Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Sepanjang hari Arumi terus kepikiran dengan suara wanita dalam panggilan Ibrahim, dan bercak merah di kemeja putihnya. Saat Arumi terus memikirkannya, ia merasa kalau kedua hal itu saling berkaitan.
Tapi kalau ia terus membahas masalah itu di hadapan Ibrahim, apalagi menanyakan tentang noda merah itu.
Pria itu pasti akan sangat murka seperti saat ia menanyakan masalah telepon wanita tadi pagi.
Akhirnya, Arumi hanya bisa memendamnya sendiri. Meskipun dugaan itu terus mengusik pikirannya dalam berbagai aktivitasnya hari ini.
"Selamat sore Mbak Arumi!" Tiba-tiba Arumi mendengar seseorang menyapa dari arah luar pagar rumahnya.
Arumi yang sebelumnya cukup sibuk menata halaman rumah menoleh sekilas ke arah sumber suara.
Nampak Rika bersama Erlan melangkah menghampiri Arumi yang kini tengah berada di halaman rumah.
"Eh Mbak Rika, Mas Erlan!" sapa Arumi ramah pada mereka berdua.
Sejenak Arumi menoleh ke arah Erlan. Pria itu tersenyum manis pada Arumi.
Entah kenapa senyumannya itu membuat wajah Arumi langsung terasa panas.
"Kami ganggu ya, Mbak?" tanya Rika sungkan.
Ia merasa tak enak saat Arumi menjeda aktivitas bebenahnya setelah kedatangan mereka.
"Enggak, kok. Bentar lagi juga udah beres. Tinggal angkat barang-barang ini aja ke gudang." Jawab Arumi seraya menujuk beberapa barang usang di hadapannya.
"Kalian masuk duluan aja ke dalam! Aku mau bawa ini dulu, sekalian mau cuci tangan juga." ucap Arumi seraya mengangkat barang-barang yang menurutnya sudah tak layak pakai.
Arumi mengangkat barang-barang itu dan hendak melangkah menuju gudang, tapi Erlan yang tak tega melihat Arumi mengangkat barang berat dengan cepat menghampiri.
"Aku bantu ya, Mbak!" Ucap Erlan seraya ikut meraih barang yang kini sudah di angkat Arumi.
Arumi seketika terhenyak saat tangan Erlan tanpa sengaja mendarat di punggung tangannya.
Erlan yang menyadari ketidak nyamanan Arumi dengan cepat menggeser tangannya.
"Maaf ya, Mbak! Gak sengaja."
Arumi tak menjawab, ia kini justru menoleh ke arah Rika. Ia menghela nafas lega saat melihat Rika sudah duduk di kursi ruang tamu.
"Iya, gak papa." jawab Arumi pelan.
"Biar aku aja, Mbak, yang angkat barang-barangnya ke gudang. Mbak Arumi kasih tau aja gudangnya ada di mana." ucap Erlan.
"Gak usah, Mas! Aku bisa kerjain sendiri, kok." tolak Arumi.
"Jangan Mbak! Ini kan berat. Masa aku biarin perempuan angkat barang berat."
"Gak papa, aku udah biasa kok. Aku kan masih sodara sama Ade Ray."
"Mbak Arumi ternyata bisa ngelawak juga, ya." Jawab Erlan seraya tertawa kecil.
"Udah, biar aku aja yang angkat!" Erlan tetap kekeh mau membantu.
"Gak usah! Aku bisa angkat sendiri kursinya!" Arumi juga tetap kekeh sama seperti Erlan.
"Mbak Arumi nolak pasti gara-gara...." Erlan menjeda ucapannya.
"Gara-gara apa?"
"Gara-gara mau kaya tadi, ya?"
"Kaya tadi gimana?" tanya Arumi bingung.
"Tangannya mau dipegang lagi sama aku." Jawab Erlan menggoda.
"Enggak! Siapa bilang!" Sergah Arumi dengan wajah yang memerah.
"Makanya kalau enggak, biar aku aja yang angkat!"
"Ya udah, kalau kamu yang mau angkat. Aku kasih tau aja tempatnya."
Arumi lebih dulu melangkah menuju ke tempat yang cukup jauh dari rumah Arumi.
Tempat itu sengaja dibangun Ibrahim untuk menyimpan barang-barang yang sudah usang.
"Simpan di sana aja!" ucap Arumi setelah mereka sampai di dalam gudang.
Sebuah tempat yang cukup gelap dan di dalamnya sudah dipenuhi oleh barang-barang usang yang cukup tertata rapi.
Erlan menuruti ucapan Arumi, ia dengan cepat meletakkan barang-barang yang sebelumnya ia angkat dengan susah payah.
"Makasih, ya!" Ucap Arumi pelan.
"Kok, cuma makasih aja sih?" Jawab Erlan sambil menepuk-nepuk kedua telapak tangannya untuk menghilangkan debu yang tak sengaja menempel di kulitnya.
"Maksudnya?" Ucapan Erlan selalu berhasil membuat kebingungan.
"Aku gak dikasih imbalan, Mbak?"
"Imbalan?" sebelah alis Arumi terangkat.
"Iyaa!!."
"Kamu minta berapa?" Ucap Arumi seraya merogoh sakunya.
"Aku gak mau imbalan uang kok, Mbak."
"Terus?" belum sempat Arumi mendapatkan yang ia cari di dalam saku, ia sudah di buat mendongak menatap Erlan penuh tanya.
"Ini." Ucap Erlan sambil menunjuk pipi sebelah kirinya dengan jari telunjuk.
Seketika Arumi mengerti apa yang maksud pria itu.
"Apa!!!" Pekik Arumi terkejut.
Sementara Erlan langsung terbahak melihat ekspresi terkejut Arumi.
"Hehe .... aku cuma becanda, kok, Mbak. Gitu aja takut" ucap Erlan seraya mengacak rambut Arumi gemas.
Entah kenapa Arumi selalu merasa senang saat di perlakukan seperti itu oleh Erlan.
"Ayo, keluar Mbak!" Ajak Erlan pada Arumi.
Mereka sama-sama melangkah ke arah pintu gudang. Tapi tanpa sengaja tubuh mereka bertabrakan saat hendak melewati pintu secara bersamaan.
Arumi mencoba mengalah dengan mundur satu langkah tapi ternyata Erlan melakukan hal yang sama.
Akhirnya Arumi kembali melangkah maju, tapi lagi-lagi Erlan juga melakukan hal yang sama.
Alhasil tubuh mereka berdua kembali bertabrakan dan tak berselang lama keduanya tertawa kecil karena tindakan konyol mereka tadi.
"Mbak Arumi duluan aja yang keluar!" Akhirnya Erlan kembali melangkah mundur.
Arumi mengangguk pelan lalu melangkah lebih dulu keluar dari gudang yang di susul oleh Erlan di belakang.
***
"Kalian kesini ada perlu apa?" tanya Arumi setelah ia selesai mencuci tangan dan ikut duduk bersama Rika dan Erlan di ruang tamu.
"Itu, Mbak, aku mau bilang sesuatu sama Mbak Arumi." jawab Rika sedikit gugup sambil melirik ke arah Erlan yang duduk tepat di sampingnya.
"Kita pulang aja, yuk!" ajak Erlan dengan suara sedikit berbisik.
"Enggak Mas! Aku benar-benar mau bilang sama Mbak Arumi." tolak Rika.
"Tapi, Rika! Gak seharusnya kamu ikut campur sama urusan rumah tangga mereka! Biarin aja Mbak Arumi tau sendiri nanti."
"Aku bukannya mau ikut campur, Mas. Tapi aku peduli sama Mbak Arumi, karena kami sama-sama wanita. Aku tau gimana perasaan seorang wanita kalau ada di posisi kaya Mbak Arumi sekarang." Jawab Rika yang terlihat emosi.
Arumi sendiri dibuat heran dengan apa yang tengah mereka perdebatankan.
Seolah Rika hendak menyampaikan sebuah hal menyakitkan pada Arumi.
"Sebenarnya kalian ini kenapa?" tanya Arumi memotong perdebatan mereka.
Rika seketika menatap Arumi. Tangannya tiba-tiba meraih tangan Arumi.
Seolah tengah berusaha menguatkan Arumi dari apa yang hendak ia sampaikan.
"Mbak!" Ucap Rika.
"Mbak Arumi janji, ya, bakal baik-baik aja kalau aku menyampaikan ini!"
Arumi menganggukan kepalanya, meski ia sendiri tak yakin apa dengan anggukan kepalanya.
"Kemarin pas aku lagi ada acara kantor di hotel, di sana aku lihat ... ." Rika menjeda ucapannya, ia tengah menimbang untuk melanjutkan kalimatnya atau tidak .
"Di sana kamu lihat apa?" tanya Arumi penasaran.
"Aku lihat Mas Ibrahim, Mbak."
"Mas Ibrahim?" Jantung Arumi seketika berdebar tak karuan.
"Iya. Dia masuk ke kamar hotel sama seorang perempuan."
"Maksud kamu?" tanya Arumi memastikan.
"Mas Ibrahim check-in di hotel sama perempuan. Kayanya Mas Ibrahim selingkuh dari Mbak Arumi."
Tubuh Arumi seketika gemetar, seluruh persendiannya terasa lemas tak berdaya.
Arumi cukup terkejut dengan apa yang sampaikan oleh Rika.
Apakah yang di ucapkan Rika benar adanya? Ibrahim sudah berkhianat pada dirinya? Dan selingkuh di belakangnya?
***********
***********
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,