Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.
Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana untuk menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.
Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.
Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roshni Bright, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liburan
“Sayang,” panggil Jidan mengetuk-ngetuk pintu kamar Anaknya.
Ji-hyeon membukakan pintunya dan langsung memeluk Jidan.
“Ada apa Sayang?” tanya Jidan memeluknya dan terdengar suara tangisannya.
“Hei, Kamu kenapa nangis? Hm.. Ada apa Sayang?” tanya Jidan berlutut dan memegang kedua pipi Ji-hyeon.
“Maafin aku ya Pah,” ucap Ji-hyeon menyedot ingusnya sendiri.
“Iya Sayang, udah jangan nangis ya, ayok Papa bantuin Kamu beres-beres ya,” ucap Jidan menghapus airmata Ji-hyeon.
“Adek mana?” tanya Jidan.
“Adek ada di dalam Pa, Adek belum berani tidur sendiri di kamar, makanya Adek tidur sama aku,” jawab Ji-hyeon.
Jidan membantu kedua anaknya untuk menyiapkan barang-barang yang akan Mereka bawa, setelah selesai, Mereka berkumpul di ruang tamu, sebelum akhirnya berangkat ke Puncak untuk merayakan keharmonisan Keluarga Mereka.
“Udah siap?” tanya Jidan pada Karissa yang duduk menunggu Mereka.
“Udah Mas,” jawab Karissa tersenyum menganggukkan kepala.
“Sini biar aku aja yang bawa,” pinta Jidan mengambil koper Karissa.
“Makasih ya Mas,” jawab Karissa tersenyum menatapnya.
“Iya Sayang,” jawab Jidan tersenyum menatapnya.
Karissa menghampiri Anak-anaknya dan mengajaknya bercanda.
“Yeay! Liburan!” ucap Karissa antusias.
“Jolie Sayang, Kamu katanya mau sama Papa kan? Hari ini Kita liburan sama Papa ya Nak!” ucap Karissa tersenyum mengelus pipi dan kepala Jolie.
“Iya Mah!” jawab Jolie.
Jidan masih menata barang-barang Mereka ke dalam mobilnya.
“Kalian masuk dulu aja ke mobil, biar gak kelamaan nunggu, aku lagi atur posisi tempatnya,” ucap Jidan.
“Iya Mas,” jawab Karissa tersenyum menganggukkan kepala.
“Ayok Sayang!” ucap Karissa mengajak Anak-anaknya masuk ke dalam mobil.
Ji-hyeon dan Jolie duduk di bangku tengah, sedangkan Karissa duduk di samping Jidan. Karissa memakaikan sabuk pengaman pada kedua Anaknya.
“Ingat pesan Mama ya Sayang, sabuk pengamannya gak boleh dilepas, dilepasnya kalau pas sampai saja, atau pas Kita berhenti di rest area, selama perjalanan, sabuk pengaman Kalian harus selalu dipakai,” ucap Karissa menatap kedua Anaknya.
“Iya Mah,” jawab Ji-hyeon dan Jolie kompak.
“Pinter!” ucap Karissa tersenyum dan mengelus kepala Mereka bergantian dan Mereka pun tersenyum menatapnya.
Tak lupa Jolie membawa boneka beruang besar kesayangannya yang ia letakkan di tengah-tengah antara dirinya dan juga Ji-hyeon.
Tak berselang lama Jidan masuk ke dalam mobil.
“Udah siap?” tanya Jidan.
“Udah Mas,” jawab Karissa tersenyum menatapnya.
“Sebelum jalan, Kita baca doa dulu ya,” ucap Jidan tersenyum menatap Karissa dan Anak-anaknya.
“Ji-hyeon, Jolie, kalian hafal gak doa-nya?” tanya Jidan menatap Mereka bergantian.
Keduanya saling menatap satu sama lain, Jidan yang mengerti pun tersenyum menggelengkan kepalanya.
“Yaudah, ikutin Papa ya Nak!” pinta Jidan.
Jidan memimpin Keluarganya membaca doa sebelum pergi.
“Bismillahirrahmanirrahim. Subhanal ladzi sakhora lana hadza wa ma kunna lahu muqrinina wa inna ila ila rabbana la munqalibun ...”
“... Allahumma inna nas aluka fi safarna hadzal birra wat taqwa wa minal ‘amali ma tardla ...”
“... Allahumma hawwin ‘alaina safarana hadza wa’thu ‘anna bu’dahu ...”
“... Allahumma antash shokhibu fis safari wal kholifatu fil ahli ...”
“... Allahumma inni a’udzubika min wa’tsais safari wa kabatil mundhori wa suil munqolabi fil mali wal ahli ...”
“... Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mahasuci Allah yang telah menundukkan (kendaraan) ini untuk Kami, padahal Kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb Kami, Kami akan kembali ...”
“... Ya Allah, sesungguhnya Kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau ridai dalam perjalanan Kami ini ...”
“... Ya Allah mudahkanlah perjalanan Kami ini, dekatkanlah bagi Kami jarak yang jauh ...”
“... Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga ...”
“... Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga, aamiin Ya Rabbal Alamin.” ucap Jidan memimpin doa.
“Udah yuk berangkat!” ajak Jidan menatap Mereka bergantian.
“Iya Mas,” jawab Karissa tersenyum menatapnya.
“Bismillahirrahmanirrahim,” ucap Jidan menarik rem tangan mobilnya.
Mereka pun melakukan perjalanan ke Puncak untuk liburan merayakan keharmonisan Keluarga Mereka setelah prahara rumah tangga yang terjadi pada Keluarga Mereka.
Setelah cukup jauh menempuh perjalanan, Karissa menoleh ke belakang, dan nampak Anak-anaknya yang tengah tertidur pulas dengan Jolie yang memeluk boneka kesayangannya.
“Mas,” panggil Karissa.
“Iya Sayang,” jawab Jidan menatapnya.
“Sayang, nanti Kita mampir ke rest area dulu ya, aku kebelet pengen BAK, Anak-anak juga belum makan kan udah sore juga, kasihan, nanti Mereka sakit perut lagi,” ucap Karissa.
“Yaudah nanti Kita mampir ke rest-area, tapi aku gak tahu rest-area ada di mana, coba Kamu cari deh Sayang, masih jauh atau enggak rest-area,” ucap Jidan menatapnya.
“Iya Mas!” jawab Karissa.
“Di sini sih 5 menit lagi Mas rest-area,” ucap Karissa.
“Sebentar lagi sampai berarti,” ucap Jidan.
Setelah beberapa menit perjalanan, Mereka menemukan rest-area. Mereka langsung mencari tempat parkir di rest-area tersebut.
Karissa dan Jidan membuka sabuk pengamannya, dan membangunkan Anak-anaknya.
Jidan membangunkan Jolie, sedangkan Karissa membangunkan Ji-hyeon.
“Sayang, bangun!” ucap Karissa menepuk-nepuk pipi Ji-hyeon.
“Hm... Iya Mah, udah sampai ya Mah?” tanya Ji-hyeon menguap dan menggosok-gosok matanya.
“Belum Sayang, Kita makan dulu di rest-area, ayok bangun!” pinta Karissa.
“Iya Mah,” jawab Ji-hyeon membuka sabuk pengamannya dan meminum sebotol air.
“Jolie, bangun Nak, ayok Kita makan dulu, nanti bobo lagi!” ucap Jidan menepuk-nepuk pipi Jolie.
Jolie pun terbangun dan Jidan memberikannya air minum. Jolie meletakkan bonekanya dan turun perlahan dari mobil dibantu oleh Jidan.
Karissa yang sudah tidak tahan pun berlari mencari kamar mandi.
“Mama kenapa Pah?” tanya Ji-hyeon keheranan melihat Ibunya berlari.
“Mama kebelet pi*pis Nak, makanya lari kayak gitu, mau nyari kamar mandi,” jawab Jidan.
“Aku juga kebelet Pah,” ucap Jolie menatap Jidan.
“Aku juga Pah,” ucap Ji-hyeon menatapnya.
“Yaudah ayok! Kita cari kamar mandinya!” ajak Jidan.
“Sayang, Kamu masuk ke kamar mandinya sendiri berani?” tanya Jidan menatap Jolie.
“Ah aku sendirian Pah?” tanya Jolie yang nampak ketakutan.
“Iya Sayang, cari yang paling depan saja ya, ada Mama kok di dalam, jangan takut ya!” pinta Jidan.
“Ah.. Jolie takut Pah!” ucap Jolie.
“Kenapa Mas?” tanya Karissa menghampiri Mereka.
“Nah, itu ada Mama, Jolie ke kamar mandi sama Mama ya!” pinta Jidan mengelus kepala Jolie.
“Iya Pah,” jawab Jolie menganggukkan kepala.
Karissa menemani Jolie ke kamar mandi, sedangkan Jidan pergi ke kamar mandi bersama dengan Ji-hyeon.