NovelToon NovelToon
Part Of Heart

Part Of Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Pihak Ketiga
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dwiey

"Bagaimana mungkin Yudha, kau memilih Tari daripada aku istri yang sudah bersamamu lebih dulu, kau bilang kau mencintaiku" Riana menatap Yudha dengan mata yang telah bergelinang air mata.

"Jangan membuatku tertawa Riana, Kalau aku bisa, aku ingin mencabut semua ingatan tentangmu di hidupku" Yudha berbalik dan meninggalkan Riana yang terdiam di tempatnya menatap punggung pria itu yang mulai menghilang dari pandangan nya.

Apa yang telah terjadi hingga cinta yang di miliki Yudha untuk Riana menguap tidak berbekas?
Dan, sebenarnya apa yang sudah di perbuat oleh Riana?
Dan apa yang membuat persahabatan Tari dan Riana hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Used to

Pagi ini Tari sedang menjemur pakaian di balkon di luar jendela nya. Ia mengibas beberapa celana terlebih dulu, sebelum menjepitnya di teralis jemurannya.

Memang sangat jarang ia bangun pagi, dan entah kenapa hari ini ia memilih energi lebih untuk mencuci pakaian yang biasa di laundry nya.

Lalu tak lama dering ponsel di meja depan tv mengalihkan perhatian nya, ia menghela napas pelan lalu meninggalkan jemuran nya yang belum selesai.

Ia menjawab panggilan itu dengan memutar bola matanya setelah melihat siapa yang memanggil nya sepagi ini.

"Halo Tari, Ibu udah ngirim beberapa stok jamu dan makanan buat kamu, harusnya udah sampe sekarang, cepat di ambil ya" Ujar ibu Sely di sebrang telpon, terdengar suara bunyi lalu lalang kendaraan. Sepertinya dia sedang di jalan, pikir Tari.

"Iya Ibu, bentar lagi aku ambil" Nada suaranya terdengar lembut.

'Nenek ini merusak pagiku yang cerah.' gumamnya dalam hati.

"Ya udah, oh ya sekarang memang udah giliran Yudha tinggal di rumah Riana, tapi misalnya kamu kangen ama Yudha, kamu boleh kok mampir ke rumah mereka, ibu yang akan bicara ke Riana. Bagaimanapun kamu juga istri Yudha"

Sely berbicara dengan nada datar saat menyebutkan nama Riana.

Tari melirik ke atas dengan kesal, "nggak deh bu, ini kan udah jatah Riana. Lagian aku udah puas sebulan ini sama Yudha Bu, nggak papa aku bakal nungguin bulan selanjutnya aja"

Nada suaranya terdengar pelan, karena menyesuaikan ucapan yang keluar dari mulutnya.

Sely menghembuskan napasnya, "Ya udah kalo itu mau kamu, tapi jamu nya rajin di minum ya Tar. Dan ibu juga siapin ramuan yang kemarin ibu kasih ke kalian, siapa tau kamu mau pakai lagi, khasiat nya dasyat kan." Sely tersenyum kecil saat membicarakan ucapan terakhir nya.

"Hahah Iya Bu, Ntar kapan-kapan bakal aku gunain lagi" Ujar nya terkekeh kecil.

Dalam hati Tari mengutuk ibu mertuanya itu, karena kejadian itu hubungan nya dengan Yudha menjadi seperti ini sekarang.

"Ya udah deh, ibu tutup duluan ya Tari, inget pesan ibu, Jangan kecapean biar kamu cepat ngisinya"

"Iya Bu, Aku pasti bakal berusaha terus" jawab Tari dengan nada yakin.

Setelah berbincang sebentar, berbasa-basi panggilan itu pun berakhir.

Tari duduk dengan menyandar pada sofa, energi yang di miliki nya tadi terasa menguap sekarang.

Sudah dua minggu semenjak terakhir ia makan malam bertiga bersama Ade dan Riana, dan saat itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan Riana.

Tari menghela napas lelah, walaupun ia tak bertemu langsung dengan Riana. Tapi mereka masih sering berkomunikasi melalui ponsel. Dan entah kenapa Riana semakin sering bicara tentang bagaimana kemesraan nya dengan Yudha.

Dan Yudha, terakhir kali Tari bertemu dengan pria itu adalah saat itu, saat ia melemparkan ponsel pada punggung nya.

Sejak itu Tari dan Yudha tidak pernah berbicara, bahkan sekedar menanyakan kabar.

"Ding Dong!—Bunyi bel membuat Tari sontak melirik ke arah pintu.

Kening nya berkerut, wajahnya tampak kesal. Ia sudah tau siapa itu, ya Ade.

Semenjak makan malam itu, setiap hari Ade selalu datang ke apartemen nya, sekedar mengantar makanan untuknya.

Awalnya ia menolak, tapi karena lelah terus berdebat dan menyumpahi pria itu, akhirnya ia menyerah dan menerima pemberian nya begitu saja.

Dan walaupun ia sangat benci mau mengakuinya, bahwa makanan yang dibawa Ade selalu sesuai dengan seleranya.

Tari membuka pintu, Ade sudah berdiri dengan membawa paper bag besar di tangan kirinya.

"Aku bawain kamu buah-buahan, sama ada daging juga" Ade tersenyum kecil, lalu menyelonong masuk tanpa menunggu Tari mempersilahkannya.

Tari memicingkan matanya, tangannya bertaut di dada. "Sepertinya kau sudah menganggap apartemen ku sebagai milik mu sendiri sekarang."

Lalu Tari menutup pintu, dan berjalan menuju dapur tempat Ade meletakkan paper bag yang di bawanya.

"Kau harus makan yang banyak, liat dari seluruh tubuhmu, hanya pipimu yang bengkak" Ujar Ade terkekeh kecil.

Ade berbalik dan memegang pergelangan tangan Tari, menariknya agar mendekat.

"Bagus, sekarang mulut mu itu pun bertambah besar setiap harinya"

Ade hanya terkekeh kecil menanggapi ucapan Tari, sudah terbiasa dengan sikapnya.

Tari membuka paper bag dan mengambil satu kantong buah jeruk. Ia berjalan menuju sofa dan menghidupkan Tv nya, lalu mulai menikmati jeruk yang di bawanya.

Ade tersenyum simpul melihat Tari yang sudah terbiasa dan tidak terganggu dengan kehadiran nya. Ia senang dengan kemajuan hubungan mereka sejauh ini.

Lalu Ade mengambil buah anggur Muscat yang telah di keluarkannya dari paper bag.

Ade berjalan ke arah sofa, kemudian ikut duduk di sebelah Tari yang sibuk memakan jeruknya.

"Menjauh lah sana" keluh Tari jengkel, karena jarak mereka yang terlalu dekat.

Lalu sebelum Tari berbicara lebih jauh, Ade memasukkan satu buah anggur ke dalam mulut nya yang terbuka.

"Mmmm!—Mata Tari sontak terpejam karena buah anggur yang tiba-tiba masuk kedalam mulut nya, lalu detik berikutnya matanya membelalak.

Jari telunjuk dan jempol Ade masih berada dalam mulut nya. Tari berusaha menarik tangan Ade dengan kuat, ingin mengeluarkan tangan itu, Mulutnya pun terus mengeluarkan suara yang tidak jelas karena mulut nya yang penuh, ia hampir tersedak.

Tari menatap tajam Ade yang tersenyum miring melihat nya, dan detik berikutnya mata Tari membelalak lagi.

Ade memang menarik tangannya, tapi digantikan dengan mulut nya sendiri. Tari merasakan lidah Ade masuk dan mengambilnya anggur yang ada di dalam mulutnya.

Lalu Ade menarik diri, dan menguyah buah anggur itu menimbulkan suara garing, dengan senyum merekah terulas di sana.

"Anggurnya manis seperti permen"

Tari yang masih terkejut kemudian tersadar, tangan nya langsung terangkat dengan niat ingin menampar pria itu.

PLAK!

"Bajingan ini" Mata tari menatap penuh benci pada Ade.

Pipi Ade mulai memerah karena tamparan yang keras mengenai wajah nya, lalu ia tertawa kecil.

"Maaf Tari, aku tidak bisa menahan diri untuk menggoda mu" Katanya dengan senyum simpulnya.

"Brengsek! Manusia ini bukannya minta maaf. Dari dulu aku heran dari mana datangnya rasa tidak tau malu mu ini—Sekarang keluar dari apartemen ku"

Tari menunjuk pintu keluar dengan kesal.

"Maaf, aku hanya ingin kau nggak lupa, kalau aku menyukaimu"

Ade menatap sendu, lalu ia turun dari sofa dan setengah berlutut. Menumpu badan pada lututnya.

"Tari ayo mulai lagi denganku, aku pastiin kali ini kita bakal selalu bersama"

Tari menggigit bibir bawahnya, wajah nya terlihat bertambah kesal. "Kau nggak dengar ya, telingamu itu hanya pajangan apa gimana. kubilang keluar kan"

Lalu Tari mengangkat sebelah kaki nya dan mendorong dada Ade ke belakang dengan kuat.

"Akhh!" Ade meringis karena punggung nya terjerembab ke belakang dengan tiba-tiba.

"Hahaha" Lalu Ade tertawa dengan keras, tak bisa menahan rasa gelinya. Baru kali ini ia di tendang oleh seseorang, mana oleh wanita lagi.

"Kau benar-benar sudah gila ya" Tari mendesis kesal, bukannya pergi pria yang terbaring di lantai itu malah asik tertawa.

Ade lalu bangkit dan duduk, ia meraih sebelah kaki Tari yang menendang nya. Ia mencium kaki itu dengan lembut beberapa kali.

"Kali ini wajahmu yang akan ku tendang, aku bersumpah" Tari langsung menarik kakinya dengan kuat.

Ade tersenyum simpul, lalu ia berdiri mengambil ponselnya yang ada di meja.

"Aku pulang dulu ya, besok aku akan datang lagi"

"Jangan datang lagi sialan!" Bantah Tari cepat. Matanya menatap tajam pada Ade.

Ade terkekeh kecil, lalu ia mengambil satu buah anggur dan mengunyah nya sambil melirik ke arah Tari yang wajah nya terlihat memerah.

"Habiskan buahnya"

Ade berjalan pergi menuju pintu keluar. Ia membuka pintu, sebelum keluar ia sempat menoleh sebentar kebelakang.

Senyum bahagia terulas diwajahnya, ia sambil mengangguk pelan, lalu keluar menutup pintu dengan perlahan.

1
Martin victoriano Nava villalba
Wah bahasanya keren banget, bikin suasana terasa hidup.
Cô bé mùa đông
Jujur, bikin terharu.
Jenni Alejandro
Makin nggak sabar buat nunggu kelanjutan ceritanya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!