Fariq Atlas Renandra seorang pria yang berprofesi sebagai mandor bangunan sekaligus arsitektur yang sudah memiliki jam terbang kemana-mana. Bertemu dengan seorang dokter muda bernama Rachel Diandra yang memiliki paras cantik rupawan. Keduanya dijodohkan oleh orangtuanya masing-masing, mengingat Fariq dan Rachel sama-sama sendiri.
Pernikahan mereka berjalan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka. Walaupun ada saja tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari mantan Fariq hingga saudara tiri Rachel yang mencoba menghancurkan hubungan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Rahsyafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Tiga
Ternyata Ratna menyusul suaminya, ia langsung memeluk Rachel sambil mengelus rambut wanita itu. Agar melindungi Rachel dari tamparan Ryan.
"Papa mau nampar Rachel? Silakan, Pa. Tampar Rachel biar Papa seneng."
"Mulai kurang ajar kamu ya."
"Mas, udah!" ucap Ratna mendorong dada suaminya.
"Kamu lihat. Karena kamu Ryan marah sama Rachel. Apa salah ku sama kamu Ratna? Nggak cukup kamu menghancurkan saya?"
"Mas ... Vina berbohong. Aku sendiri yang denger dari mulut dia."
"Rachel ... Kamu lihat, Mama tiri kamu ini selalu melindungi kamu. Tapi kamu nggak pernah baik sama di," ucap Ryan. "Bahkan Ratna malah menyalahkan anaknya sendiri."
"Mas! Vina sendiri yang bilang, dia benci sama Rachel. Bahkan dia akan membuat Mas kehilangan cucu."
"Cucu?"
"Rachel lagi hamil. Harusnya Mas nggak boleh bentak dia." Ucap Ratna.
Rachel pun berlari menuju kamarnya.
"Sekarang kalian pergi dari rumah saya. Saya benci kalian."
"Mbak, Indi. Saya minta maaf atas kelakuan Vina."
"Kalian bertiga selalu mengacaukan hidup saya. Pergi kalian!"
"Mbak denger dulu penjelasan saya."
Indi sudah emosi, ia pun menarik lengan kedua orang itu dan mengusirnya secara paksa.
Brak!
Begitu keras Indi menutup pintu hingga kedua tamunya kaget. Air mata Indi menetes bukan mengingat sakitnya diselingkuhi tetapi mengingat anaknya yang sekarang jdi korban amarah mantan suaminya.
[] [] []
"Mas ..."
"Rachel ... Kenapa sayang? Kenapa kamu nangis?"
Rachel langsung memeluk suaminya, ia merasakan tentram diperlukan laki-laki itu. "Mas ... Rachel juga mau disayang."
"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."
"Hei, Mas sayang sama kamu. Jangan nangis."
"Rachel mau di sayang sama Papa."
"Kenapa sama Papa sayang?" tanya Fariq sambil terus saja mengusap-usap rambut istrinya.
"Kenapa Rachel nggak bisa merasakan kasih sayang Papa. Rachel juga menginginkan itu. Hiks ..."
Cup! Cup! Cup!
"Sabar sayang. Mas akan selalu memberikan kasih sayang sama kamu. Kamu yang kuat ya."
"Jangan nangis lagi." Fariq berharap dukungan darinya akan membuat Rachel semangat lagi.
"Hiks ... Bahkan dari kecil Rachel nggak pernah minta duit Papa ... Rachel cuma mau di sayang."
"Hei ..." Fariq menangkup wajah istrinya, ia mengusap air mata wanita itu.
"Dengerin Mas ... Mas akan berikan kamu kasih sayang seperti yang kamu inginkan. Jangan khawatir ya sayang."
"Terima kasih Mas. Rachel bersyukur memiliki suami seperti Mas Ariq."
Kembali wanita itu memeluk suaminya. Fariq ikut merasa sedih, air matanya menetes mengingat kepergian ayahnya. "Jangan pernah tinggalin Mas ya. Mas sayang sama kamu."
"Harusnya Rachel yang bilang seperti itu. Mas sangat pengertian. Rachel takut kalau Mas punya perasaan sama perempuan lain."
"Enggak sayang."
Pelukan itu terlepas. "Mas kenapa nangis?"
"Mas tau rasanya kehilangan kasih sayang. Bedanya, Mas kehilangan kasih sayang dari Ayah karena dia meninggal. Kalau kamu karena perpisahan Mama."
"Mas mau ke makam Ayah. Mas kangen." Lanjutnya.
"Ayo ... Nggak apa-apa hari ini Rachel telat datang, demi Mas."
Cup!
"Makasih sayang. Sejak pertama kita ketemu kamu sangat perhatian sama Mas. Mas bangga memiliki istri seperti kamu."
"Jangan pernah berubah ya istrinya Fariq Atlas Renandra."
"Siap, Bos. Rachel akan terus berbakti sama pria ini."
Wanita itu memeluk suaminya, keduanya sedang menyalurkan kasih sayang kepada pasangan masing-masing. Rachel berharap jika Fariq tidak akan mencari kenyamanan pada orang lain.
Fariq pun sama, melihat kejadian hari ini. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan terus memberikan kasih sayang kepada istrinya.
"Rachel minta maaf sama Mas."
"Minta maaf kenapa sayang?"
"Karena pertengkaran di luar tadi."
"Nggak usah dipikirkan. Sekarang Mas lapar."
Rachel menarik lengan suaminya dan mereka keluar dari kamar. "Ayo Mas kita sarapan pagi dulu."
[] [] []
Ryan dan Ratna pulang ke rumah mereka, belum masuk saja pintu sudah terbuka karena Vina akan segera berangkat bekerja. "Vina. Jujur sama Papa sekarang ... Kamu bohong sama Papa?"
"Bohong?" Vina mengernyitkan dahinya. "Bohong apa?"
"Kamu nggak pernah berpacaran sama Ariq?"
Vina memandang ibunya, tetapi Vina akan mencoba untuk tenang. Dia tidak mau jika Ryan akan marah kepadanya. Karena yang dia tau laki-laki itu sangat mudah luluh kepadanya.
Vina pun mendekat dan merangkul lengan orangtuanya. "Vina minta maaf. Vina seneng lihat Mar Ariq. Dia pekerja keras, Vina suka sama laki-laki seperti itu."
"Tapi, Vina bukannya mau merebut suami orang, Pa. Vina cuma kagum aja kok, nggak lebih dari itu."
"Maafin Vina ya, Pa. Vina nggak bermaksud bohong sama Papa."
"Kamu mau Papa kenalkan sama anak temen Papa. Dia baik, pekerja keras juga. Kayaknya dia tipe kamu."
"Kapan-kapan aja deh, Pa ... Vina belum mau menjalin hubungan dengan siapapun. Vina juga nggak ada niatan buruk sama Rachel."
"Ya udah. Tapi Papa nggak mau kamu mencelakai Rachel ya. Dia lagi mengandung cucu Papa."
"Iya, Pa. Itu 'kan juga keponakan Vina, nggak mungkin Vina malah melakukan hal jahat. Bener nggak?"
"Baiklah ... Ini kamu mau kemana?" tanya Ryan.
"Kerja lah, Pa."
"Jagain Rachel di rumah sakit. Dia lagi hamil."
"Baik, Bos."
Vina berhasil menyelamatkan diri dari amarah Ryan. Ratna begitu heran dengan anak semata wayangnya tersebut. Dia sangat pintar merayu Ryan. Bahkan Ratna berpikir jika Ryan lah terlalu lemah dalam hal itu. Seperti pengalamannya, Ryan memang mudah di rayu membuatnya bisa menikah dan memiliki anak dengan pria itu.
[] [] []
"Brak!"
Rachel sama sekali tidak kaget ketika ada yang menggebrak mejanya saat dia fokus membuat laporan karena hal tersebut hanya dilakukan oleh saudara tirinya.
Saat mendongak, Vina sudah menatapnya dengan tajam. "Kenapa Vina?"
"Kamu ngadu apa sama Papa?"
"Aku nggak bilang apa-apa. Papa tau dari Mami kamu."
"Kamu jangan bohong. Aku tau kamu pasti ngadu 'kan."
"Enggak ..." Rachel mencoba untuk tetap tenang menghadapi wanita itu. "Kamu bisa keluar. Aku lagi ada kerjaan."
"Semakin kesini kamu semakin sombong ya. Mentang-mentang udah hamil anaknya Mas Ariq."
"Salahnya di mana Vina?" tanya Rachel. "Anak yang aku kandung juga anak suamiku."
"Salah! Salah besar! Harusnya aku yang mengandung anak Mas Ariq. Bukan kamu!"
"Kamu apaan sih. Kamu nggak sadar juga kalau Mas Ariq suamiku."
Vina mengepalkan tangannya di hadapan Rachel. Dia begitu kesal kepada saudara tirinya itu. "Kamu lihat aja ya. Aku akan mengambil Mas Ariq dari kamu."
"Kamu nggak akan bisa Vina. Mas Ariq kalau nggak aku suruh kerja, dia nggak akan pergi. Karena dia nggak mau jauh-jauh dari aku," ungkap Rachel. "Kamu yakin bisa mengambil dia dari aku?"
"Kamu jangan menantang aku. Aku akan pastikan Mas Ariq bakal ninggalin kamu."
"Sekarang kamu keluar dari dalam ruangan ku. Aku nggak fokus bekerja gara-gara kamu."
"Aku juga nggak sudi lama-lama di sini." Vina berlalu pergi, sebisa mungkin ia akan membuat ucapannya jadi kenyataan. Pesona Fariq sungguh membuatnya terpukau.