Raika, telah lama hidup dalam kesendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksanya untuk bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah; sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.
Cerita ini mengisahkan: Perjalanan Raika bertahan hidup di kehancuran dunia dengan malam yang tak kunjung selesai. Setelah bertemu seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, yang telah ada selama ratusan tahun.
Menjanjikan: Sebuah novel penuhi aksi, perbedaan status, hukum rimba, ketidak adilan, dan pasca-apocalipse.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Runtuh menjadi abu.
Di dalam reruntuhan gedung, banyak peserta yang berdiskusi di sekitarku. Aku berjalan menuju salah satu ruangan dan menghadap pria berjubah itu; informasi yang kudapat ia bernama Seiji jumlah membunuh kosong, pengguna Beasthearts sarung tinju.
Saat aku mendekatinya, ia hanya menatapku dengan kedua tangan menopang dagu di atas meja besi berkarat, sementara dua orang berdiri di sampingnya.
"Aku akan memberikan informasi sesuai perjanjian kita." menarik napas dalam-dalam, bersiap untuk memberitahu.
"Pertama, Ougly memiliki luka fatal pada bagian lehernya.
Kedua, ia agresif dan memiliki penglihatan yang buruk.
Ketiga, saat ia menekan Fury modenya dia tidak dapat bergerak dengan bebas ...."
Orang di samping kiri Seiji tertawa terbahak-bahak. "Lihat Seiji sudah kubilang bocah itu tidak dapat diandalkan, apa kau akan mempercayai-nya?"
'Tenangkan dirimu Raika.` batin.
Seiji menatapku tajam, sorot matanya seolah menguliti setiap kata yang keluar dari mulutku.
"Dari mana kau tau informasi tersebut?"
"Aku pernah berhadapan dengannya secara langsung," jawabku.
"Apa kau yakin? Ingat yah, kami tidak mudah untuk ditipu olehmu, apa lagi dir-," ucapan lelaki di sisi kanan disela oleh tangan Seiji.
"Apa kau bisa menjelaskan semua yang kau ucapkan."
"Baik ... dari jumlah yang bisa kita lihat pada gelang; Ougly telah membunuh 6780 peserta, dan juga, setiap tempat yang menjadi lokasi bertarungnya, kita bisa menduga kerusakan yang di hasilkan seperti apa.
Seseorang yang akan menekan Fury mode. membutuhkan waktu untuk sampai pada batasnya; Ougly memiliki 4 Arcis dari ke-4 full set armor yang ia miliki. Kita tau itu akan memberikan waktu jauh lebih lama dari pada orang yang memiliki 1 Beasthearts. Namun ...
Ougly memiliki luka fatal yang membuat penglihatannya menjadi buruk ketika penekanannya selesai. Aku yakin, luka itu adalah
Veabes Alpha."
"Hah! Kau pasti bercanda, kan? Jika dia memiliki penyakit itu seharus-nya dia sudah mengalami kelumpuhan atau mati," bentak orang di sebelah kiri.
"Tidak. Apa kau lupa Ougly memiliki full set armor tingkat 4, energi Oaris dari ke 4 Arcis tersebut-lah yang membuat ia mampu untuk bergerak, seperti energi dari 1 Arcis tingkat 5."
Ruangan terasa hening, hanya terdengar detak jantungku yang menggema di telinga.
Pria itu menatapku dalam diam, seakan menimbang-nimbang.
Tidak lama setelah itu, mendadak, ia tertawa kecil; tawa itu perlahan berubah menjadi tawa keras, yang tak sesuai dengan penampilannya.
"Menarik! Veabes Alpha yah ... Aku tidak menyangka kau memiliki kelemahan itu, Ougly!" Pria itu berdiri dengan semangat.
"Baik, kau boleh bergabung dengan kami. Lakukan sesukamu," ucapnya sebelum beranjak pergi bersama dua orang lainnya.
Kedua orang di sebelah Seiji memperhatikan-ku dengan tatapan yang terasa mencurigakan.
Bernafas lega. 'Untunglah tidak memerlukan waktu lama. Namun, apa yang akan mereka rencanakan?`
Aku keluar dan berjalan menuju Yuya, Mio, dan Yuto, yang sedang beristirahat di luar bangunan.
"Raika, apa kau tidak apa-apa?" tanya Yuya dengan sedikit cemas.
Mengangguk.
"Tunggu, Raika, kau tahu dari mana informasi tentang Ougly?" tanya Mio.
"Aku mengamatinya saat memantau dari atas bangunan waktu itu. Kebetulan, aku melihat beberapa hal kecil yang ia sembunyikan," jawabku dengan tenang.
Mio mengangguk pelan, meski masih terlihat bingung. "Begitu, ya."
"Yuya, sebaiknya kita mengikuti kelompok ini. Aku rasa, kita akan jauh lebih aman," saranku.
"Yah, aku setuju," tambah Yuto.
"Baiklah, untuk saat ini kita mengikuti mereka, tapi kita harus tetap berhati-hati."
Dari dalam gedung, terdengar suara gaduh. Kami segera bergegas ke sana. Ketika sampai, pria berjubah itu, berdiri di lantai dua bersama puluhan orang lainnya.
Salah satu rekannya berteriak. "Sejak kompetisi tahun lalu! Kita bagaikan lalat yang diabaikan oleh mereka yang memiliki kekuatan jauh dari kita ...
Ougly! Adalah si nomor satu dari yang ke satu. Rekan kita dibunuh olehnya, dan dia mendapatkan kenyamanan atas perlakuannya itu. Sekarang! Kita tenggelamkan nama Ougly dan membalaskan rasa sakit yang kita alami!"
HUAAAAA!
HAPUSKAN OUGLY!
JANGAN BIARKAN DIA HIDUP!
Teriak mereka di lantai bawah.
Aku tahu ini hanya omong kosong. Dugaanku, mereka semua saling memanfaatkan untuk mengurangi jumlah peserta. Jika diperhatikan dengan baik, Seiji masih belum membunuh seseorang. Kemungkinan ini adalah rencananya sejak awal dalam membentuk kelompok ini.
Lebih baik aku berhati-hati terhadapnya.
***
Tiga hari telah berlalu sejak dimulainya kompetisi.
Kami berempat mengikuti kelompok Seiji untuk menghindari pertarungan yang berisiko, hingga tersisa 2101 peserta..
Setelah bergerak cukup lama, kami tiba di tengah kota yang terbakar di mana-mana. Dari atas bangunan, aku, Yuya, Mio, dan Yuto, melihat sosok Ougly yang baru saja membantai peserta lain.
Kelompok Seiji bersembunyi di setiap sudut, bersiap untuk melakukan serangan dadakan.
Seiji mendekati Ougly bersama tiga rekannya, ia membawa Beasthearts sarung tinju dengan Arcis tingkat 4.
"Ougly, sudah lama kita tidak bertemu. Apakah kau hidup dengan nyaman selama ini?" sapa Seiji dengan suara lancang.
"Hoo, siapakah ini," Ougly berbalik. "Ternyata badut biru masih hidup, hahaha. Dasar sampah, kau ingin menyerahkan nyawamu, ya?" cibir Ougly sambil tersenyum dengan gigi-giginya yang mengerikan.
"Yahh, kurasa sekarang," Seiji mengangkat tangan, menjentikkan jari. "Kau yang akan mati."
Semua anggota kelompok Seiji bergerak serentak dengan Beasthearts menyala.
"Lebih baik kita tidak ikut campur dalam pertarungan ini," saran Yuya.
"Aku tahu sekarang. Ougly, ya. Dia adalah sang juara Deadmatch dari tahun ke tahun, tidak aneh kalau dia sekuat itu," ujar Mio.
"Aku juga sempat mengira itu bukan dia, tapi sekarang aku paham," tambah Yuto.
"Yuya, Mio, Yuto. Sebaiknya kita bersiap untuk yang terburuk," tegasku.
Serangan bertubi-tubi menghujani Ougly, dan sebuah gedung dijatuhkan tepat di atasnya. Namun, Ougly tetap berdiri dalam Fury mode.
Mereka tidak berhenti di situ—serangan api, listrik, belahan tanah, gas beracun diarahkan padanya, tetapi semua berhasil ia tahan.
Dengan brutal, Ougly membalas serangan secara membabi-buta; membunuh mereka dalam sekejap.
"Dasar serangga! Beraninya kalian mengeroyokku, matilah!" teriak Ougly.
Tanpa disadari Ougly, Seiji sudah berada di belakangnya, memukul lehernya dengan kuat. Pelindung besi Ougly terlepas dan terlempar jauh. Ougly berusaha meraihnya, tetapi terlambat—seorang wanita dari kelompok Seiji bergerak cepat mengambilnya.
"Bajingan!" Ougly menghentakkan pedangnya ke arah wanita itu, namun wanita tersebut berhasil lolos dibantu rekannya.
Ougly terdiam, melindungi luka di lehernya yang ada kristal hitam dengan tangan.
"Ada apa? Apakah Ougly si pembantai sudah memiliki kelemahan?" sindir Seiji.
Wajah Ougly merah padam. "Brengsek!" ia menyerang kembali secara membabi buta, tetapi sekarang Ougly rentan terhadap serangan. Mereka yang selamat menyerangnya dengan cepat hingga berhasil membuatnya berlutut di hadapan Seiji.
"Hahaha! Apa-apan ini, apakah ini sebuah lelucon? Sang Raja telah berlutut, hahahaha."
Aku melihatnya memalingkan padangan ke arah tempat kami bersembunyi.
"Kau! ... bajin—" kepalanya terpenggal oleh Seiji sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya.
Seiji menggenggam kepala Ougly. "Kau lihat itu, Ougly. Aku tidak akan pernah menyerah, dan akan membalaskan dendam adikku. Apakah kau bisa tunjukkan senyummu waktu itu?" Seiji meludahi muka Ougly sebelum membuangnya.
Tubuh kekarnya berubah menjadi abu; seperti Wanters, akibat Veabes Alpha yang ia derita.
°
°
°
Sudah berakhir. Kejadian ini adalah hal yang wajar di dunia ini—yang kuat berkuasa, dan yang lemah tertindas. Crusemark atau Eldritch, adalah manusia yang sama dengan masalah yang tak ada akhirnya.
'Apakah mereka senang di sana melihat kami saling membunuh?' Menatap ke arah drone yang melayang di atas langit.
Aku mengusap keringat di dahi dan kembali mengikuti kelompok Seiji yang kini hanya tersisa 30 dari 253 orang. Kami berempat masih tidak membunuh peserta lain—sesuatu yang terasa berat bagi kami.
Meskipun kompetisi ini berdarah, pemenang akan ditentukan berdasarkan siapa yang pertama mendapatkan medalions. Bukan siapa yang paling banyak membunuh peserta. Namun, bagi mereka yang telah membunuh banyak, akan mendapatkan gelar dan hadiah yang dilipatgandakan sesuai angka yang diperoleh.
***
1 hari berlalu, kami masih berada dalam kelompok yang kini berkurang menjadi 21 orang. Total peserta yang tersisa hanya 412 lagi.
Kami beristirahat di salah satu reruntuhan, bersiap untuk babak final. Ketegangan terasa di udara—semua saling waspada satu sama lain, termasuk Seiji. Aku merasa selalu diawasi oleh rekannya setiap kali aku membantu yang lain.
Menarik napas, mencoba untuk menenangkan diri.
End bab 9
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.