Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9 Pijat ++
Setelah pembicaraan itu langit lebih banyak diam dan tidak berinteraksi dengan Aris seprti biasanya.
Sepanjang hari Langit tidak fokus dalam bekerja hingga akhirnya jam pulang tiba.Langit seperti ingin cepat-cepat pulang hingga dia terburu-buru keparkiran sampai ia melupakan ponselnya yang tergeletak dimeja kerja.
" Lang,ponsel Lo ketinggalan!" Teriak Aris sembari berlarian mengejar langit namun langit sudah lebih dulu melajukan mobilnya.
Aris hanya bisa menghela nafas melihat sikap tak biasa sahabatnya.
" Tumben banget tu bocah teledor sampai ponsel ketinggalan!" Gumam Aris,lalu meletakan ponsel itu ditasanya dan berniat mengantar kerumah Langit.
Berbeda dengan Rani,istri Langit ini masih berkutat dengan setumpuk berkas dimejanya.
Setiap akhir bulan Rani selalu saja harus lembur demi menyelesaikan pekerjaannya agar tidak menumpuk.
" Ran Lo gak nelfon suami Lo dulu kalau Lo mau lembur.Tar dia keburu jemput Lo kesini lagi,ka kasian udah jauh-jauh."
Vani mengingatkan Rani karena Rani setiap kali sudah bekerja selalu lupa waktu dan lupa berkabar dengan suaminya.
Mendengar itu Rani lantas tersadar,karna dia memang melupakan hal tersebut.
" Astaga untung Lo mau ingetin gue van.Tetnyata punya temen kaya elo juga bentuk Rizki dari Tuhan ya van,lo udah kaya alarem aja buat gue.Makasih vaniku sayang."
Rani memeluk erat Vani sementara Vani memutar bola matanya dengan malas.
" Baru nyadar Lo! Kemana aja Lo selama ini!" Cibir Vani membuat Rani terkekeh.
Rani dan Vani merupakan sahabat sekaligus partner bekerja terbaik di kantor.Mereka begitu dekat sampai beberapa orang mengira mereka adalah saudara.
Setelah puas memeluk sahabatnya,Rani lantas melepaskan pelukannya,tangannya merogoh saku bajunya dan mengambil ponselnya.
" Kenapa Ran ko kaya BT gitu?" Tanya Vani saat melihat wajah Rani yang mendadak murung dan lesu.
" Gak tau nih van,tumben banget mas Langit gak langsung angkat telfon gue,apa dia lagi dijalan ya!" gumam Rani.
" Ya udah kamu chat aja,kan ntar pas dia buka ponsel pasti langsung baca chat Lo.Buruan gih tar sibos dateng dikira kita gak serius kerjanya." Saran Vani.
Setelah mengatakan itu Vani kembali lagi ke mejanya sementara Rani terlihat mengotak atik ponselnya.Tak selang beberapa lama Rani kembali meletakan ponselnya kedalam saku.
Sementara ditempat lain Langit kini baru saja sampe di rumahnya.
Setelah memasukan mobilnya ke garasi Langit lantas buru-buru masuk kedalam rumah.Entah mengapa hatinya sangat resah dan ingin buru-buru menemui Rena.
Tok tok
Langit mengetuk pintu dengan tidak sabar, Tak selang beberapa lama terdengar langkah kaki mendekat kea arah pintu.
Cklek
" Loh mas Langit! Mas ko udah pulang? ka Rani mana mas?" Tanya Rena begitu membuka pintu dan melihat langit berdiri tepat didepan pintu seorang diri dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Rena melihat kebelakang dan kesamping mencari keberadaan Rani karna biasnya Langit pulang bersama Rani.
Yang ditanya diam mematung,otaknya bergelut dengan apa yang dikatakan oleh Aris namun hatinya menolak percaya.
Ia merasa bahwa apa yang terjadi kepadanya dan Rena itu wajar sebagai seorang Kaka terhadap adiknya.
" Mana mungkin dia bisa menjadi racun,memang dia beberapa hari ini begitu mengganggu pikiranku,tapi itu karena dia terus terlihat disini.Aku memang perduli kepadanya tapi bentuk kepedulian sebagai seorang Kaka terhadap adiknya.Tidak lebih,ga ini gak mungkin! Apa yang diucapkan Aris tidak akan mungkin terjadi." Batin Langit.
Otaknya begitu berisik berbicara dengan isi hatinya.
" Mas,heii ko malah bengong disini ayo masuk!" Rena menarik tangan Langit dan menggandengnya masuk kedalam rumah.
Bah kerbau dicucuk hidungnya Langit masuk begitu saja dan duduk ditempat yang Rena persilahkan.
Diamnya Langit membuat Rena tak mau melewatkan kesempatan.
Rena lantas masuk kebelakang dan setelah beberapa menit keluar dengan membawa secangkir kopi untuk Langit.
"Mas aku buatin kamu kopi,ini diminum mas mumpung masih hangat." Ucap Rena sembari menyodorkan secangkir kopinya.
" I-iya Ra makasih,em kamu ko tumben jam segini udah mandi." Tanya Langit,entah mengapa pertanyaan itu keluar dari mulutnya.
Memanh biasanya Rena mandi saat malam tiba sebelum makan malam,tapi entah mengapa tiba-tiba hari ini Rena sudah wangi dan rapih dijam Langit pulang kerja.
" Oh ini mas iya aku gerah ajah mas rasanya." Kilah Rena.
Langit memindai penampilan Rena dari atas kebawah dan begitu sebaliknya.
Sore ini Rena tampil cantik dengan mengenakan daster tipis yang dengan belahan dada rendah dan sangat memprlihatkan lekuk tubuhnya karena kain yang ia kenakan sangat menerawang hingga dengan jelas Langit bisa melihat sesuatu yang terbungkus didalamnya dengan sangat jelas.
Jakun Langit naik turun melihat kain segitiga yang membalut sesuatu dibagian bawah tubuh Rena.Apa lagi dadanya yang padat terlihat tegak menantang,bahkan belahannya terlihat sangat jelas.
" Astaga apa dia tidak mengenakan celana short,meresahkan sekali melihat pemandangan seperti ini didepan mataku." Batin Langit.
Melihat Rena dengan tampilan seperti itu seakan melihatnya dalam keadaan telanjang.
" Mas apa mas cape?" Pertanyaan Rena membuyarkan lamunan Langit.
" I-iya Rena,mas cape sekai kaki mas juga pegel." Langit merentangkan kedua tangannya dan menggerak-gerakan kakinya namun matanya tak lepas dari dua bukit yang terlihat menyembul dibalik daster yang Rena kenakan.
Entah disengaja atau memang kebetulan Rena menunduk untuk mengambil penjepit rambut yang entah dari mana datangnya sudah jatuh didepan Langit.
" Be-besar sekali." Lirih langit saat melihat dua benda itu bergelayut didada Rena.
" Milik ka Rani juga besar mas!" Celetuk Rena membuat Langit salah tingkah.
" Em masud mas bukan itu ren,itu dada eh jepitan dada em maksud mas jepitan rambut kamu besar sekali." Langit tergagap namun Rena justru terkekeh mendengarnya.
Langit meraup wajahnya dengan telapak tangannya.Mendadak tubuhnya merasa gerah,entah karna dia belum mandi atau memang karna pemandangan yang disuguhkan didepan matanya.
Didepan rumah tampak Aris menepikan sepeda motornya.
Aris sengaja menepikan sepeda motornya didekat jalan jauh dari halaman rumah Langit agar ia tau apa yang sedang Langit lakukan karena tanpa sengaja Langit melihat notif pesan dari Rani yang mengatakan jika ia tengah lembur.
" Maaf ya Lang buka maksud gue gak percaya sama elu.Gue percaya Lo gak bakal hianatin Rani,tapi gue gak yakin sama adik ipar Lo." Lirih Aris sebelum melanjutkan langkahnya kehalaman ruman Langit.
Sahabat langit itu seperti mendapat firasat tidak baik akan sahabatnya.
Dari kejauhan rumah memang terlihat sepi namun Aris tau jika Langit sudah berada dirumah karena mobilnya terparkir digarasi.
Dengan langkah pelan Aris berjalan tanpa suara.
Begitu Aris sampai didepan pintu ia tak langsung mengetuk pintu.
Telinganya menangpap sesuatu yang ganjal.
" Mas,enak gak pijitan aku." Tanya Rena dengan suara yang dibuat mendayu dayu.
Griyuuut
Tangan Aris mengepak erat saat mendengar suara tersebut.
" Enak Ra,lebih berasa tangan kamu.Rani mana pernah pijit mas begini.Yang ada dia tiap hari minta mas pijitin dia." Ujar Langit,tanpa sadar sudah membandingkan istrinya dengan Rena.
" Aaahhhh!"
" Ma-ma-af mas gak sengaja.Em,tapi ko mas mendesah sih.Enak mas? Kan aku gak sengaja!" Kikik Rena sementara Langit e terus mendesis dan mendesah merasakan pijatan Rena pada sesuatu yang tersembunyi dibalik celana Langit namun sudah tampak jelas bahwa sesuatu itu menggeliat dan terbangun karena terlihat dengan jelas dari celananya yang terlihat sesak dibagian depan.
Mereka begitu terhanyut,entah apa yang dipikirkan oleh Langit hingga dia terlihat menikmati setiap sentuhan dari Rena.Rena memang terlihat begitu jelas jika dia tengah menggoda Kaka iparnya.
Tanpa mereka sepasang mata dan telinga melihat dan mendengar semuanya dari balik tirai yang tak tertutup dengan sempurna.
"Benar-benar jalang adiknya Rani, Astaga Lang sadar Lang sadar,sebelum petaka itu datang!" Lirih Aris namun Aris masih belum berani mengetuk pintu lantaran ia ingin tau sejauh mana permainan yang akan dimainkan oleh Rena.
Flashback on.
" Sini aku pijitin mas,kata suamiku dulu aku itu jago mijit loh!" Tawar Rena pada Langit.
" Kamu yakin Ren mau mijit mas,mas si mau-mau aja." Langit mulai terpancing oleh rayuan Rena.
" Boleh dong mas ++ juga boleh." Celetuk Rena.
" Apa Ren?" Tanya langit.
Dia bukan tidak tau atau tidak mendengar dengan apa yang Rena ucapkan,namun langit hanya ingin memastikan jika dia dengar itu betul.
" Em engga mas,sini kakinya dulu aku pijit ya."
Rena lantas mulai memijit Langit dari mulai telapak kakinya secara bergantian lalu naik keatas hingga betis. Langit yang memang tengah kelelahan menjadi menikmati pijatan dari Rena .Matanya terpejam dan badannya ia sandarkan disofa.
Semakin lama tangan Rena semakin naik keatas namun Langit seperti terhipnotis dan terbuai tak merasakan itu,ia hanya merasakan pijatan yang enak dikakinya hingga akhirnya tangan Rena dengan sengaja menyentuh milik Langit dan meremas sesuatu yang ada didalamnya.
Sentuhan Rena membuat Langit mengegeliat dan mendesah nikmat lantaran benda pusakanya dimanjakan.
Flashback off.
Bersambung....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."