menceritakan seorang gadis yang memiliki sifat ceria dan keluarga yang bahagia. seketika hilang dan sirna begitu saja setelah kepergian dari mamahnya. kasus misterius yang membuat mamahnya harus merengut nyawa secara tidak wajar. dan bernekad ingin mencari siapa dalang pembunuhan mamahnya yang misterius
"Mah". Panggilnya dengan suara bergetar
"Mamah,.... Mah bangun mah". Tangis Aerin mulai pecah dia langsung mengambil alih kepala mamahnya dan ditaruh diatas pangkuan nya
Baju seragam putih nya pun mulai berubah menjadi merah karna darah.
"Mah bangun... MAMAHH!!". Teriak histeris Aerin
Tubuhnya begitu gemetar saat melihat dengan dekat darah segar yang terus mengalir dari tangan dan dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bungapoppy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 09
...Selamat datang dicerita ku, mohon dukungan kalian. jangan lupa like,komen dan vote nya yah teman-teman. Selamat membaca😚...
"Rin kita pamit pulang dulu yah, udah malem". Pamit Dara
Aerin mengngguk. "Iya".
"Rin kapan² kita jalan² oke, dan itu sama nomor gua jangan lupa disimpen dari Claudia yang cantik". Senyum centil Claudia
"Dih, pede bener dasar ibu cengcorang". Cibir Elena
"Syirik aja lu siput sawah!"
"Lorang mau pulang apa mau ribut hah". Ucap Aldara yang sudah sampai didepan pintu
Keduanya menoleh dan kaget. "Eh Dar tungguin!" Teriak kompak dari mereka
"Rin pamit dulu yah, Babay". Seru Claudia menyusul Dara
"Bay Rin". Sahut Elena ikut menyusul
Aerin hanya menggeleng kepalanya dan tanpa disadari wajahnya terukir senyum.
*****
Ditempat yang jauh dari kampung, pencerahan yang minim dan 2 gadis yang terduduk lemas dengan keadaan yang sangat memprihatinkan
"Mba, kita harus bisa keluar dari sini". Ucapnya pada teman yang disebelah penjaranya
"Iya bener".
Srekkk...
Srekkk......
Suara tongkat besi yang bergesek dilantai.
"Sstt, pokoknya kalo kita mau aman jangan ngebantah ucapannya yah". Bisik nya
Dia hanya mengangguk yang sebenarnya hatinya ketakutan yang sangat hebat.
Seseorang bertopeng itu datang dan muncul dihadapan mereka.
Manusia bertopeng itu membuka salah satu kuncian penjaranya, membuat gadis yang ada didalam gemetar hebat. Takut akan apalagi yang akan disakiti olehnya.
Manusia bertopeng itu menepuk nepuk pelan pada luka kakinya yang sudah mengering menggunakan tongkat basbol yang selalu dia bawa.
Gadis itu meringis kesakitan, jangankan dipegang di biarkan saja ngenyutnya berasa.
"Aawwww". Jerit nya mengerang kesakitan saat luka itu ditekan sangat kuat hingga lukanya kembali basah
"Saya mohon jangan sakiti dia!". Teriak seseorang yang ada disampingnya.
Manusia bertopeng itu menoleh, dia berjalan perlahan menghampiri gadis satunya, membuat dia perlahan berusaha memundurkan tubuhnya namun nihil karna kaki dan tangannya diikat rantai jadi dia tidak bisa kemana-mana
"Ampun". Pintanya sambil menangis
Manusia topeng itu berjongkok dihadapannya terlihat dia mengukir senyum miring diwajahnya.
"Kenapa orang yang gua sayang harus suka sama elu!" Ucapnya menyeringai
Gadis itu membelalakkan matanya bingung. "Maksud kamu apa?" Tanya nya bingung
Manusia topeng itu memberikan Beberapa lembaran foto. Gadis itu menatap foto yang dilemparkan nya tadi.
Foto seorang lelaki yang keadaanya sangat buruk bahkan terlihat mulutnya yang sobek dan darah memenuhi wajahnya.
"Robi". Gumamnya kaget
" Bener. Cowok lu sekrang udah dialam baka, karna gua gak suka liat lu sama dia bahagia". Desisnya begitu mengerikan
"Sebenernya kamu siapa sih? Apa motif kamu ngelakuin ke aku selama 2 tahun lebih".
"Hahaha!" Tertawanya bahagia yang tiba-tiba
Plak!
Gadis itu menoleh saat kesamping saat dirinya berhasil mendapatkan tamparan yang begitu kuat.
"Satu yang gua mau dari elu! GUA! GAK SUKA LIAT ELO BAHAGIA!!" Sarkasnya menggema diseluruh ruangan
Dugh!
Suara tongkat besi mengenai tubuh seorang gadis hingga membuatnya pingsan. Manusia topeng itu berdiri dan menatap gadis yang sudah jatuh pingsan.
"Chika..." Desisnya begitu pelan dengan menggenggam kuat tongkat besi yang dipegangnya.
Dia melemparkan bungkusan plastik begitu saja ke masing-masing ruang.
"Makan! Jangan sampe gua bikin elu mati kelaperan!" Titahnya lalu kembali meninggalkan 2 gadis dengan sakit yang diderita masing masing.
*****
Satu Minggu sudah berlalu Aerin menjadi murid di SMA Lentera Bangsa namun belum ada yang bisa membuka hati Aerin, belum ada yang bisa mengeluarkan Aerin dari masa lalunya. Sampai sekarang Aerin masih belum percaya pada orang lain. Karna dia takut akan menerima sakit hati lagi, karna sekarang sudah tidak ada penolong hatinya.
Jika dulu dia disakiti oleh orang lain, Aerin pasti lari kepelukan mamah nya, bercerita bagaimana orang menyakitinya, bagaimana dia melawan orang yang mengejeknya, tapi sekarang sudah sangat berbeda
Hari ini adalah hari Minggu, yang dimana sekolah libur.
Semua begitu membosankan untuk Aerin. Dipagi hari Aerin sudah berdiri dibalkon kamarnya sambil menatapi langit dengan damai.
Itu semua sudah menjadi hal kebiasaan bagi Aerin. Bahkan beberapa kali ponselnya berdering pun dia enggan untuk melihatnya.
Tok tok
Aerin menoleh kearah pintu yang terus diketok oleh seseorang dari luar.
Dia melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu.
Ceklek!
Wajah nya seketika mengembang dia tersenyum lebar saat melihat siapa yang ada dibalik pintu.
"Mba". Seru Aerin senang
Dia langsung memeluk nya erat. Sangat senang saat tau siapa yang datang.
"Yaampun mba, Aerin kangen banget sama mba. Mba kenapa sih lama banget jengukin Aerin nya". Ucapnya
"Iya maaf. gimana kabar kamu?" Tanya Lusi melepaskan pelukannya.
"Baik mba, ayo mba masuk dulu". Aerin menarik tangan Lusi untuk masuk kedalam kamar
Mereka menghabiskan waktunya untuk mengobrol melepas rindu. Aerin yang henti-henti nya terus bercerita tentang dirinya selama dijakarta.
\*\*\*\*
"Gua rasa semenjak malam itu, Bara sama kawannya gak muncul lagi". Kata Alvin sambil mengunyah
"Tapi gua yakin kalo yang namanya si Bara itu gak bakal jera. Gua yakin mereka pasti lagi nyusun rencana". Sahut Aidan
"Udah lah gak usah pikirin, biar aja mereka mau apa lagi. Yang terpenting sekarang kita fokus aja lomba tanding basket sama sekolah nya, kan bentar lagi bukan?" Ucap Gavion menatap temannya
"Bener tuh, pokoknya kita jangan sampe terkecoh. Karna mereka gak bakal menangin lomba ini dengan cara jujur, pasti ada aja rencana mereka buat ngalahin kita". Timbal Gerry
Mereka yang sedang asik nongkrong di halaman belakang rumah Gavi sambil memakan cemilan.
Hari ini yang memang mereka tidak punya kegiatan penting atau melakukan hal sesuatu jadi mereka gunakan untuk mengobrol santai.
Tentunya hal yang paling menyenangkan jika nongkrong dirumah temannya yang sultan.
"Eh no, elu dari tadi diem aja ngomong atuh". Kata Alvin menoleh kearah Keano yang ada disampingnya.
Keano hanya melirik malas ke Alvin sambil mengunyah lalu membuang muka begitu saja.
"Wiihh anjir, gua dikacangi sama nih beruang kutub". Kesal Alvin
Semua temannya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Alvin.
"Permisi den". Ucap Lina salah satu maid dirumah Gavi
Gavi menoleh pada maid yang memanggil barusan.
"Iya ada apa?" Tanya Gavi
"Itu den didepan ada yang ngirim paket nyonya tapi bingkisan nya aneh den". Kata bi Lina
Garis wajah Gavi berkerut. "Aneh gimana bi?" Tanya heran Gavi
"Bungkusan itu tidak seperti pake den, justru lebih ke kertas kado". Seru bi Lina
"Loh emang mami kemana?"
"Barusan aja nyonya sama tuan pergi keluar katanya ada ada acara".
"Udah sana liat Gav". Ucap Aidan yang sedari tadi memperhatikan pembicaraan mereka
Gavi beranjak dari duduk nya dia mengikuti bi Lina yang menunjukan jalan.
Sesampainya diruang tamu dari kejauhan Gavi melihat sebuah kotak berukuran sedang terbungkus dengan kertas kado.
Memang aneh, jika ini paket dari belanja online tidak mungkin akan terbungkus seperti itu.
"Ini den paketnya". Bi Lina memberikan kotak tersebut pada Gavi
Setelah Gavi menerimanya bi Lina kembali kebelakang dan meninggalkan Gavi sendiri dengan kotak tersebut.
"Apa ini?" Gavi terus memutar mutar kotak tersebut menyeludup kotak tersebut
"Gak ada nama pengirim juga. Tapi nama sama alamat nya bener, mami pesen apaan". Dengan rasa penasaran Gavi membuka bungkusan tersebut.
Saat dibuka terlihat kosong dan hanya menemuka sebuah amplop putih didalamnya.
Semakin penasaran Gavi membuka isi amplop itu.
... Lama tidak berjumpa!!...
Begitulah isi tulisan singkat yang ada diamplop dan dibaca oleh Gavion.
Garis dahi Gavi berkerut tak mengerti maksud isi tulisan tersebut.
"Apa maksudnya?" Gavi bermonolog
Dia kembali meriksa kotak nya lagi takut ada yang tertinggal atau terselip, namun nihil kotak itu benar-benar kosong dan hanya ada amplop bertulisan singkat itu saja.
"Woy Gav!" Panggil Aidan yang mengejutkan Gavi
Gavi menoleh pada 4 temannya yang menghampiri.
"Paket apaan emangnya Gav?" Tanya Alvin
"Gak, cuman paket biasa". Bohong Gavi
Semua temanya percaya dan hanya mengangguk. "Oh ya Gav, keluar yuk bosen nih kita kemana gitu". Ajak Aidan
"Yok, bentar gua ambil jaket dulu dikamar". Gavi langsung berlari kelantai atas tempat dikamarnya
"CEPETAN KITA TUNGGU LUAR". Teriak Alvin menggema
****
Hari terus berlalu kini jam menunjukan pukul 12.00 siang. Dan sejak tadi Lusi terus antusias mendengarkan celotehan Aerin.
Bahkan Aerin yang sedang tiduran dengan kepalanya dipangku oleh Lusi sambil mengusap helaian rambut nya dengan lembut.
"Mba, mba gak bisa minep aja apa? Aerin kesepian mba, gak punya temen ngobrol, papah juga sekarang jangan banget pulang". Ucap Aerin
"Maaf sayang, tapi mba gak bisa karna kerjaan mba juga banyak, ini aja mba sengaja luangin waktu sebentar buat nemuin kamu". Aerin bangkit dari tidurnya mengubah posisinya menjadi duduk lalu menatap mata manik Lusi
Aerin menggulum bibirnya. "Yaudah deh yang penting mba udah kesini, dan jangan lupa sering² jenguk Aerin yah mba". Pinta Aerin melas
"Iya sayang, yaudah mba pamit pulang dulu yah".
Aerin mengantar Lusi sampai kedepan gerbang depan. Awalnya Aerin menawarkan untuk diantar oleh supir nya dan dia ikut tapi Lusi menolak karna dia sudah pesen taksi online.
Dan tak lama taksi yang pesan Lusi sampai.
"Mba hati-hati yah, dan jangan lupa mampir kesini lagi". Kata Aerin memeluk Lusi
"Iya sayang, inget pesen mba kamu harus semangat, Oke".
Aerin melepaskan pelukannya dan menatap Lusi dia mengangguk mantap dan yakin. "Oke mba".
Mobil yang ditumpangi Lusi sudah pergi. Aerin yang masih menatap sesekali menghela nafas berat.
Baru saja Aerin ingin memasuki rumah suara gerbang terbuka dan druman mobil mewah masuk kehalaman depan.
Pak Tama yang baru pulang setelah 1 Minggu lamanya disingapur.
"Papah udah pulang". Ucap Aerin yang menatap papahnya yang terlihat lesu
"Iya sayang". Jawabnya singkat
Tama hanya melewati Aerin begitu saja yang padahal Aerin mengulurkan tangannya untuk Salim.
Dengan perasaan kaget Aerin kembali menurunkan tangan nya.
"Tadi mba Lusi baru aja pulang pah". Ucap Aerin
"Oh yah". Singkat pak Tama
"Pah, kenapa sekarang papah sibuk sama kerjaan papah terus dan jarang merhatiin Aerin. Aerin baru kehilangan mamah pah sekarang masa iya Aerin harus kehilangan perhatian papah". Ucap Aerin tiba-tiba
"Cukup Aerin! papah gak mau ribut. Papah cape mau istirahat".
Aerin terdiam sambil menatapi papahnya yang menaiki tangga.
Bi Tuti yang melihat merasa kasihan. Dia menghampiri Aerin yang berdiam diri terpaku.
"Sabar yah non, mungkin tuan cape karna baru pulang". Kata bi Tuti menenangkan
Aerin kembali kekamarnya dengan perasaan kesal dan sedih menjadi. Melihat sang papah yang begitu keras sekarang padanya membuat dia sedikit merasa benci pada papahnya.
"Tenang Rin, sekarang elu mikirin aja gimana cara nya Elu bisa nyari dalang pembunuhan mamah".
Aerin terdiam ada sesuatu yang melintas difikirannya.
"Tapi gimana cara nya,gua gak ada bukti satupun". Aerin menjatuhkan tubuhnya kekasur empuk
"Aaakkkhhhh!" Teriaknya dibawah bantal
Dia melentangkan tangannya menatap langit-langit kamar bernuasa bernuasa putih coklat.
"Satupun gua gak punya bukti, atau apapun yang bisa dijadikan sebuah petunjuk, terus gimana gua bisa nyari". Aerin terus bermonolog.
Lambat Laun Aerin memejamkan matanya dan tertidur pulas.
*****
"Ehh stop gaes". Seru Aidan menyetopi teman-temannya saat berkendara
Masing-masing dari mereka memberhentikan motor mereka menjadi sejajar.
"Ada apa si Dan?" Tanya Gavion
"Tau nya". Sahut Alvin
"Tuh liat". Aidan menunjukan kearah lain menggunakan gerakan kepalanya.
Temannya semua menoleh pada apa yang tunjuk oleh Aidan.
"Loh itu bukannya Claudia sama temennya yah". Kata Alvin saat melihat 3 orang gadis tengah duduk didalam sebuah resto.
"Kita kan lagi gabut nih, gimana kita gabung aja sama mereka". Ajak Aidan
"Gimana Gav?" Tanya Aidan kepada Gavion untuk meminta usul
"Boleh juga". Terima Gavi dengan tersenyum.
"Gua gak ikut lah". Tolak Gerry membuat semua temannya menatap
"Kenapa? Takut karna ada Dara! Hah?" Goda Alvin
Gerry melirik tajam pada Alvin. "Udahlah Ger, jangan diambil hati, kita kan kesini buat seneng seneng". Kata Gavion sambil menepuk pundak Gerry
Dengan helaan nafas berat dia meng iyakan ajakan temennya. Dia bukannya gak mau atau malu karna dia pernah ditolak oleh Dara, cuman dia tidak hanya mau membuat Dara tidak nyaman dengan keberadaan nya.
Selesainya mereka memarkirkan motor mereka, lalu langsung memasuki kedalam resto.
Mereka menuju kearah 3 gadis yang sedang makan sambil tertawa bercanda.
"Halo, cewek-cewek". Seru Alvin
Claudia dan teman-temannya langsung menoleh dengan kaget.
"Ngapain Lo pada kesini?" Pekik Claudia
Tanpa mendapatkan izin mereka langsung menduduki diri mereka dikursi kosong dalam satu meja. Karna dalam satu meja berisi 6 kursi dan untuk sisanya mereka menarik kursi dari meja lain
"Ehh! Kalian ngapain sih!" Pekik Elena saat Aidan duduk disampingnya.
"Gabung yah kita, tenang aja kita gak bakal minta traktir kok". Ucap Alvin
Claudia dan Elena membuang mukanya malas. Sedangkan Dara hanya diam menatap mereka satu persatu.
"Kalian gak bisa apa nyari tempat sendiri gitu, gak disekolah gak dimana hobinya ngerusuhin aja". Kesal Claudia
"Cailah Clau, gakusah gitu, bentar lagi kita lulus loh nanti kalian gak bisa ketemu babang Alvin yang tamvan begini". Kata Alvin pede sambil mengibas rambutnya ala cowok
"Huueekkk". Claudia berlagak mual
"Heh! Yang ada gua liat muka Lo sepet tau gak!" Cetus Claudia
Lain dengan Claudia dan Alvin bertengkar dan tak lain pula dengan Elena dan Aidan.
"Ayang beb, kok diem aja sih". Goda Aidan menyenggol pundak Elena yang disampingnya.
Elena yang menatap lurus malas untuk meladeninya. "Siapa sih yang disamping gua ini". Ucap Elena tanpa Mau menoleh
"Samping lu itu dedemit, awas ntar digigit lagi". Ledek Gavi yang dari tadi merhatiin
Semua mendengar terkekeh.
"Weee kalian diem diem aja". Sahut Alvin yang menatap Dara dan Gerry
"Diem lu gak usah bacot!" Cetus Gerry membuat Alvin diem
"Haha, sukur". Ledek Claudia yang tertawa terbahak-bahak
"Eh Dar kok si Aerin gak ikut?" Tanya Gavi pada Dara
"Eh iyanya geh, wahh kalian jahat sih ngakunya aja temen tapi gak diajak keluar maen". Ucap Alvin
"Bukannya gak diajak tapi, waktu ditelpon gak diangkat² dan lu liat kan Aerin orang nya kaya Mana, ditakutin nya aja Aerin gak suka kalo dia dipaksa paksa". Jawab Dara
"Huuu, bukannya diajak". Melas Gavi dan langsung mengambil minuman yang sedang diminum oleh Claudia
"Heh curut! Melas sih melas tapi gak usah maen ambil minuman orang dong!" Kesal Claudia
"Yailah tinggal pesen lagi, gua yang bayar". Ucap santai Gavi
"Lagian Gav elu nanyain Aerin Mulu, elu suka sama Aerin?" Tanya Elena
"Kalo iya kenapa?" Celtuk Gavi
"Hehe, jangan dipercaya Gavion itu gak pernah yang namanya setia, paling cuman mau baperin sih Aerin doang kaya cewek² yang sebelumnya". Celetuk Alvin
Gavi melotot kearah Alvin dan menendang kakinya dari bawah meja. "Aww! Sakit gila!" Cetus Alvin
"Wwaah parah sih lu, awas aja yah kalo sampe llu nyakitin Aerin!" Ancam Claudia melotot kearah Gavi
"Gak lah, santai aja sama gua mah". Ucap Gavi
*****
...Thanks untuk para pembaca aku, see you next bab selanjutkan yah. Jangan lupa vote,like, dan komen yah, biar makin semangat Hehe😁...