"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Karuan
"Makasih mas udah anterin sampe rumah"
"Sama-sama, saya kerja dulu ya. Langsung istirahat aja, kamu pasti capek" imbuhnya bermakna pada kegiatan mereka tadi malam yang menghabiskan waktu sampai jam 1 dini hari.
"Iya. Mas juga istirahat kalau capek, jangan dipaksain" Keymira ikut menasihati sebab dia bisa membayangkan seperti apa lelahnya Ben yang harus bekerja padahal jam tidurnya juga terpangkas.
"Iya, nanti biar saya beli makan malam diluar jadi kamu enggak perlu masak hari ini"
"Gak usah mas aku juga cuma mau istirahat seBentar, masih kuat kok buat masak nanti"
"Bahan masakannya masih ada?"
Keymira terdiam mendengar pertanyaan Ben tersebut, dia baru ingat kalau sebelum pergi ke mansion Januartha Key sengaja mengosongkan isi kulkas.
"Aku lupa belum beli" cicitnya.
Ben terkekeh seraya mengusap kepala Keymira yang masih mematung.
"Besok saja kamu masaknya, malam ini kita makan diluar sambil beli belanjaan"
Key menimang-nimang tawaran Ben Derrick, bisa dibilang mereka jarang menghabiskan waktu diluar, mereka juga selalu pergi ke supermarket di hari minggu.
"Emang mas gak capek?"
Ben mengikis jarak hingga membuat wajah mereka begitu dekat, Key yang menoleh pun terlonjak melihat Ben yang sudah ada di depan wajahnya.
"Kamu khawatir sama saya?"
"E-emangnya kenapa?" Key jadi gugup karena jarak mereka yang membuatnya bisa merasakan hembusan nafas Ben Derrick yang membuatnya sesak sendiri.
"Bagaimana perasaan kamu pada saya saat ini?"
Key agak tidak fokus mencerna pertanyaan Ben Derrick yang satu ini, apa yang pria itu ingin tau darinya, Key menelisik raut muka sang suami, mencoba menangkap maksud dari pertanyaan Ben yang seBenarnya.
"Perasaan aku? Emm.... Biasa aja, aku gak lagi kesel sama mas, cuma kasian mas pasti capek habis pulang kerja harus anterin aku belanja" tutur Key sesuai apa yang masuk ke otaknya.
Ben Derrick langsung menjauhkan tubuhnya, sudah dia duga kalau Keymira tidak sejalan dengan apa yang Ben pikirkan. Tapi tak apa, mungkin memang Key belum sejauh itu untuk memikirkan soal perasaan satu sama lain, lagipun yang Ben liat Keymira masih sangat labil untuk menentukan perasaannya, hal itu Ben tangkap setiap Key meminta pisah darinya.
"Terimakasih atas perhatiannya, tapi kamu enggak perlu mencemaskan itu, saya sudah biasa bekerja sampai malam. Nanti sore saya hubungi lagi agar kamu siap-siap"
"Iya, mas. Hati-hati dijalan" Keymira pun turun dari mobil dan menunggu sampai mobil Ben Derrick berlalu dari sana barulah dia masuk ke dalam rumah.
***
Sesampainya di kantor Ben Derrick langsung disambut oleh beberapa pegawai yang berpapasan dengannya, Ben hanya mengangguk sebagai tanggapan.
Di lantai teratas gedung disitulah ruangan Ben Derrick berada, di depan ruangannya terdapat meja sekertaris, dan disampingnya terdapat ruangan asisten yang akan selalu dia panggil.
"Selamat pagi, pak" sapa sekertaris itu yang tak lain merupakan teman lama Ben Derrick semasa SMA, baru beberapa bulan bekerja menggantikan sekertaris yang dulu resign.
"Pagi juga Jen, gimana urusan kemarin? Sudah kamu handle?"
Jennie mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, tidak ada siapapun kecuali mereka, membuat Jennie kembali berbicara pada Ben.
"Duhh jangan terlalu formal dong, Ben. Gue jadi pingin ketawa kalau ngomong pake bahasa baku sama lo, lagian disini cuma ada kita doang" sambungnya lebih santai, Benar-Benar seperti bicara kepada teman dekat.
"Silahkan aja, gue emang udah biasa kayak gini kalau di kantor. Jadi gimana, gak ada masalah kan pas gue cuti setengah hari kemarin?"
"Gak kok, jadwal yang kemarin udah gue pindahin biar gak Bentrok. Bikin repot aja lu!" yang diakhiri dengan tatapan sinis dari wanita itu.
Ben menanggapi nya dengan santai, dia tidak mempermasalahkan sikap sekretarisnya ini, Jennie memang terkenal dengan mulutnya yang pedas, tapi dia pintar dalam berbagai hal.
"Bagus, maaf juga kemarin gue ngabarinnya mendadak"
"Mentang-mentang udah jadi bos ya lu"
"Kemarin gue Beneran gak bisa ninggalin istri gue di mansion utama, jadinya gue harus nemenin dia"
"Ya dehhh.... Si paling perhatian sama istri, tapi jangan lupa naikin gaji gue, capek tau jadi sekertaris lu" keluhnya yang mana dijawab lebih seram oleh Ben Derrick.
"Mau resign?"
"Serius amat lu! Bercanda kali, lagian bukan buat foya-foya gue, buat beli susu anak nihh, akhir bulan menipis duit gue" yang langsung dibantah oleh Jennie.
Wanita itu memang sudah memiliki seorang anak, tak aneh usianya sudah 30 tahun sama dengan Ben Derrick. Tapi sayang, masih terlalu muda untuk disebut janda diusianya itu.
"Udah gue tambahin dari dulu masih belum cukup juga?"
"Cukup sih... Tapi gak ada sisa buat gue self reward"
"Tunggu aja sampe anak lo gede"
Jennie mendengus sebal, di kembali duduk di kursi dan mulai membuka laptop kerja, mengacuhkan bos nya yang masih berdiri.
Ben Derrick menggelengkan kepala melihat kelakuan rekannya ini, dia pun masuk ke dalam ruangan yang sejak tadi tertunda.
Setelah duduk di kursi kerja Ben mengeluarkan handphone nya dari saku celana, dan ternyata sudah ada lima panggilan tak terjawab dari Keymira.
"Tumben, ada apa memangnya?" gumam Ben Derrick.
Khawatir terjadi apa-apa Ben menelpon balik sang istri yang untungnya langsung diangkat oleh wanita itu.
"Hallo mas, ada apa?"
Ben mengerutkan keningnya bingung, Key yang menelpon beberapa kali kini seakan tak terjadi apa-apa disaat Ben menelponnya balik.
"Saya yang harusnya ada apa, kamu telpon sampai lima kali, apa terjadi sesuatu disana?"
"Ohhh itu... Cuma mau mastiin kalau mas udah sampe, soalnya aku gak enak perasaan"
Ben diam-diam tersenyum senang, tingkat perhatian Keymira kepadanya meningkat beberapa persen, dan entah kenapa Ben berbungah mengetahui fakta itu.
"Maaf tadi ponselnya saya silent karena masih di mobil, sekarang udah sampai di kantor"
"Syukur deh kalau udah, tapi hati aku masih belum tenang. Kenapa ya?"
"Mungkin kamu kurang istirahat, kenapa belum tidur? Saya udah suruh dari tadi"
"Hmm... Gak bisa padahal udah baring di kasur"
Ben jadi ikut berpikir, namun ditengah obrolannya Jennie masuk tanpa mengetuk pintu memberitahu Ben kalau ada rapat dengan kepala divisi SDM.
"Awas jangan lama! Gue males basa-basi sama mereka"
"Iya, Bentar lagi gue kesana. Ini lagi nelpon dulu"
Setelah itu Jennie keluar dari ruangan menuju tempat rapat terlebih dahulu.
"Siapa mas?"
"Jennie"
"Hah? Siapa?"
"Ah, maksudnya sekertaris saya. Sudah dulu ya, saya ada rapat"
Keymira termenung beberapa detik, tanpa menunggu jawabannya Ben sudah mematikan telepon lebih dulu. Dan itu membuat perasaannya makin tak karuan.
jgn lama2 ya momm up nya
Jenny jadi berharap Zeroun sama kamu ya, sama2 single soalnya🤭
Masa sih kamu belum jatuh cinta kepada Ben?