Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya?, ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu s/d Jumat pukul 20.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_04]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nikah Muda atau Ta'Aruf?
Setelah meminta izin kepada Mbah Dahlan, Dila ingin pergi ke kamarnya. Namun sebelum beranjak dari depan pintu kamar ini, terlihat sang ibu berada di dapur sedang memasak untuk mereka hari ini. Terlintas dipikiran Dila untuk sekali kali menjahili sang ibu dan dengan cara mengendap endap seperti maling lalu mengejutkan Bu Mira yang fokus dengan kegiatannya. Dan boom, ibunya kaget kemudian. Itulah rencana dalam pikirannya.
"Mau apa kamu nduk, mengendap-endap seperti itu?"tanya Bu Mira dengan segala keseriusan menerka putri sulungnya menginginkan apa padanya.
Deg..
Dila memberengut kecewa sebab ketahuan sebelum benar benar bereaksi menjalankan apa yang di dalam pikirannya. Apakah sang ibu mempunyai seribu mata, sehingga dapat bisa melihat segala arah, pikirnya.
"Kok bisa tau sih Bu, perasaan Dila sendiri ndak kasih tau lho"kecewa Dila yang menyandarkan dirinya di lemari sebelah ibunya. Netranya terus memperhatikan Bu Mira mengolah makanan.
"Tentu saja tau dong. Kan kamu anak Ibu"balas Bu Mira dengan sesingkat-singkatnya. Dila hanya menghela napasnya pasrah namun mengerti apa yang dibicarakan olehnya.
"Oiya kamu gak kepikiran nikah muda atau ta'aruf gitu Nduk? Anaknya pak ustadz didusun sebelah lagi nyari calon istri. Ganteng dan baik pula cah bagus itu"terang Bu Mira yang menaikkan kedua alisnya disertai senyuman meledek putri sulungnya.
Dila yang termenung memperhatikan gerakan tangan ibunya, ketika mendengar ucapan tersebut sontak membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sang ibu.
"Nikah muda?? Ta'aruf"pikir Dila sekilas meringis. Ayolah dia baru saja ingin mencapai cita citanya. Di usianya saat ini, mental dan kesiapan menikah belum ada sama sekali.
"Ibu apa sih. Kok jadi bahas itu, Ila gak mau nikah muda Ibuu. Cita cita dan impian saja belum tercapai. Nanti jika sudah tercapai, baru deh berpikir mengenai menikah. Lagipula menikah itu bukan masalah sepele Buu. Harus dipikirkan matang matang"balas Dila yang tentu saja menolak menikah muda. Dirinya menundukkan kepalanya serta memainkan kerudung instannya. Bu Mira hanya bisa terkekeh kecil menerima respon Dila berhastag #menolakmenikahmuda
"Baiklah. Ibu kan cuma bertanya denganmu. Belajarlah dulu karena seorang ibu adalah guru untuk anak anaknya dirumah. Bagaimana jika sudah selesai kuliah, kamu mau minta apa sama ibu dan ayah?"tanya Bu Mira dan Dila pun mulai memikirkan tawaran bagus dari ibunya.
"Ehmm, apa ya?"gumam Dila yang berpikir keras ingin meminta apa.
"Rekomendasi kandidat calon suami yang sesuai kriteria buu, pasti Mbak ingin itu"canda Dayu yang entah muncul dari mana dengan berbicara asal omongan tanpa pikiran.
"Rekomendasi kandidat calon suami!??"pekik Dila tidak percaya mendengar perkataan tersebut.
"Iya dong, kalau udah lulus mau ngapain lagi? Sambil menunggu cita cita tercapai, ya mending kasih Dayu kakak ipar"balas Dayu yang mengambil gorengan tahu di baskom lalu mencocolnya dengan sambal dan mencicipinya.
"Kakak ipar apanya? Kamu tuh yang pengen nikah muda"sahut Dila yang masih memperhatikan adiknya memakan tahu dengan santai.
"Aku? Oh tentu tidak Mbak. Aku masih SMA dan belum lulus loh. Mending Mbak aja, nanti kan enak Mbak ditemani sama suami dan biar gak galak lagi"ucap Dayu yang telah menelan tahunya ke dalam perut.
"Suami apa pawang? Enggak enggak, Mbak gak mauu nikah muda"ucap Dila yang menggelengkan kepalanya.
Sedangkan Bu Mira ditemani Ayah Ahmad mendengar segala ocehan dua putrinya. Beliau berdua memakan tahu dicocol sambel dan asik menyaksikan dengan baik. Sesekali mengulum senyum akibat interaksi keduanya.
"Ihh, katanya enak tahu nikah muda. Dayu pengen jadi aunty muda Mbak. Atau jangan jangan Mbak gak mau sama anaknya pak ustadz dusun sebelah tapi maunya sama ustadz Alfi yaa"terka Dayu semakin menjadi jadi dan mulai ancang-ancang ingin berlari.
"Apa sih? Enggak pokoknya enggak mauu. Mau anaknya pak ustadz dusun sebelah, anaknya pak lurah, anaknya pak gubernur, anaknya pak presiden sekalipun ustadz Alfi aku tidak mau. Aku gak mau nikah mudaa"tolak Dila yang ingin sekali mencuci otak si limited edition ini.
“Aaah masaaa sih"goda Dayu yang berlari saat Dila hampir memegang tangannya.
"Haii, sini kamuuu. Mbak buat hidung pesekmu itu jadi semakin pesek"kesal Dila ikut mengejar Dayu keluar rumah bahkan sampai ke kebun milik keluarga yang letaknya hampir ke pegunungan daerah tersebut.
"Memang benar kata ayah, putri kita sudah dewasa tapi masih kekanak-kanakan Dek"senyum Ayah Ahmad yang diikuti oleh Bu Mira.
"Biarlah mereka menikmati kebersamaan sebelum urusan masing masing memenggal kebersamaan mereka. Walaupun mereka berdebat terus, tapi di hatinya tentu saja saling menyayangi satu sama lain. Soal perkataan ayah kemarin, apakah kita harus memberitahu Dila saat ini? Secara putri sulung kita bereaksi seperti itu Mas"jelas Bu Mira membuat Ayah Ahmad juga bingung.
"Ah, mengenai perjodohan itu yaa. Mas juga tidak tahu caranya menyampaikan perihal itu. Sedangkan, masih ada keraguan tertentu untuk mas menerimanya"serius Ayah Ahmad diangguki oleh Bu Mira.
"Kenapa meragukan perjodohan itu Ahmad?"suara Mbah Dahlan memecah pemikiran kedua pasutri tersebut.
"Aku tidak bisa menyetujui apapun tentang perjodohan itu, Ayah. Lihat reaksi Dila tadi, bagaimana caranya aku memberitahukan hal itu kepadanya"bingung Ayah Ahmad membuat keterdiaman di antara mereka bertiga.
"Baiklah, tidak apa apa jika ada keraguan di hatimu. Tapi ayah akan mencoba membicarakan hal ini dengan sahabat ayah. Kakek mana yang memilih menjerumuskan cucunya ke orang yang salah? tidak mungkin. Ayah sudah mempertimbangkannya sangat baik. Ayah ingin yang terbaik mengenai pasangan Dila"jelas Mbah Dahlan berjalan masuk kembali kedalam kamarnya. Ayah Ahmad dan Bu Mira saling menukar pandangannya.
▪️▪️▪️▪️▪️
Setelah puas kejar kejaran, waktu siang menyambut Dila untuk pulang mengistirahatkan diri. Dayu walaupun kelelahan juga tetapi larinya sungguh mengimbangi ketahanan Dila. Akhirnya mereka akur tanpa alasan dan melupakan perihal sebab akibat mereka kejar kejaran. Aneh tapi itulah kenyataannya perdebatan kakak beradik.
Sehabis Sholat Dzuhur dilaksanakan, keluarga ini makan siang bersama. Sederhana, lesehan di tikar bersama keluarga menikmati makan siang sungguh itulah yang selalu dirindukan siapa saja. Apalagi suasana perkampungan begitu nyata di sekeliling membuat acara makan bersama ini sangat terasa indah.
Dila membantu Bu Mira untuk mencuci piring di dapur sedangkan Dayu membersihkan tikar bersama Ayah Ahmad. Sedangkan Mbah Dahlan keluar rumah sebentar memberikan makanan kepada ayam jagonya. Tidak lama terdengar suara dering ponsel dari kamar Dila yang tentu saja terdengar sampai ruang tamu.
"Ilaa, ponselmu bunyi dikamar Nduk"panggil Ayah Ahmad membuat
"Iya Ayah"sahut Dila segera bergegas ke dalam kamarnya.
Sesampainya di dalam kamar, Dila mengambil ponselnya yang berdering dengan nama "Kak Umay" tertera di layarnya. Dirinya pun mulai menekan tombol ponsel hijau dan kemudian terhubung
Kak umay calling
Umay : Assalamualaikum dek?
Dila : Waalaikumsalam kak, ada apa?
Umay : Apakah kamu sudah sampai di sana??
Dila : Sudah Alhamdulillah kak. Maaf belum sempat pegang ponsel sedari tadi pagi
Umay : Alhamdulillah kalau sudah sampai, iya tidak apa apa (terdengar suara bisik kendaraan dan suara seseorang
Dila : Sekarang kak Umay lagi dimana? Terdengar berisik
Umay : Oh ini lagi di jalan pulang bersama Azzam. Maklum Azzam lagi nyetir ngoceh mulu haha ("Terusin bang"sungut Azzam).
Umay sedang di mobil dengan segala ocehan milik azzam ini yang tak henti henti kesal berlevel levelnya dikarenakan satu titik letak tausiyah untuk ustadz Alfi yang tidak deal. Mereka membatalkannya secara sepihak dengan alasan tidak jadi diselenggarakan. Padahal merekalah yang mengajukan proposal ke Ustadz Alfi melalui email.
Dila : Oh begitu ya, hehe. Kak besok aku dari sini berangkat ke Jakarta lagi. Kak Umay bisa menjemputku?
Umay : Baiklah. Tetapi, kamu gak nginep dulu beberapa hari gitu dek?? Kakung mungkin masih kangen sama kamu
Dila : Gak kak, waktunya sudah mepet. Aku belum mempersiapkan perpindahan ke Jogja
Umay : Oke kalo begitu. Yasudah wassalamualaikum dek
Dila : Waalaikumsalam kak
Berakhirlah telpon dari Umay, Dila memutuskan untuk membereskan barang barang bawaan yang akan dibawa ke Jogja dan itu juga dibawanya terlebih dahulu ke Jakarta. Besok dirinya berniat ingin membelikan Umay oleh oleh khas dari daerahnya. Selagi membereskan, ternyata Mbah Dahlan izin masuk kedalam kamarnya.
"Nduk, boleh Kakung masuk?"Izin Mbah Dahlan didepan pintu yang terbuka namun dibatasi gorden panjang sehingga tertutup seluruhnya.
"Boleh, silahkan Kakung"sahut Dila.
Gorden panjang terbuka memperlihatkan sosok tinggi Mbah Dahlan yang membawa sesuatu di tangannya. Dila yang duduk di ranjang menoleh dengan tersenyum melihat Mbah kakungnya duduk berhadapan dengannya.
"Ada sesuatu yang ingin kakung katakan"ucap Mbah Dahlan membuat Dila setia mendengarkannya.
"Ila, ini adalah kotak penyimpanan yang harus kamu terima. Kotak ini berisi kunci rumah di Jogja beserta alamatnya, kakung harap kamu tinggal di rumah peninggalan almarhumah mbah putrimu. Selain itu, ada hadiah untukmu dan bukalah jika sudah sampai di Jakarta nanti. Hanya inilah yang bisa kakung berikan untukmu. Tolong dipergunakan dengan baik selama kamu berkuliah nanti"jelas Mbah Dahlan.
"Matur nuwun Kakung, aku akan menggunakannya dengan baik"balas Dila menerima kotak penyimpanan berwarna cokelat berukir bunga di sudut sudutnya. Terbuat dari kayu jati yang kualitasnya sangat bagus. Sejak kapan kakungnya punya kotak ini, pikirnya.
Bersambung...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/