My Cold Boyfriend-
Alletha Gracelyn, harus kehilangan kekasih yang sudah bersamanya 2 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal di saat akan merayakan Anniversary mereka, di saat kesedihan nya dia malah bertemu dengan laki-laki dingin namun selalu bersikap hangat di saat bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Sesak Napas (Alergi)
Gala tersenyum menatap wajah Leta yang tampak diam, kecantikannya memang membuat siapa saja terpesona.
"Gimana? Mau gak jadi pacar gue dan gue jamin kita bakal kasih tanda tangan kita."
Leta tersenyum dan menggeleng.
"Ayo Sis, masih banyak Kating lainnya." Ajak Leta menarik tangan Siska.
"Yah Yah, kok malah kabur." Ucap Boni menatap kedua gadis yang berjalan pergi.
"Gak usah rese." Kesal Langit yang langsung pergi.
Arga terkekeh dan menatap Gala.
"Siap-siap Lo Gal."
"Lah memangnya gue kenapa?"
Arga berjalan mengikuti Langit,,
Leta terus menarik tangan Siska, bisa-bisa mereka bicara seperti itu. Kenapa sih semua Kanting di Kampus ini aneh-aneh padahal kampusnya terkenal dan elit.
"Leta,,"
Leta menghela napasnya, wajahnya masih terlihat kesal.
"Lo kenapa sih?"
"Kita cari orang lain aja, aneh mereka."
Siska tersenyum.
"Kalo tadi Kak Gala bilang ke gue udah gue iya in aja, lagian kenapa Lo gak mau terima aja sih."
"Ngaco.. Gue mau belajar bukan cari pacar."
Siska tertawa mendengar ucapan Leta apalagi melihat wajah kesal Leta.
"Udah lah gue mau ke toilet dulu."
"Ya udah, gue cari Kating lainnya."
Leta mengangguk dan berjalan menuju toilet, moodnya menjadi buruk dengan ucapan Gala.
sampai di dalam toilet, Leta menatap wajahnya di depan cermin. Tangannya mengeluarkan kalung pemberian Vero.
Pacaran. Bahkan dirinya saja masih belum bisa melupakan Savero. entahlah dia bisa membuka hatinya lagi atau tidak tapi yang pasti untuk saat ini Leta sama sekali tidak memikirkan soal itu.
Leta memejamkan matanya, dia kembali mencuci tangannya dan berjalan keluar.
Dia harus kembali mendapatkan tandatangan para Kating nya sebelum jam 3 sore, dia tidak mau kembali di hukum apalagi mengingat keempat cowok tadi pasti.
Leta berjalan mencari Alis, namun langkahnya berhenti saat melihat Langit.
Dia menghela napasnya dan kembali berjalan, hingga jarak mereka semakin dekat.
"Buku Lo." Ucap Langit berdiri di depan Leta.
"Ha- Hah?"
Langit mengambil buku di tangan Leta, dia lantas menandatangani di sana dan di pastikan Leta tidak akan kena hukuman karena mendapatkan tandatangan Ketua BEM.
"I- ini !"
Langit tidak menjawab, dia berjalan meninggalkan Leta yang masih berdiri mematung di sana.
Alis yang melihat Leta langsung menghampirinya.
"Ta, Lo ngapain bengong sih"
"Ah ya, gapapa kok."
"Itu bukannya Kak Langit, tadi dia nyamperin Lo atau-
"Dia tanda tangan di buku gue."
"What,, coba lihat."
Alis menarik buku Leta dan benar saja ada tanda tangan Langit di sana.
"Wah Cuma Lo yang dapet tandatangan Kak Langit, semua Maba sama sekali gak ada yang dapet Ta."
Leta menautkan kedua alisnya.
"Lo beruntung, tapi ya udah lah sekarang ke kantin yuk laper gue." Ajak Alis.
Leta mengangguk dan mereka berjalan menuju kantin, Karana memang mereka sudah selesai.
Di kantin yang tampak ramai membuat Leta juga Alis celingukan mencari meja yang kosong. Ternyata semua Maba sudah sampai di sana.
"Udah ramai aja," lirih Alis
"Ya udah Lo pesan deh, gue cari meja."
"Oke, Lo biasa kan?"
Leta mengangguk dan berjalan masuk, beberapa mahasiswa ataupun Maba memanggil Leta untuk bergabung namun Leta hanya tersenyum menanggapinya hingga dia melihat meja kosong.
Leta duduk di sana sembari menunggu Alis yang masih membeli minum juga jajanan di kantin.
"Makanan datang"
Alis membeli dua jus jeruk juga gorengan, nampak menggugah selera apalagi masih hangat.
"Risol?" Ucap Leta heran.
"Jangan bilang Lo gak pernah makan risol."
"Pernah tapi buatan Mommy gue, gue gak pernah beli di luar kalau gorengan."
"Tapi ini enak kok beneran, minyaknya juga bersih."
Leta menatapnya, memang menggoda namun apa bener minyaknya bener.
"Lo liat, dalamnya itu mayo gitu sama saus. Loba cicipi dulu deh."
Leta mengangguk dan mencobanya.
enak rasa pertama yang dia rasakan, dia pun mulai menggigitnya.
"Ta, Lo kenapa?" Ucap Alis melihat Leta yang meletakkan gorengan itu dan memegang dadanya.
Napasnya tiba-tiba sesak,,
"Aleta Lo kenapa,"
Leta terus memegang Dadanya yang terasa sesak, membuat Alis bingung campur khawatir.
Beberapa mahasiswa yang berada di sana pun langsung mendekat, wajah Leta mulai pucat.
Langit bersama ke tiga temannya berjalan masuk kantin, namun langkah mereka berhenti saat melihat keadaan kantin yang ramai.
"Itu ada apa sih?" Ucap Gala Melihat beberapa orang berkerumun.
"Eh tunggu itu ada apa?" Boni mencegah Maba yang akan melihatnya.
"Aleta Kak-
deg !
Langit langit berjalan mendekat,,
"Sorry sorry" Ucap Arga membuat mereka minggir.
"Kak tolong Aleta Kak " Ucap Alis yang terlihat sangat khawatir.
Langit menatap Leta yang sesek napas, tangannya mencengkeram dadanya.
Tanpa pikir panjang Langit langsung membopong tubuh Leta dan membawanya keluar.
Semua tampak kaget melihatnya, namun tidak banyak yang merasa iri dengan Aleta yang di bopong Idola kampus.
Langit terus membawa Leta menuju parkiran, dia membuka pintu mobilnya dengan sedikit susah. Sementara Aleta terus memegang dadanya, napasnya semakin sesak membuatnya hanya bisa memejamkan matanya.
Langit tampak panik dan langsung melajukan mobilnya.
Sial tuh Aleta, gue gak akan biarin Lo rebut langit dari gue..
Luna mengepalkan tangannya saat melihat Langit yang membawa Leta.
"Lo liat? Jadi mending Lo jauh-jauh deh dari Langit." Ucap Arga .
"Gak usah ikut campur."
"Sampai kapanpun gue bakal ikut campur Lun, harusnya Lo sadar sama kesalahan Lo. Langit juga gak akan mau balikan sama Lo." Ucap Arga meninggalkan Luna yang semakin kesal.
Di Rumah Sakit,,
Langit menunggu Leta yang masih di periksa oleh dokter di dalam. Dia membuka ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.
Langit juga telah meminta Arga untuk menghindari orang tua Leta, dia sebagai ketua BEM harus bertanggung atas insiden ini.
"Dimana Leta Dad, Mommy takut Leta kenapa-kenapa."
"Mommy tenang ya kita tanya suster."
Langit mendongak, dia lantas berdiri karena tau jika mereka adalah orang tua Aleta.
"Maaf, om sama Tante orang tua Aleta?" Ucap Langit sopan membuat Doni juga Melisa menoleh.
"Benar kami orang tua Aleta kamu siapa?"
"Saya Langit Om, Ketua BEM kampus."
"Jadi kamu yang membawa putri saya ke sini, sebenarnya apa yang terjadi?"
"Saya minta maaf sebelumnya, Saya juga masih mencari tau kenapa bisa terjadi seperti ini. Karena Leta sedang istirahat bersama temannya dan saat saya datang kondisi Leta sisa sesak napas."
"Astaga Dad, gimana Aleta."
"Saya minta maaf karena masalah ini Om, saya akan tanggung jawab."
Doni tersenyum dan menepuk bahu Langit.
"Permisi keluarga pasien." Ucap Suster keluar.
"Kami orang tuanya Suster, bagaimana keadaan putri saya "
"Dokter sudah menangani, pasien mengalami alergi dan mengakibatkan sesak napas. Untung pasien langsung cepat di bawa ke rumah sakit."
"Terus bagaimana sekarang keadaan nya Sus."
"Dokter sudah memberikan obat."
"Apa kami bisa masuk Suster.?"
"Silahkan Tuan, Nyonya."
Doni menatap Langit yang masih tampak di sana.
"Terimakasih Langit kamu sudah membawa Leta cepat ke Rumah sakit, putri saya memang alergi dengan beberapa makanan terutama udang."
"Sama-sama Om, Ya sudah saya permisi kembali ke kampus dulu Om."
"Silahkan."
Langit mengangguk dan berjalan keluar.
Sedangkan Doni juga Melisa langsung masuk ke dalam. Leta berbaring dengan infus di tangannya. Wajahnya masih sedikit pucat.
"Sayang- gimana keadaan kamu? Mana yang sakit?" Ucap Melisa mengusap wajah putrinya.
"Dada Leta sesak Mom"
"Sekarang Leta istirahat dulu ya, Daddy sama Mommy di sini temani kamu Honey."
Leta mengangguk dan memejamkan matanya
Dadanya memang masih sedikit sesak, tubuhnya pun lemas.
Melisa tampak duduk di Samping Leta dan terus mengusap pucuk rambut Leta. Dia sangat khawatir dengan keadaan putrinya.
"Dad, Mommy mau Daddy urus masalah ini." Lirih Melisa yang memang begitu protektif terhadap putrinya.