Setelah terbangun dari mimpi buruk di mana ia dibunuh oleh pria yang diam-diam ia kagumi, Ellison, Queen merasa dunianya berubah selamanya.
Sejak hari itu, Queen memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam kehidupan Ellison. Dia berhenti mengejar cintanya, bahkan saat Ellison dikelilingi oleh gadis-gadis lain. Setiap kali bertemu Queen akan menghindar- rasa takutnya pada Ellison yang dingin dan kejam masih segar dalam ingatan.
Namun, segalanya berubah saat ketika keluarganya memaksa mereka. Kini, Queen harus menghadapi ketakutannya, hidup dalam bayang-bayang pria yang pernah menghancurkannya dalam mimpinya.
Bisakah Queen menemukan keberanian untuk melawan takdirnya? Mampukah dia membatalkan pertunangan ini atau takdir memiliki rencana lain untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
SMA Archer bukan sekedar nama, tetapi warisan besar dari kakek Ellison, Alvanzo, yang dikenal sebagai Archer di dunia bisnis.
Nama tersebut telah menjadi legenda dan melambangkan kekuasaan. Kini, meskipun Alvanzo telah tiada, warisan itu dipegang erat oleh Ellison, cucu yang paling disayangi.
Segala harapan dan keinginan Alvanzo tampaknya terpatri dalam jiwa Ellison. Di sisi lain,Richard, anak tunggal Alvanzo, memilih untuk hidup mandiri dengan kekayaan yang ia kumpulkan sendiri—sebuah nilai yang diajarkan oleh Alvanzo yang juga dikenal sebagai mafia kejam pada zamannya.
Sekarang, beban berat mengelola SMA Ellison jatuh pada bahu Ellison. Bersama keempat sahabatnya, dia mengemban tugas itu. Meski masih muda, Ellison berhasil membuat SMA ini menjadi yang terfavorit dan paling diminati.
Di ruangan itu, suasana serius menyelimuti anggota inti the devil. Hanya beberapa yang diperbolehkan masuk, dengan persetujuan ketat dari ketua yang dikenal tak mudah untuk didekati.
Setiap orang tenggelam dalam tugas mereka sendiri. Sang ketua dan Geo sibuk mengatur berkas sekolah di sudut, sementara Sean dan Dion terlibat dalam permainan catur yang intens.
Di sisi lain ruangan, Gio, yang terkenal sebagai playboy, terpaku pada layar ponselnya, jari-jarinya lincah bergerak mengikuti ritme game online.
Tiba-tiba, sebuah umpatan terdengar, "Oh shit..." keluar dari mulutnya. Wajahnya menunjukkan kekalahan yang baru saja dia alami dalam game itu.
"Game sialan," katanya sambil melemparkan ponselnya ke atas sofa terdekat dengan frustrasi yang mendalam.
Sean hanya bisa melihat dengan tatapan heran sambil menggelengkan kepala, takjub dengan kebiasaan Gio yang selalu mengeluarkan umpatan ketika kalah.
Pada saat itu juga, Gio teringat akan sesuatu penting. Matanya tertangkap oleh sosok Ellison yang sibuk.
"Bos," panggil Gio, mencoba mendapatkan perhatian.
"Hm," jawab Ellison singkat, tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaan yang sedang dihadapinya.
Gio mendekat, suaranya lebih rendah, "Kemarin gue dan Sean memergoki Alexi bicara sama Vale."
"emangnya kenapa?" tanya Ellison.
"Ada yang aneh sama mereka, gue takut mereka kerja sama buat bully Rhea," katanya lagi.
Ellison menghentikan gerak tangannya menatap tajam Gio, "kalo emang mereka merencanakan sesuatu kepada Rhea,kita akan bertindak. Bullying di sekolah ini di larang keras," kata Ellison tegas.
"Gue harap juga gitu, tapi melihat raut wajah Vale, dia enggak berminat sama sekali,malah dia tampak enggak suka sama Alexi dan gengnya," kata Sean memberi pendapat.
Ellison tersenyum misterius, "kita liat apa yang akan di lakukan gadis licik itu,"
Suara handphone Ellison mengalihkan pandangan semua orang yang berada disana ke atas meja. Ellison segera menggeser tombol hijau berkata," Yes mom"
"Kamu masih disekolah, sayang?"
"Masih mom"
"Kamu bisa ajak Vale kesini?Mommy pengen ketemu sama calon mantu"
Ellison terdiam sejenak dengan memasang wajah datarnya. Dengan malas dia menjawab," Mom... Suruh pak Bandi aja suruh jemput, aku lagi sibuk,"
" Mommy kan ingin kamu yang jemput Vale,"
" Mom..."
"Mommy enggak mau tahu,adek harus bawa Vale kesini "
Jika anggota keluarga sudah memanggil Ellison dengan embel-embel adek, mau tidak mau suka tidak suka Ellison harus menuruti mereka.Bagaimanapun Ellison anak bungsu keluarga Alvanzo.
"Ok, Ell bakal jembut Vale," Jawab Azgara pasrah.
" Gitu dong, sekaligus kamu pulang Kita makan malam bersama, sudah lama kamu enggak pulang sayang," Kata mommy soya sendu.Soya merasa sedih anak bungsunya ini jarang sekali pulang kerumah dia lebih suka tinggal di apartemen nya. Mungkin sebuah kejadian di masa lalu membuat Ellison menjadi jauh dari keluarga.
" Iya mommy, nanti Ell pikir,"
Setelah berkata seperti itu, Ellison langsung meletakkan kembali ponsel ke atas meja. Sang sahabat dari tadi mendengar percakapan anak dan ibu, menyimpulkan bahwa Ellison tidak suka.
"Mungkin mommy ingin lo lebih dekat dengan Vale, Lison,"kata Sean.
Ellison hanya menghela nafas frustasi lalu tersenyum kecut berkata,"Gue akan berusaha dekat dengan dia, enggak lebih sebagai kakak kembar dari gadis gue,"
***
Queen berdiri dengan kesal di tepi jalan, menatap jam tangannya berkali-kali. Angin sore yang sejuk berhembus, namun tidak cukup untuk menenangkan kegelisahannya.
"Rena, mana sih? Enggak biasanya telat jemput aku," gumamnya sambil terus mengutak-atik ponselnya, mencoba menghubungi Renata, pengasuhnya, yang tak kunjung menjawab.
Tiba-tiba, suara mesin motor yang menggelegar memecah kesunyiannya. Sebuah motor sport berhenti tepat di depannya, debu berterbangan sedikit menerpa wajahnya.
Mata Queen membulat ketika melihat Ellison yang duduk dengan santainya di atas motor. Jantung Queen berdegup kencang, teringat akan mimpi buruk beberapa malam yang lalu di mana Ellison menyiksanya.
Ellison melemparkan senyum miring ke arahnya. "Naik," katanya dengan suara datar, seolah tidak menyadari ketakutan yang melanda Queen.
Queen menggenggam tali tasnya, tangannya gemetar. "Enggak mau," tolaknya dengan suara yang sedikit terbata.
Matanya yang sembab menatap Ellison dengan ketakutan yang mendalam, sambil perlahan mundur beberapa langkah. "enggak sok jual mahal deh lo, gue di suruh mommy jemput lo," ujar Ellison, matanya tidak berkedip.
Queen menggeleng keras, "Aku... aku tunggu Renata saja." Kata-kata itu keluar sambil terbata, nyaris tidak terdengar.
"Renata sudah gue suruh pulang," ujar Ellison datar. Melihat Queen masih tidak merespon dia berdecak kesal menarik tangan Queen supaya naik cepat ke motornya,dia banyak pekerjaan yang harus di lakukan.
"ck, naik bodoh. Mommy pengen ketemu sama lo!" bentak Ellison.
Queen merasa jantungnya berdegup kencang saat ia menghempaskan tangan Ellison yang mencoba mendekatinya. Cahaya mata gadis itu penuh dengan ketakutan, dan tanpa sadar ia terus mundur hingga tubuhnya tersandung ke dada bidang seseorang.
Dia berbalik dengan terkejut dan menatap Geo, Sean, dan Gio yang berdiri tepat di belakangnya. Rasa takut semakin menguasai dirinya, hingga dengan mata yang membesar dan suara yang histeris ia berteriak, "Jangan bunuh aku!"
Geo, Sean, dan Gio saling pandang dengan ekspresi bingung. Mereka sama sekali tidak mengerti mengapa Queen bisa sebegitu takut kepada mereka.
"Lo kenapa?" tanya Gio dengan nada yang penuh kekhawatiran.
Queen, yang masih terguncang, tidak menjawab pertanyaan itu. Tangan gadis itu gemetar hebat saat ia merogoh ponsel dari saku celananya dan dengan susah payah menekan tombol untuk menghubungi ayahnya.
Napasnya tersengal, dan wajahnya pucat pasi, memperlihatkan betapa teror yang ia rasakan begitu mendalam. Gio mendekati Queen dengan hati-hati, mencoba menenangkannya, tetapi setiap langkahnya hanya membuat Queen semakin ketakutan.
"Ayah, tolong jemput aku," pinta Queen saat panggilan di angkat oleh Mario.
"kenapa nak?ayah lagi di kantor meeting,"
"Ayah, jemput aku ayah. Rena udah pulang duluan, aku takut!" isak tangis Queen membuat beberapa laki-laki yang melihat itu semakin bingung dan penasaran.
"kalo ayah enggak bisa jemput aku,suruh pak johan aja ayah," Queen berusaha tenang di ujung jauh dari jangkauan Ellison, Geo, Gio dan Sean.
"baik, ayah akan menjemputmu,"
Queen menyimpan kembali ponselnya dan menatap takut ke arah empat cowok di sampingnya. "Kak Ell, aku berangkat sama ayah aja," cicit Queen menghindari kontak mata dengan Ellison.
"terserah!" ketus Ellison kembali naik ke motor, walaupun pikirannya tentang gadis yang masih takut melihat mereka. Ellison juga penasaran kenapa gadis itu begitu takut kepadanya.
seru cerita nya🙏
GK jd mewek UIN🤭
ko ada aja yg GK suka