NovelToon NovelToon
Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Fantasi Wanita
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: monoxs TM7

Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.

"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.

Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"

Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."

Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Pertempuran Tak Terhindarkan

Elarya terdiam, jantungnya berdegup kencang di dada. Sosok pria itu, yang kini berdiri di ambang pintu, membawa aura kegelapan yang begitu kuat dan menakutkan. Sekilas, tampak bahwa ia bukan sembarang makhluk. Setiap gerakannya, setiap helaan napasnya, seolah mengingatkan pada kekuatan yang sangat dalam dan misterius—sebuah kekuatan yang bahkan membuat cahaya di dalam diri Elarya terasa meredup untuk sekejap.

Pria itu tersenyum dingin, matanya menyiratkan kebencian yang mendalam. "Jangan pikir kamu bisa lari dariku, Elarya. Aku sudah menunggumu di sini, menunggu saat di mana kau akhirnya memahami takdirmu."

"Siapa... siapa kamu?" Elarya akhirnya bisa mengeluarkan suara, meski suaranya gemetar. "Apa yang kamu inginkan dariku?"

Kael melangkah maju dengan waspada, menggenggam pedangnya erat-erat. "Berhenti! Jangan sentuh Elarya," katanya, nada suaranya penuh ancaman.

Namun pria itu hanya tertawa kecil, suara yang terdengar seperti gemerisik daun kering di malam yang sunyi. "Kamu benar-benar tak mengerti, Kael. Elarya sudah terpilih sejak lama. Tidak ada yang bisa menghalangi takdirnya. Termasuk dirimu."

Elarya menatap Kael dan Nessa, keduanya berdiri di sampingnya, siap untuk melindunginya. Tetapi, di dalam hati Elarya, ada perasaan yang berbeda—sebuah ketegangan yang mengingatkan pada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pertempuran ini. Segel cahaya yang ada dalam dirinya, yang selalu terasa sebagai bagian dari dirinya, kini terasa seperti beban yang lebih berat. Kegelapan yang dibawa oleh pria itu bukan sekadar ancaman fisik—itu adalah ujian untuk jiwanya.

"Jangan dengarkan dia, Elarya," kata Nessa, suara penuh semangat. "Kita bisa menghadapinya bersama."

Elarya menggenggam erat tangannya, mencoba untuk menenangkan diri. Ia tahu bahwa saat ini, lebih dari apapun, ia harus memilih: bertahan dengan kekuatan cahaya di dalam dirinya, atau tergoda oleh kegelapan yang mengintai. Pilihan itu harus ia buat, dan ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Sosok pria itu mengangkat tongkatnya, ujungnya bersinar dengan cahaya hitam yang memancarkan aura gelap yang menyesakkan. "Kau akan datang padaku, Elarya. Takdirmu sudah ditulis. Segel cahaya itu bukan milikmu, itu milikku."

"Jangan biarkan dia menggertakmu, Elarya!" Kael berteriak, melangkah maju dengan pedang terhunus.

Namun, pria itu hanya melambaikan tangan, dan dalam sekejap, Kael terlempar mundur, jatuh ke tanah dengan keras. Kekuatan yang begitu kuat datang dari tongkat itu, menolak segala serangan dengan mudah.

Elarya merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak. Semua yang ada di sekelilingnya terasa menghilang, hanya ada dirinya dan sosok pria itu yang semakin mendekat. Cahaya yang ada di dalam dirinya seolah bergetar, berusaha untuk mengeluarkan dirinya, namun kegelapan itu berusaha menahan dan mengendalikan setiap aliran energi yang ada dalam dirinya.

"Ini adalah jalanmu, Elarya," pria itu berkata, matanya menyorot penuh keyakinan. "Kegelapan yang ada dalam dirimu akan membawamu menuju kekuatan yang lebih besar daripada apapun yang bisa diberikan cahaya."

Dengan langkah perlahan, Elarya melangkah maju, merasa seperti ada kekuatan yang menariknya ke depan. Kekuatan itu datang dari dalam dirinya, tetapi kali ini terasa sangat berbeda. Ia merasakan tarikannya—tarikan kegelapan yang seolah-olah mengundangnya untuk jatuh lebih dalam, untuk menerima tawaran itu.

Namun, di dalam hatinya, Elarya tahu bahwa ini adalah ujian sejati. Jika ia menyerah pada godaan kegelapan, ia akan kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Semua yang telah ia perjuangkan, semua yang telah ia yakini, akan hancur begitu saja.

"Tidak!" Elarya berteriak dengan suara lantang. "Aku tidak akan menjadi bagian dari kegelapanmu!"

Cahaya yang ada dalam dirinya mulai bersinar lebih terang. Rasanya seperti api yang mulai menyala, menanggalkan kegelapan yang sempat menguasai dirinya. Di dalam dirinya, ia merasakan kekuatan segel cahaya yang terbangun kembali, lebih kuat dari sebelumnya.

Pria itu terhenti sejenak, terkejut oleh cahaya yang begitu murni dan kuat. "Kamu... tidak bisa mengalahkan kegelapan," katanya, suaranya dipenuhi kekesalan. "Kegelapan adalah bagian dari dirimu, dan kamu tidak akan bisa lari darinya selamanya."

"Tapi aku bisa mengendalikannya!" Elarya berkata dengan penuh keyakinan. Cahaya yang ada dalam dirinya kini memancar begitu terang, menentang kegelapan yang datang dari pria itu. "Kegelapan tidak akan pernah menguasai aku. Aku akan menggunakan kekuatanku untuk melindungi dunia ini, bukan menghancurkannya."

Dengan sebuah gerakan yang cepat, Elarya mengarahkan cahaya yang ada dalam dirinya menuju pria itu. Cahaya tersebut melesat seperti sebuah semburan yang kuat, menembus udara dengan kecepatan yang menggetarkan. Pria itu mencoba untuk melawan dengan tongkatnya, namun cahaya itu begitu kuat, bahkan lebih kuat dari yang ia bayangkan.

Saat cahaya itu mengenai tongkat pria tersebut, ledakan besar mengguncang seluruh ruangan. Gelombang energi itu membuat tanah bergetar, batu-batu yang ada di sekitar mereka terangkat, dan angin yang deras mulai berputar di dalam kuil.

Pria itu terhuyung, terkejut dan terdiam, sementara Elarya berdiri tegak, cahaya di dalam dirinya memancar lebih terang dari sebelumnya. Ia merasa seolah-olah untuk pertama kalinya, segel cahaya itu benar-benar menjadi miliknya—bukan sekadar beban atau ancaman, tetapi kekuatan yang siap digunakan untuk kebaikan.

Namun, pria itu hanya tersenyum dengan penuh kebencian, meskipun ia tampak kesakitan. "Kamu masih belum sepenuhnya mengerti, Elarya. Ini bukan akhir. Kegelapan tidak akan pernah pergi. Kegelapan ada di dalam setiap jiwa manusia. Kamu tidak bisa menghindarinya."

Dengan gerakan yang cepat, pria itu menghilang, menyatu dengan bayang-bayang yang ada di sekitar mereka, meninggalkan Elarya dan teman-temannya dalam kekosongan yang menegangkan. Hening.

Elarya menatap ke tempat pria itu menghilang, dan meskipun ia merasa kemenangan ada di tangannya, ada sesuatu yang tetap mengganggunya. Kegelapan itu belum berakhir. Mereka hanya berada di awal perjalanan yang lebih panjang dan berbahaya.

"Kita harus bersiap-siap," kata Kael, berdiri di samping Elarya. "Ini baru permulaan. Kegelapan itu akan terus mengejarmu."

Elarya menatap Nessa, yang juga memandangnya dengan penuh perhatian. Mereka tahu, perjuangan ini belum selesai.

"Saatnya memilih benar-benar datang," Elarya berkata, dengan suara penuh keyakinan. "Aku akan melawan kegelapan, dengan segala kekuatan yang ada dalam diriku."

Dan perjalanan mereka pun berlanjut, dengan ancaman yang semakin mendekat, namun dengan harapan yang lebih terang dari sebelumnya.

Kegelapan yang sempat menyelimuti kuil mulai menghilang seiring dengan hilangnya sosok pria itu. Namun, meskipun situasi tampak kembali tenang, hati Elarya masih berdebar kencang. Cahaya yang ada dalam dirinya tetap memancar dengan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, tetapi di balik kekuatan itu, ada kegelisahan yang menghinggap.

"Sial, dia melarikan diri," Kael mendesis, matanya mengamati setiap sudut ruangan, mencari tanda-tanda keberadaan pria tersebut. "Ini belum selesai."

Elarya menundukkan kepalanya, mencoba merasakan apakah ada sesuatu yang tersisa dari pertarungan itu. Ia tahu bahwa meskipun pria itu telah menghilang, ancaman dari kegelapan yang dibawanya masih ada di sekitarnya. Kegelapan itu bukan hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam dirinya, dari kekuatan segel cahaya yang kini semakin terasa membebani dirinya.

Nessa berjalan mendekat, wajahnya masih tampak serius. "Kamu melakukan dengan baik," katanya, menepuk bahu Elarya dengan lembut. "Tapi kita harus tetap waspada. Itu baru satu ujian, dan kita tahu masih ada lebih banyak lagi yang akan datang."

"Aku tahu," jawab Elarya, suaranya pelan. "Tapi... kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa aku? Kenapa harus ada kegelapan yang ingin menguasai dunia?"

Nessa memandang Elarya dengan tatapan yang dalam. "Kegelapan bukan hanya satu entitas yang bisa dilawan dengan mudah. Ini adalah bagian dari keseimbangan dunia ini. Cahaya dan kegelapan selalu ada, satu tidak bisa hidup tanpa yang lain. Tetapi, bukan berarti kita harus menyerah pada takdir mereka. Kamu adalah kunci yang bisa menentukan arah dunia ini."

Elarya mengangkat wajahnya, menatap Nessa dengan penuh tanya. "Aku? Aku tidak tahu apa-apa tentang ini. Aku hanya seorang wanita yang diberi kekuatan ini tanpa diminta."

"Setiap pilihan yang kamu buat, Elarya, akan memengaruhi dunia ini," kata Nessa tegas. "Mungkin kamu merasa tidak siap, tetapi ingat, segel cahaya itu bukan hanya simbol kekuatan. Itu adalah warisan dari para penjaga yang dulu berjuang untuk melindungi dunia dari ancaman kegelapan. Kamu adalah penerus mereka, dan takdirmu telah ditulis jauh sebelum kamu lahir."

"Apa maksudmu?" tanya Elarya, suara penasaran dan sedikit bingung.

"Segel cahaya itu adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara cahaya dan kegelapan. Dan hanya dengan memahami kekuatan dalam dirimu, kamu bisa menentukan jalan mana yang akan kamu pilih—menerima cahaya atau tergoda oleh kegelapan."

Elarya merasa beban itu semakin berat, namun ada keinginan untuk memahami lebih banyak. Ia tahu, pertarungan yang lebih besar sedang menantinya—pertarungan yang bukan hanya melawan makhluk jahat atau kekuatan luar, tetapi juga melawan dirinya sendiri.

"Apa yang harus aku lakukan?" Elarya bertanya dengan tekad yang mulai tumbuh. "Bagaimana aku bisa mengendalikan segel cahaya ini dan mencegah kegelapan menguasai dunia?"

Nessa menghela napas panjang. "Itu akan menjadi perjalanan panjang, Elarya. Kamu harus menggali lebih dalam tentang sejarah segel cahaya dan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Di dalam kuil ini, ada petunjuk-petunjuk yang bisa membantu, tetapi kamu harus lebih berhati-hati. Tidak semua yang ada di sini bisa kamu percayai."

Kael, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Kita harus mencari tahu lebih banyak, dan kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi. Kegelapan itu mungkin sedang mengamati kita dari jauh. Kita harus terus bergerak."

Elarya mengangguk, menatap kedua temannya dengan penuh tekad. "Kita akan menemukan jawabannya. Aku tidak akan membiarkan dunia ini jatuh ke tangan kegelapan."

Mereka berjalan keluar dari kuil, dan saat mereka melangkah menuju hutan, Elarya merasa ada sesuatu yang baru—sebuah pemahaman yang mulai tumbuh dalam dirinya. Ia tahu, takdirnya masih jauh dari selesai. Setiap langkah yang diambil akan membawanya lebih dekat pada kebenaran yang tersembunyi, dan ia harus siap menghadapi apapun yang menantinya.

Namun, perjalanan mereka tidak hanya tentang menghadapi ancaman eksternal. Elarya harus mulai menerima kenyataan bahwa kekuatan yang ada dalam dirinya—segala potensi yang tersembunyi—akan menjadi senjata dan juga beban. Dan dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa keputusan terbesar yang harus ia buat bukan hanya soal melawan kegelapan yang datang dari luar, tetapi juga dari dalam dirinya sendiri.

"Saatnya memilih sudah semakin dekat," gumam Elarya pada dirinya sendiri, matanya menatap langit malam yang penuh dengan bintang. "Dan aku akan siap untuk itu."

1
Murni Dewita
👣
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Amanda
Memberi dampak besar
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Odette/Odile
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Ainun Rohman
Karakternya juara banget. 🏆
Zxuin: bagus
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!