Setelah hidup dengan suami yang suka memukulinya selama bertahun-tahun, Freya 'dijual' karena suaminya telah jatuh hati pada wanita lain. Dia hanya bisa pasrah saat pelelangan berlangsung, sampai akhirnya... "Satu juta Yuan!" Semua mata tertuju pada pria bertudung yang menawar dengan harga ribuan kali lebih mahal. Siapa pria itu dan kisah seperti apa yang menanti mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossywiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan Buruk
"Kalau begitu.."
Aku sudah berfikir bahwa mungkin saja Albert akan berfikir bahwa aku tidak layak disisinya.
Aku yang kotor
Tidak berguna
Pembawa masalah
"Maaf karena aku menanyakan kenangan yang menyakitkan untukmu", Albert berbicara sambil menatapku penuh dengan rasa menyesal.
Hah??
Kenapa dia malah berfikir seperti itu?
"Aku tidak tahu banyak tentangmu, jadi aku hanya bisa bertanya secara langsung. Freya.. aku sungguh menyesal!", Albert bersimpuh di depanku sambil memegang tanganku.
Rasa sesalnya terlihat di kedua matanya yang indah. Wajah tegas nya melembut dan penuh dengan pengharapan.
"Freya , kamu boleh menceritakan apapun yang ingin kamu ceritakan kepadaku!", ucap Albert.
"Tidak apa bila urutannya berantakan, maupun sulit untuk menceritakan nya. Bahkan tidak apa bila kamu berteriak ataupun marah saat menceritakannya!", lanjut Albert.
"Freya, kamu pasti sangat sedih, kecewa dan menderita saat mengingatnya. Tapi terimakasih karena sudah mau menceritakan nya kepadaku!", ucap Albert lagi.
Albert..
Kenapa kamu memperlakukan ku seperti ini? Apa benar bahwa aku berharga untukmu?
Mata yang memancarkan ketulusan..
Apakah aku benar boleh menatapnya?
"Saya tidak merasa kecewa..", aku mulai membuka suara.
"Saya di pukul karena memang pantas untuk di pukuli!", ya.. selama ini memang aku merasa bahwa aku yang bersalah. Maka dari itu, aku pantas mendapatkan nya.
Wuuusshh..
Dalam sekejap, raut wajah Albert berubah tanpa aku menyadarinya.
"Apa??", suara Albert seperti tercekat saat aku mengatakan hal itu.
"Saya di pukul, karena saa tidak bisa memenuhi seleranya, saya pasti tidak akan di pukul kalau saja bisa sedikit saja memenuhi seleranya!", andai dulu aku bisa seperti apa yang Andreas inginkan.. mungkin aku tidak akan terlalu menderita.
POV Albert
Ggrrtt...
Aku menggenggam erat tanganku, sampai terasa kukuku menusuk telapak tanganku.
'Dasar sampah!!!' umpatku dalam hati.
Aku tidak tau sebenarnya sebesar apa luka yang ada pada dirinya.
"Freya.. apa alasan yang paling sering membuat pria itu memukulmu?", aku bertanya sambil terus berusaha mengontrol emosiku. Aku tidak boleh menampakkan diriku yang sedang penuh amarah di depan Freya, karena itu hanya akan membuka luka lamanya.
"Alasannya ada banyak..", ada banyak? Sebenarnya apa yang dipikirkan pria sialan itu?
"Kadang karena saya terlalu lambat..", Freya mulai menyebutkan beberapa alasannya.
"Kadang karena saya meminta uang untuk membeli roti tanpa mempertimbangkan keadaannya..", What the fuck!!! Dasar otak udang!!!
"Dan terkadang tertidur padahal jahitan yang harus di kerjakan masih menumpuk", Ya tuhan, aku sungguh tidak bisa membayangkan..
Apa benar dia lelaki?
Kenapa dia tidak mau kerja?
Sebenarnya yang berkewajiban mencari nafkah, dia atau Freya!!!
"Karena itu, sayalah yang bersalah.." Freya pasti merasa bahwa itu semua adalah kesalahannya, sehingga dia merasa pantas mendapatkan amukanari pria sialan itu.
Aku benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa lebih cepat menemukan mu.
Freya, neraka seperti apa yang sebenarnya kau alami ketika bersama pria itu?
Sehingga kamu sudah terdoktrin oleh pemikiran absurd itu..
.
POV Freya
Aku harus berpikir seperti itu!
Jika tidak..
Aku tidak tahu apakah benar bisa menanggung semua itu.
Karena aku bodoh..
Semua salahku..
Aku harus berpikir seperti itu
Dengan begitu, aku bisa bertahan..
"Freya.. orang normal, tidak akan pernah memukuli orang lain hanya dengan alasan seperti itu!", ucap Albert setelah beberapa saat tadi diam.
"Freya .. kamu sendiri tidak akan memukul anak kecil dengan mengada - ada alasan seperti itu kan?", Albert bertanya padaku.
"Ya? Tentu saja.. tapi.. saya .. benar - benar bersalah..", aku masih bingung harus menjawab seperti apa.
"Freya.. hal tersebut tidak bisa disebut kesalahan.. apalagi di antara suami istri!", ucap Albert kepadaku.
"Semua orang pasti melakukan kesalahan dalam hidupnya.. tapi kesalahan sekecil itu, tidak lantas membuat si pembuat kesalahan pantas untuk di pukuli. Itu hanyalah dalih untuk membenarkan tindakan si pemukul!", lanjut Albert menjelaskan.
Benarkah demikian?
Lantas, kenapa aku terus saja terkena pukulan dari Andreas ketika berbuat seperti itu?
"Saya.. tidak bersalah?", aku bertanya sekali lagi untuk memastikan pendengaran ku.
"Ya.. kamu tidak bersalah sama sekali Freya!", jawab Albert.
Sebenarnya, aku sangat kesakitan. Rasanya sangatlah sakit sampai - sampai aku punya arapan yang sangat tinggi agar rasa sakit itu tidak terasa.
Aku sangat ingin hidup bahagia.
Aku ingin kembali lagi, kemasa lalu..
Saat aku bisa berterimakasih, merasa senang dan bahagia dengan tulus..
Di cintai dan mencintai..
Tess..
Ahh ..
Ternyata sudah sangat lama aku menahan air mata..
Ternyata aku ingin lepas dari pria yang membuat ku tersiksa.
Agar bisa bahagia..
Saat aku kembali menatap Albert, dia sedang meneteskan air mata.
Dia menangis demi diriku
"Freya.. yang dibutuhkan dunia ini hanya tiga! Yaitu syarat, kewajiban, dan reputasi.. jika memang itu yang kamu butuhkan, aku akan memenuhinya!!", ucap Albert sambil meneteskan air mata dan menatapku dalam.
Aku masih menangis dengan mendekap kedua tangan Albert.
"Menangislah sepuasmu, Freya!"
.
"Anda mengalami peningkatan dari hari ke hari ya?", ucap Angelina ketika usai kelas hari ini.
"Meski ada juga orang yang tidak mau giat belajar hanya karena belajar itu membosankan atau merasa sudah bisa, tapi anda belajar dengan sangat baik nyonya!", lanjut Angelina.
"Apalagi kebanyakan orang tidak terlalu mengindahkan pelajaran seperti ini, tetapi anda bahkan sampai bertanya juga, saya merasa sangat senang karena itu!", lanjut Angelina lagi.
Bukankah ini menyenangkan?
Entah apa yang di pikirkan orang - orang, tapi menurutku, belajar adalah hal yang menyenangkan.
Mengetahui hal yang baru itu sangat menantang.
"Tidak kok, ini semua berkat ajaran dari guru!", aku menjawab dengan senang hati.
Sekarang aku berusaha untuk tidak berkata dengan terbata-bata lagi. Itu semua berkat Angelina saat pertemuan di kelas yang ke tiga.
(Freya bicara terbata-bata bukan karena dia cacat, itu semua karena tekanan mental yang dia alami dalam jangka waktu yang panjang)
"Saya lebih senang melihat anda tersenyum!", ucap Angelina dengan senyum yang tulus.
"Apakah saya sebaiknya juga tersenyum saat pertama debut di pergaulan sosial kelas atas?", tanyaku dengan sedikit memiringkan kepalaku.
Ya, aku harus mulai belajar tentang pergaulan sosial kelas atas. Karena inilah kehidupan baruku.
"Ada yang menunjukkan karismana lewat senyuman. Tapi anda tidak perlu merasa terbebani, anda tidak perlu memaksakan diri untuk tersenyum apabila memang tidak ingin!", jawab Angelina.
"Sebenarnya, malah dengan menunjukkan ekspresi datar, anda bisa lebih menekan lawan bicara atau membuat mereka lebih hati - hati karena tidak bisa membaca isi hati anda!", lanjut Angelina dengan sedikit menundukkan wajah dan mengelus dagu seolah berfikir.
"Eemm.. meski begitu, sedikit tersenyum juga tidak ada salahnya;", lanjut Angelina lagi.
"Ahh.. begitu ya?", benar, sebaiknya tidak terlalu memperlihatkan isi hati kepada sembarang orang.
"Nyonya, berapakah usia anda?", tanya Angelina padaku.
"25 tahun, tahun ini", jawabku
'Meski tidak anyak bicara, dia tidak bermalas malasan dan juga tidak angkuh. Dia juga menyimak dan menerapkan pembelajaran dengan baik. Bahkan diam - diam, dia juga memikirkan perasaan orang lain. Kalau benar dia sebaik yang aku pikirkan.. kurasa tidak ada salahnya, jika aku sedikit membantunya jika dia butuh bantuan di pergaulan sosial kelas atas nanti, apalagi sekarang dia murid teladan ku kan?' pikir Angelina sambil tersenyum memandang Freya.