Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis jelita bernama Alea, yang kehilangan kebahagiaan semenjak kepergian ibundanya
Hingga ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang janda dengan harapan mengembalikan semangat hidup putri tersayangnya
Namun alih-alih mendapat kebahagiaan dan kasih sayang seorang ibu, hidup Alea semakin rumit karena dia dipaksa oleh ibu tirinya menikahi seorang pria dingin di umurnya yang masih belia
Akankah Alea bisa menemukan kebahagiaannya bersama suami pilihan ibu tirinya yang kejam?
Yuk... Simak terus cerita hidup Alea...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Ke esokan paginya, Mahesa terbangun di atas sofa ruang tamu. Kepalanya terasa begitu pening, dia beringsut duduk berusaha mengumpulkan sisa-sisa nyawanya, dia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, kenapa dia tidur di sofa ruang tamu.
Saat dia masih dilanda kebingungan, Bik Ratih datang membawakan segelas teh tawar hangat untu majikannya itu.
"Diminum dulu Den, biar segeran" Ucap Bik Ratih sembari menyodorkan gelas yang ada di tangannya.
"Makasih Bik" Ucap Mahesa
"Aden mau mandi dulu atau sarapan dulu?"
"Aku mandi dulu aja Bik, lengket semua badan"
Mahesa meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja. Kemudian beranjak hendak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Perlahan dia menaiki anak tangga, langkahnya tertatih karena efek mabuk yang belum sepenuhnya hilang. Bik Ratih mengawasi dari bawah, perasaannya was-was takut jika majikannya tiba-tiba jatuh atau tergelincir dari atas tangga.
Mahesa membuka pintu kamar, lalu melepas kaos dan celana yang dari semalam ia kenakan kemudian melemparnya sembarangan.
Ketika dia membuka pintu kamar mandi, betapa terkejutnya dia saat melihat ternyata Alea juga sedang mandi disana. Spontan Alea berteriak histeris membuat Mahesa panik dan kebingungan.
Mahesa yang terlanjur panik langsung saja masuk dan membekap mulut Alea, dia bermaksud untuk menghentikan teriakan istrinya itu. Namun yang terjadi malah mereka berdua terjatuh kedalam bathup kamar mandi yang sudah terisi air penuh.
Mahesa menindih tubuh Alea yang mungil, membuat Alea meringis kesakitan.
"Sstttt.... Jangan teriak, jangan teriak" Mahesa panik, takut jika istrinya tiba-tiba berteriak minta tolong dan para pembantunya yang rese nyelonong masuk kedalam kamar. Karena tadi saat masuk ke dalam kamar Mahesa lupa untuk mengunci pintunya.
Setelah Alea mulai tenang, Mahesa kemudian beranjak dari atas tubuh Alea. Mereka berdua saling pandang di dalam bathup, dengan keadaan telanjang bulat. Mahesa menelan ludahnya kemudian memalingkan mukanya berusaha menutupi kegelisahan yang mulai merambati dirinya.
Alea hanya bisa diam, dia masih berusaha menutupi gunung kembar itu dengan kedua tangannya. Suasana menjadi sangat akward, bingung apa yang harus mereka lakukan.
Mahesa perlahan membelai rambut Alea yang basah. Tubuh Alea begitu sempurna terlihat mirip seperti gambar-gambar yang ada di komik manhwa yang pernah ia baca.
Tatapan mereka semakin intens, Alea juga tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan. Sehingga tangan Mahesa semakin berani bergerak turun kebawah. Sangat perlahan dan sangat hati-hati tangan Mahesa mencoba menyingkirkan tangan Alea yang terlipat menutupi dadanya.
Mahesa mulai mendekatkan wajahnya, hingga bibir mereka saling bertemu. Bibir Mahesa mengulumnya lembut, dia tidak ingin mengagetkan istri kecilnya ini seperti dulu. Setidaknya dia sudah belajar dari pengalaman.
Alea mulai memejamkan mata, menikmati setiap belaian yang intens di diberikan oleh Mahesa. Kedua tangannya mencengkram lengan Mahesa kuat-kuat. Tanpa dia sadari bibirnya telah terbuka dengan sendirinya, bibir mereka saling memagut dan mengulum dengan begitu panasnya.
Tangan Mahesa mulai menari-nari di atas gunung kembar, meremas dan memijatnya dengan lembut. Membuat Alea menggelinjang menahan perasaan yang tak mampu diutarakan.
Bibir Mahesa kemudian beralih ke leher jenjang Alea, bermain-main disana. Alea menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan desahan-desahan yang hendak keluar dari mulutnya.
"Jangan digigit, tidak apa-apa keluarkan saja suaramu" bisik Mahesa.
Alea seperti tengah terhipnotis oleh ucapan Mahesa. Dia mulai mendesah, terdengar sangat sexy sekali. Membuat Mahesa semakin gila dibuatnya.
Tangan Mahesa mulai berani turun lebih ke bawah, menyelinap nakal di sela-sela paha Alea. Kemudian mulai menggesek secara perlahan. Alea membelalakkan matanya, tak kuasa menahan sensasi kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Mahesa terus menggesek dan memainkan jari-jarinya di bagian intim Alea. Membuat suara desahan Alea semakin menggairahkan.
"Aghhh... aku mau pipis..." Alea menggelinjang, pantatnya bergerak tidak beraturan menahan kenikmatan yang akan sampai pada puncaknya.
"Keluarkan, tidak apa-apa Lea, jangan ditahan"
Sekali lagi bisikan itu seakan menghipnotis Alea, membuat dia melepaskan semua gelombang kenikmatan yang kian mendesak.
Seketika tubuhnya menegang. Alea melenguh hebat, gelombang orgasme menghantamnya bertubi-tubi. Tubuhnya menggelinjang hebat hingga bergetar.
Nafas Alea tersengal-sengal. Tak dapat dipungkiri jika yang ia rasakan saat itu adalah kenikmatan luar biasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
"Enak bukan?" Mahesa berucap sembari mengecup bibir Alea dengan lembut. Nafasnya masih ter engah-engah.
Wajah Alea berubah merah menahan malu. Dia seperti tidak punya muka untuk menatap wajah Mahesa.
"Sekali lagi ya.." Mahesa tersenyum jenaka, jari-jarinya mulai kembali melancarkan aksinya.
Kini tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan menaikkan gairah sang istri. Dia menggesek-gesekkan jarinya dengan intens, sambil sesekali menekannya kedalam.
Alea semakin menggila di buatnya, pinggulnya di goyang-goyangkan, terlihat sangat sexy sekali.
Mahesa yang melihat itu semakin mempercepat gerakan tangannya, membuat Alea semakin blingsatan tak mampu menahan kenikmatan yang dia ciptakan.
Desahannya yang keluar dari mulut Alea membuat Mahesa semakin gila. Hingga sepersekian detik tubuh mungil Alea menegang hingga terangkat, tangannya mencengkram pinggiran bathup dengan kuat. Matanya membelalak hingga menitikan air mata.
Gelombang orgasme yang kedua membuat tubuhnya benar-benar kelelahan, nafasnya tersengal-sengal. Alea merasa jika Mahesa melakukan sekali lagi dia akan mati saking lelahnya.
Mahesa yang awalnya berniat hendak memasukkan batangnya yang sudah mengeras akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niatnya setelah melihat istrinya kelelahan dan tidak berdaya.
Dia tidak ingin memaksa Alea memuaskan dirinya saat itu juga, baginya ini sudah lebih dari cukup. Setidaknya sikap gadis dihadapannya kini sudah mulai melunak.
Mahesa memeluk tubuh Alea, memberikan gadis itu kenyamanan, setelah apa yang baru saja di laluinya.
Mahesa membasuh tubuh Alea dengan lembut, membersihkan sisa-sisa lendir yang menempel di kedua pahanya. Kemudian membopong tubuh Alea menuju ke atas ranjang.
Mahesa mengambil kemeja putihnya dari dalam lemari, lalu perlahan memakaikannya pada tubuh telanjang istrinya. Tubuh Alea terlihat tenggelam, karena ukuran bajunya dengan baju Mahesa sangat jauh berbeda.
Alea tidak mampu berkata apa-apa, dia benar-benar merasa malu. Wajahnya tertunduk lesu, bagaimanapun juga kejadian tadi sudah benar-benar mengoyak harga dirinya.
"Tidak apa-apa Lea, tidak perlu malu pada suamimu. Cepat ataupun lambat kamu pasti akan terbiasa" Ucap Mahesa mencoba menenangkan Alea. Dia mengusap lembut rambut Alea.
"Tenangkan dirimu dulu, setelah ini kita akan turun untuk makan, aku mau mandi sebentar"
Mahesa beranjak masuk kekamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Mengabaikan batang kerasnya yang protes karena belum sempat terpuaskan.
'Tenang saja giliranmu tidak akan lama lagi' Mahesa bergumam sendiri, sambil memperhatikan batang nya yang masih mengeras seperti kayu.
.
.
tapi gapapalah, kan suami sendiri 🤭🤭
joss banget ceritanya /Drool//Drool/