahannya sudah mulai terlihat dibanding dengan dulu sebelum diterapi oleh Mbah Salam.
Mbah Salam memerintahkan supaya bapak duduk di hadapannya seperti biasa.
bahasa Lampung mulai mempraktekkan pengobatannya dengan cara dipijat. namun kali ini Mbak salam tidak membaca lagi mantra-mantra seperti pada kemarin-kemarin, dikarenakan memijat itu bukan tujuannya hari ini, itu hanya alasan saja.