Struggle Of Lingga Sari

NGKEEEEEEERRRRRWWWTTTTTTT

NGKKKKKKKKEEEEEEERRRRRRRWWWWTTTTTTTTT

NGKKKKKEEEEEEERRRRRRRTTTTT

Ribuan kelelawar terbang dari dahan dahan pohon itu.. suaranya dengan nada dan frekwensi tinggi benar benar tidak nyaman di telinga Lingga Sari.

“Iya sama, kamu mulai kuasai dulu tempat ini.” Ucap laki laki berjubah putih itu.

“Ayo kita ambil buah itu, kamu makan buah itu..” ucap laki laki berjubah itu lalu melangkah menuju ke arah pohon besar itu.

Lingga Sari pun turut melangkah di belakang laki laki berjubah itu. Setelah sampai di dekat pohon itu tangan laki laki berjubah itu meraih satu buah berwarna merah menyala di ranting yang paling rendah..

Akan tetapi tiba tiba mata Lingga Sari melihat satu ekor ular yang sangat besar di atas dahan pohon itu..

Lingga Sari melangkah mundur agak menjauh dari pohon itu..

“Bapa ada ular yang sangat besar.” Ucap Lingga Sari pelan.

“Dia penguasa tempat ini Lingga Sari.” Ucap laki laki berjubah itu tampak tenang.

“Makanlah dan usir lah ular besar itu..” ucap laki laki berjubah itu sambil memberikan satu buah kecil berwarna merah itu pada Lingga Sari, lalu dia mematahkan satu ranting pohon sepanjang satu meter lebih dan diameter kira kira dua setengah centi meter. Dia bersihkan daun daun nya dan kini ranting itu bagai tongkat.

“Usir pakai ini.” Ucap laki laki itu dan memberikan tongkat ranting itu pada Lingga Sari yang sedang makan buah itu.

Lingga Sari menerima tongkat dari ranting pohon besar itu. Akan tetapi setelah Lingga Sari menerima ranting itu, sosok laki laki berjubah putih menghilang dari nya..

“Bapa kenapa pergi meninggalkan saya?” ucap Lingga Sari sambil menoleh noleh.. dan tetap tidak ada lagi sosok laki laki berjubah putih dan juga tidak terdengar suara nya.

Ular besar itu semakin turun dari dahan mulut nya sudah terbuka lidahnya menjulur julur dan mengeluarkan suara desisan..

Ssssssssshhhhhhhhsss

Sssssssshhhhhhhsssss

Ssssssshhhhhhhssssss

Ssssssshhhhhhhssssss

“Pergi kamu dari sini!” ucap Lingga Sari sambil mengarahkan tongkat itu ke arah ular..

Namun ular itu malah jatuh dari dahan dan kini ada di depan Lingga Sari..

Lingga Sari serta merta mundur ke belakang menjauh dari ular yang masih terbuka mulut nya dan lidah menjulur jujur..

Ssssssssshhhhhhhsssss

Sssssshhhhhssssss

Ular itu menggeser tubuhnya mendekati Lingga Sari yang melangkah mundur..

“Hush... hust... hust....” ucap Lingga Sari sambil mengarahkan tongkat nya ke ular itu..

Akan tetapi betapa kagetnya Lingga Sari saat ular itu tidak menjauh tetapi malah mendekat dan dari lidah nya keluar api yang menyala nyala, menyembur ke arah kaki Lingga Sari.. hingga udara panas dirasa oleh Lingga Sari.

Jantung Lingga Sari berdebar lebih kencang, keringat dingin mulai keluar dari sekujur tubuhnya.. tiba tiba angin pun bertiup dengan kencang membuat selendang sutra Lingga Sari berkibar kibar dan justru mendekati nyala api dari lidah ular itu.

Lingga Sari memosisikan selendang sutra nya agar tidak terbakar oleh nyala api itu..

“Pukul kepala ular itu dengan tongkat kamu Lingga Sari!” suara berwibawa laki laki didsngar oleh telinga Lingga Sari.

“Haduh kenapa tanganku gemetar bagaimana aku bisa memukul dengan tepat.” Gumam Lingga Sari sambil mengarahkan tongkat untuk memukul kepala ular itu..

“Tenangkan hatimu!” suara berwibawa laki laki itu lagi yang sosok nya tidak terlihat oleh Lingga Sari.

Lingga Sari pun berkonsentrasi agar pukulan nya tepat di kepala ular besar itu..

Sesaat kemudian..

BUGH

Pukulan tongkat Lingga Sari tepat mengenai kepala ular besar itu, tetapi ular besar itu belum mati hanya mulut nya tidak terbuka dan sudah tidak mengeluarkan nyala api. Tetapi tubuhnya dengan gesit bergerak ke arah Lingga Sari. Ekornya bergerak gerak bagai akan melilit tubuh molek Lingga Sari..

Jantung Lingga Sari masih terus berdebar debar dia melangkah menjauh dari ular yang gesit mendekati dirinya.

“Pukul lagi kepala nya Lingga Sari..” suara berwibawa laki laki berjubah itu lagi..

Lingga Sari pun berancang ancang untuk memukul lagi kepala ular besar itu..

Sesaat kemudian..

BUGH

BUGH

Lingga Sari memukul dua kali kepala ular besar itu.. dan kini ular besar itu tidak lagi bergerak gerak seluruh tubuhnya. Hanya diam saja.. dan tidak lama kemudian.. tubuh ular besar itu lenyap menghilang..

“Ular itu hilang berarti dia bukan binatang tetapi siluman... “ gumam Lingga Sari di dalam hati.

“Iya Lingga Sari tadi kan sudah aku katakan dia yang penguasa tempat ini, tetapi sekarang kamu sudah bisa mengusir dia, dan kamu sudah bisa menguasai tempat ini. Tapi ini belum cukup kamu harus bisa menguasai pulau ini. Sekarang berjalan lah lewat jalan setapak itu.” Suara berwibawa laki laki itu lagi.

Lingga Sari pun menuruti perintah suara itu. Dia melangkah berjalan di jalan setapak jalan sangat sempit, penuh rumput dan semak semak di kanan kiri juga hutan dengan pohon pohon yang besar besar..

Setelah Lingga Sari berjalan beberapa waktu kini dia berada di tempat agak terbuka tidak ada pohon pohon yang lebat.. kedua mata Lingga Sari menatap di tempat yang agak jauh di bawah sana ada bangunan kokoh, luas dan megah namun tampak kusam..

“Apa itu bangunan sebuah kerajaan?” gumam Lingga Sari di dalam hati.

Lingga Sari mengucek ucek kedua matanya. Untuk memastikan bangunan itu benar benar ada, halusinasi atau hanya bangunan gaib saja..

“Benar Lingga Sari, bangunan itu benar benar ada.. itu dulu bekas kerajaan di zaman silam..” suara berwibawa itu kini terdengar sedih..

“Sekarang kamu kembalilah ke pohon besar itu untuk beristirahat dan besok kamu harus bisa menguasai kerajaan itu. Kalau kamu bisa menguasai kerajaan itu kamu bisa menguasai pulau ini. Tempat yang aman buat keluarga kamu.” Suara berwibawa laki laki itu terdengar sangat serius.

Lingga Sari pun membalikkan tubuhnya, dia menurut pada perintah laki laki berjubah putih itu demi anak dan suaminya..

Waktu pun terus berlalu, Sementara itu di lain tempat di sebuah kamar hotel bintang lima di Bali. Sepasang pengantin baru masuk ke dalam kamar itu.

Juragan Sukron sejak turun dari pesawat terus saja memeluk pundak Mona istrinya muda nya yang bahenol menol menol. Bibir Juragan Sukron terus saja tersenyum, apa lagi setelah masuk ke dalam kamar, dia langsung membawa Mona ke arah tempat tidur.

“Ayo Sayang kita langsung saja ya...” ucap Juragan Sukron yang sudah tidak sabar.

“Ama aku mau mandi dulu.. Ama juga mandi dulu tadi berangkat kan Cuma cuci muka saja..” ucap Mona sambil menyingkirkan tangan Juragan Sukron yang masih berada di bahunya..

“Iya karena tadi masih pagi sekali dingin kalau aku mandi bisa kambuh encok ku.” Ucap Juragan Sukron yang memang tadi hanya cuci muka saja dari rumah.

“Ya sudah sekarang Ama Juragan mandi dulu, cepat.” Ucap Mona..

“Iya iya Sayang ..” ucap Juragan Sukron segera melangkah ke kamar mandi.

Setelah Juragan Sukron sudah masuk ke dalam kamar mandi. Mona membuka kancing baju nya..

“Aku harus simpan batu akik ku agar aman.” Gumam Mona di dalam hati sambil pelan pelan mengambil batu akik yang terbungkus kain putih dari balik beehaa berenda nya..