Setelah mati secara tiba-tiba, Kazuma Hiroshi, seorang programmer jenius, terlahir kembali di dunia lain sebagai seorang World Breaker, kelas terkuat dengan kekuatan yang tak terbatas. Dilengkapi dengan kemampuan manipulasi mana dan sistem yang bisa ia kendalikan layaknya sebuah game, Kazuma segera menyadari bahwa kekuatannya tidak hanya luar biasa, tetapi juga berbahaya. Dalam dunia penuh monster, sihir, dan ancaman dari Reincarnator lain, Kazuma harus belajar memanfaatkan kekuatannya dengan bijak dan menghadapi musuh yang mengincar kehancuran dunia barunya. Petualangan epik ini menguji batas kekuatan, strategi, dan kemanusiaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09. Di Tepi Kematian
Kazuma langsung merasakan jantungnya berdetak kencang. Pria berjubah hitam itu, yang kini berdiri di hadapan mereka dengan aura dingin dan penuh ancaman, menatap mereka seperti seorang pemburu yang baru saja menjebak mangsanya. Sylvia di sampingnya juga tampak waspada, matanya menyipit seolah mencari celah untuk melarikan diri.
“Jadi kau kembali lagi,” kata Kazuma dengan suara berat, mencoba mempertahankan ketenangannya. Namun, di balik itu, ia tahu mereka berada dalam situasi yang sangat genting.
Pria itu hanya tersenyum samar, memamerkan kesan superioritas yang tidak terelakkan. “Aku sudah memperingatkan kalian, tapi sepertinya kalian terlalu keras kepala. Sekarang, kalian sudah melangkah terlalu jauh.”
Sylvia mencengkeram tangan Kazuma, lalu berbisik cepat, “Kita harus keluar dari sini, Kazuma. Jangan hadapi dia langsung.”
Namun, sebelum mereka sempat bergerak, pria berjubah itu mengangkat tangannya. Sebuah energi magis yang sangat kuat tiba-tiba menyebar di seluruh ruangan, membuat udara di sekitarnya bergetar. Kazuma bisa merasakan kekuatan luar biasa yang terpancar dari pria itu—ini bukan serangan biasa. Ini adalah kekuatan yang sudah lama dipersiapkan untuk menghancurkan mereka.
Kazuma melompat mundur, menarik Sylvia bersamanya. "Kita tidak bisa kabur dengan cara biasa," katanya, suaranya penuh tekad. "Kita harus melawannya."
Sylvia mengangguk meski tampak ragu. Ia tahu melawan Penjaga Keseimbangan tidak akan mudah, tapi tidak ada jalan lain.
Pria berjubah itu mengayunkan tangannya dengan cepat, dan seketika, ledakan energi magis meluncur ke arah Kazuma dan Sylvia. Kazuma, dengan refleks yang cepat, segera mengeluarkan sihir pelindung yang baru saja ia pelajari dari Kitab Reinkarnasi. Sebuah perisai berkilauan muncul di depannya, menahan serangan itu hanya beberapa inci dari wajahnya. Getaran dari benturan itu terasa hingga ke tulang-tulangnya, namun Kazuma tetap berdiri tegak.
"Sylvia, cari jalan keluar!" seru Kazuma.
Sylvia langsung berlari menuju salah satu jendela di sisi ruangan, mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Namun, pria berjubah itu sekali lagi menggerakkan jarinya, menciptakan dinding energi yang menghalangi semua akses keluar. Dia telah mengurung mereka sepenuhnya.
“Tidak ada jalan keluar,” pria itu tertawa kecil. “Ini adalah tempat peristirahatan terakhir kalian.”
Kazuma tahu dia tidak punya banyak waktu. Pria ini lebih kuat dari musuh-musuh sebelumnya, dan hanya kekuatan penuhnya yang mungkin bisa menandingi. Namun, dia masih belum sepenuhnya menguasai semua teknik dalam Kitab Reinkarnasi. Bagaimana jika dia tidak cukup kuat? Bagaimana jika kekuatan ini justru menghancurkannya?
“Fokus, Kazuma,” Sylvia berteriak dari seberang ruangan. “Jangan ragu!”
Mendengar itu, Kazuma menarik napas dalam-dalam. Jika dia ingin bertahan, dia harus mempercayai kemampuannya—dan lebih penting lagi, mempercayai dirinya sendiri. Dengan tekad yang bulat, dia membuka Kitab Reinkarnasi, halaman-halaman yang penuh dengan simbol kuno itu terbuka, bercahaya di bawah sinar magis.
Kazuma mengangkat tangannya ke udara, merasakan kekuatan dari kitab itu mengalir melalui tubuhnya. "Saatnya mencoba sesuatu yang baru."
Dari halaman kitab, muncul sebuah simbol aneh—sesuatu yang belum pernah ia gunakan sebelumnya. Ini adalah salah satu sihir terlarang, hanya bisa digunakan oleh Reincarnator dengan kekuatan yang mendalam. Namun, Kazuma tidak punya pilihan lain. Jika mereka ingin bertahan, mereka harus mengambil risiko ini.
"Seruan Abyssal," Kazuma bergumam, suaranya hampir hilang di antara kekuatan magis yang mengelilinginya.
Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar hebat. Dari bawah tanah, bayangan gelap menjulang, membentuk sosok raksasa yang berwujud makhluk kegelapan dengan sayap hitam yang besar. Makhluk itu berdiri di antara Kazuma dan pria berjubah, seolah-olah menjadi pelindung yang diciptakan dari kegelapan itu sendiri.
Pria berjubah itu tampak terkejut, meskipun hanya sekejap. “Makhluk Abyssal?” bisiknya. “Berani sekali kau memanggil kekuatan sebesar itu.”
Makhluk yang dipanggil Kazuma menderu keras, lalu meluncur ke arah pria berjubah, mengayunkan cakarnya dengan kekuatan dahsyat. Serangan itu menghantam keras dinding energi pria berjubah, menciptakan ledakan besar yang mengguncang seluruh ruangan.
Kazuma merasakan tubuhnya melemah. Mengendalikan makhluk Abyssal ini menguras banyak energinya, lebih dari yang ia perkirakan. Namun, ia tahu ini adalah satu-satunya cara untuk melawan musuh yang begitu kuat. Ia tidak bisa berhenti sekarang.
Sementara makhluk Abyssal bertarung dengan pria berjubah, Sylvia berlari mendekat ke Kazuma. “Kau baik-baik saja?” tanyanya dengan nada khawatir.
Kazuma mengangguk lemah, meski ia tahu dirinya tidak akan bisa bertahan lama jika terus menggunakan kekuatan ini. "Kita harus menemukan cara keluar. Aku tidak bisa mempertahankan ini lebih lama."
Sylvia mengangguk cepat, lalu matanya menelusuri ruangan. "Ada sesuatu di belakang rak buku itu. Mungkin ada jalan keluar tersembunyi."
Dengan cepat, mereka berlari menuju rak buku yang dimaksud Sylvia. Saat mereka mendekatinya, Sylvia segera mendorong rak itu, menemukan pintu rahasia di baliknya. Di balik pintu itu ada lorong sempit yang sepertinya menuju ke luar bangunan.
"Kita bisa keluar lewat sini," kata Sylvia, suaranya penuh harapan.
Kazuma menoleh ke arah makhluk Abyssal dan pria berjubah yang masih bertarung sengit. Serangan demi serangan menghantam dinding dan lantai, menghancurkan bagian ruangan dengan kekuatan luar biasa. Kazuma tahu waktunya hampir habis.
“Pergi sekarang!” teriak Kazuma. "Aku akan menahan dia."
Sylvia tampak ragu sejenak, namun akhirnya mengangguk. "Jangan mati di sini, Kazuma." Lalu, tanpa menunggu lebih lama, dia masuk ke lorong.
Kazuma menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan serangan terakhir. Ia mengerahkan seluruh kekuatannya, memerintahkan makhluk Abyssal untuk melancarkan serangan pamungkas. Makhluk itu mengeluarkan raungan mengerikan, kemudian meluncurkan serangan besar yang menghantam pria berjubah dengan kekuatan luar biasa.
Ledakan energi memenuhi ruangan, menggetarkan seluruh bangunan. Kazuma merasakan tubuhnya hampir runtuh, energinya terkuras habis.
Namun, saat debu mulai mengendap, Kazuma bisa melihat pria berjubah itu masih berdiri, meski terlihat terluka. Wajahnya tampak marah dan penuh dendam.
“Kau akan membayar untuk ini,” desis pria itu, darah mengalir dari sudut bibirnya.
Kazuma tersenyum lemah, lalu segera berbalik dan melarikan diri melalui lorong tempat Sylvia menghilang. Tepat saat ia keluar dari ruangan, dinding-dinding di belakangnya mulai runtuh, mengubur ruangan itu dalam puing-puing.
Kazuma terus berlari, meskipun tubuhnya terasa semakin lemah. Di ujung lorong, ia melihat Sylvia menunggunya dengan cemas.
“Kita harus cepat keluar dari sini,” kata Sylvia, menarik tangan Kazuma. “Bangunan ini akan runtuh kapan saja.”
Mereka berdua terus berlari, meninggalkan markas Penjaga Keseimbangan yang mulai hancur di belakang mereka. Saat mereka akhirnya mencapai pintu keluar, langit malam yang gelap menyambut mereka. Udara segar terasa begitu melegakan setelah mereka berada di dalam ruangan yang penuh dengan bahaya tadi.
Kazuma terjatuh ke tanah, napasnya terengah-engah. Sylvia segera berlutut di sampingnya. “Kau baik-baik saja?”
Kazuma tersenyum lemah. "Aku hidup. Itu sudah cukup."
Namun, di dalam pikirannya, ia tahu pertempuran ini baru saja dimulai. Pria berjubah itu mungkin selamat, dan Penjaga Keseimbangan tidak akan berhenti mengejar mereka. Tapi setidaknya, untuk malam ini, mereka berhasil lolos.
---
Bersambung...