NovelToon NovelToon
JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Poligami / Mafia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

kumpulan fic Jaewoo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[Hoc Est Homo] Parte 005

...* * *...

Dalam dua puluh empat jam terakhir, sudah dua hal yang membuat pemuda tinggi itu syok. Pertama, reaksi yang pertama kali ditunjukkan Jungwoo kemarin sore. Entah kenapa dia merasa ada yang janggal dengan itu.

Dan yang kedua adalah, ini.

Jaehyun menatap foto berukuran setengah kali satu meter yang terpasang di papan pengumuman sekolah.

Fotonya dan Jungwoo, di tengah jembatan, dan tebak... sedang berpelukan.

Beberapa orang mengerumuni foto itu dengan ingin tahu. Beberapa lagi sibuk berbisik panas.

Sungguh ya, Ia sebenarnya persetan dengan pandangan orang tentang hubungannya dengan Jungwoo, dia tidak peduli. Lagipula, foto itu memang benar dirinya. Jadi seharusnya Ia bisa masa bodoh dengan semua ini. Seharusnya.

Tapi tidak bisa, jika tulisan yang tercetak di atas foto itu sebegitu memuakkan.

Kim Jungwoo, jalang yang sedang menggoda murid baru.

Jaehyun tidak pernah merasa ingin mematahkan tulang seseorang dengan tangannya sendiri. Tidak sebelum ini.

"Siapa yang melakukannya?" suara rendah Jaehyun membuat bisikan panas disekelilingnya berhenti.

Semuanya kini menatap Jaehyun dalam hening yang cekam. Ada jeda yang panjang sampai Jaehyun kemudian berteriak.

"SIAPA YANG MELAKUKANNYA!" teriakan tidak terduga membuat banyak orang di situ berjengit kaget. Jaehyun tidak bisa menahannya lagi. Dia melangkah mendekat dan-

BUAGH!

Tangan Jaehyun terkepal melayang, mendarat tepat di sebelah foto berukuran setengah kali satu meter dengan keras. Dia lantas berbalik, meninggalkan kerumunan bodoh yang kembali berbisik-bisik panas sepeninggalnya.

Beberapa meter dari situ, Jaehyun memijat kepalanya. Sialan, sialan, sialan. Dia memaki dalam hati lalu menghela nafasnya, mencoba menenangkan diri sebelum masuk ke kelasnya. Dia tahu, Jungwoo sudah sampai di kelas sejak dua puluh menit lalu. Dia tahu, karena dua puluh menit sebelumnya, Jungwoo mengiriminya pesan singkat di ponsel.

Jungwoo pasti sudah melihat foto itu. Memikirkannya membuat Jaehyun pusing sendiri. Dia tidak akan bisa memaafkan biang dari semua ini sebelum dia minta maaf dan bersujud di kaki Jungwoo. Jaehyun bersumpah!

Dan, Ah, biar Jaehyun jelaskan. Berbicara tentang dirinya dan Jungwoo, ada yang berubah dari mereka. Jaehyun tenggelam sesaat dalam sisa sorenya kemarin.

...* * *...

"Siapa kau?" suara Jungwoo terdengar bergetar, dia mundur beberapa langkah menjauh. Jaehyun heran, bukan ini yang Ia harapkan dari pemuda itu, bukan ekspresi ketakutan seperti ini.

"Ada apa?" Jaehyun melangkahkan kakinya mendekat kearah Jungwoo yang benar-benar gemetar, seolah ia adalah sesuatu yang menakutkan atau apa.

"Kau-"

"Itu kalungmu, kau ingat?" Jaehyun menjelaskannya pelan.

"Kita pernah bertemu sekali disebuah pesta beberapa tahun yang lalu. Saat kita masih sama-sama kecil." Jaehyun tahu, setelah dia mengatakan itu, nafas Jungwoo berangsur-angsur normal.

"Kau ingat?" Tanya Jaehyun lagi, sedikit berharap. Tapi yang dia dapat hanya gelengan lemah dari pemuda itu.

"A-Aku, sama sekali tidak ingat." Jawabnya.

Jaehyun tahu, dia kecewa. Mengetahui kenangan masa kecil mereka tidak ada di ingatan Jungwoo membuatnya sedih. Ada dua kemungkinan, pemuda itu tidak menganggap kenangan itu spesial, atau ada sesuatu yang benar-benar membuatnya lupa.

Seperti- apa nama penyakit yang menyerang seseorang yang kepalanya terbentur dengan keras? Yang sering ada dalam drama-drama itu? Dan Jaehyun lebih suka menganggap Jungwoo mengidap penyakit lupa ingatan itu.

"Maaf," Jaehyun mendengar suara Jungwoo lagi, membuatnya buru-buru menggeleng. Mencoba menghilangkan sisa-sisa ekspresi kecewa dalam mukanya.

"Tidak usah dipikirkan. Daripada itu, kenapa kau tidak mengomentari kata-kataku tentangmu tadi, huh?" Jaehyun mengalihkan pandangannya dari Jungwoo yang sekarang bersemu merah. Jungwoo menghela nafasnya, berusaha mengontrol diri.

"Lumayan." Katanya kemudian. Jaehyun mendengus mendengarnya, dia lalu menatap kearah matahari yang sekarang tenggelam. Menumpukan tangannya pada sisi-sisi jembatan yang terbuat dari besi.

"Kau suka atau tidak? Itu poinnya."

"Apanya?" Jungwoo menyeringai, sekarang sudah ikut menatap kearah yang sama dengan Jaehyun, tepat disampingnya.

"Mataharinya, atau dirimu?"

"Dua-duanya." Ucap Jaehyun

Dan Jungwoo tertawa mendengar jawaban Jaehyun.

"Kau sudah tahu jawabannya, Jaehyun."

Ya, harusnya sudah tidak perlu kata-kata lagi. Jaehyun tahu dengan pasti, Kim Jungwoo disampingnya ini sudah jatuh.

"Kemari." Jaehyun menarik Jungwoo mendekat kearahnya,sampai bahu mereka bersentuhan.

Tangan Jaehyun yang panjang melingkari bahu Jungwoo, bertahan selama beberapa detik, kemudian mereka berhadapan.

"Apa?" Tanya Jungwoo menatap Jaehyun tepat dimanik mata.

"Berciuman, apa lagi?"

Jungwoo tidak bisa menahan diri untuk tidak terkikik mendengar jawaban entah polos, entah naïf, entah karena dia malas untuk mengatakan sesuatu yang rumit, dari Jaehyun.

Jaehyun memandang Jungwoo heran, merasa tidak ada yang salah dengan kata-katanya. Dan ketika Jaehyun sibuk dengan segala keheranannya, Jungwoo mengecup bibir pemuda itu lembut.

Singkat, Jungwoo hanya mengecup sekilas bibir Jaehyun dan menariknya sebelum Jaehyun sempat membalas.

"Tidak buruk." Jaehyun mengulum senyum simpul setelah Jungwoo menarik bibirnya, Jungwoo tersenyum setengah tertawa kemudian terkejut ketika tiba-tiba Jaehyun merengkuhnya. Jaehyun berbisik di telinga Jungwoo.

"Mulai sekarang kau resmi menjadi milikku. Kau jangan kemana-mana lagi, ya?"

Dan mereka berpelukan, di sisa sore itu.

...***...

Jaehyun melangkahkan kakinya kedalam kelas, dan tersenyum tipis begitu melihat Jungwoo yang mengunyah permen karet sambil membaca buku di tempatnya. Oh, itu Kim Jungwoo-nya, miliknya, tentu saja.

Kelas sepi, hanya dirinya dengan Jungwoo. Jaehyun tidak heran, pagi ini jadwal murid laki-laki angkatan mereka senam, mereka semua pasti berada di lapangan. Dan sebagian lainnya, sibuk melihat foto tadi, mungkin?

"Kau tidak ikut senam diluar?" Jungwoo bertanya tepat ketika Jaehyun duduk di sebelahnya.

Jaehyun menggeleng.

"Malas. Kau kan juga tidak ikut," Jaehyun lalu mengamati leher Jungwoo dan ber ekspektasi tentang sesuatu tengah tergantung disana. Tapi tidak ada apapun.

"Hei, tidak pakai kalungmu?" tanyanya, membuat Jungwoo terbatuk.

"Err, kutaruh di rumah." Kilahnya

Jaehyun memandangnya sangsi.

"Apa? Kau pikir aku menghilangkannya?" Jungwoo menebak arti tatapan Jaehyun.

Jaehyun menggeleng.

"Tidak juga."

Ada jeda yang panjang, dua pemuda yang duduk berhadapan itu tidak berkata apapun. Biasanya, situasi seperti itu bisa membuat dua orang menjadi ricuh. Tapi mereka tahu, tidak perlu kata-kata untuk membuat mereka merasa nyaman satu sama lain.

"Kau... melihatnya, tadi?" Jaehyun membuka obrolan.

"Kalau yang kau maksud foto kita yang dipasang di papan pengumuman... ya."

"Tidak ada bayangan siapa yang melakukannya? Aku tidak peduli tentang fotonya, tapi kata-katanya-"

"Bukan hal besar, kau tahu. Aku sudah biasa. Aku malah kawatir dengan namamu. Tapi sepertinya kau tidak peduli, huh?" Jungwoo tersenyum, Jaehyun mendengus.

"Satu-satunya yang kupedulikan saat ini adalah mematahkan tulang orang yang melakukannya."

Jungwoo mengangguk, begitu saja sudah cukup.

Sejujurnya, tidak ada yang berbeda dari mereka berdua setelah sore yang luar biasa kemarin.

Mereka tetap menghabiskan jam pelajaran sekolah di tempat duduk yang berbeda.

Jaehyun di depan, disamping siswi bernama Karina yang entah kenapa sering memandangnya simpati, sedangkan Jungwoo masih tetap di pojok dekat jendela, sendirian.

Tidak ada saling tatap mata saat pelajaran berlangsung, seperti pasangan umum yang baru meresmikan hubungan mereka. Mereka hanya saling tahu kalau mereka memikirkan satu sama lain. Sampai sekolah hari ini berakhir.

Jungwoo baru selesai membasuh tangannya di toilet ketika dia melihat beberapa siswa yang berbalik keluar begitu melihatnya. Jungwoo mengedikkan bahunya, lalu berjalan untuk membuang tisu yang dia gunakan untuk membersihkan tangannya.

Jungwoo tahu, siapa yang melakukannya. Ia juga tahu, cepat atau lambat semuanya bakal jadi seperti ini. Jungwoo sebenarnya tidak mau, dan dia membenci dirinya sendiri karena ternyata, dia terlalu egois. Dia egois tentang semuanya. Tentang hal ini, dan satu hal lagi yang lebih besar dari ini.

"Cih. Rendahan." Jungwoo mendengar bisikan seorang perempuan yang lewat di depannya. Ia mengangkat alisnya tidak peduli.

Jungwoo melengos, sudah ingin kembali kekelas ketika suara itu terdengar lagi.

"Lucas, Sungchan, sekarang Jaehyun? Selalu mengincar laki-laki tampan, dia pikir siapa dirinya? Tidak tahu diri. Rendahan. Menjijikkan."

Panas! Jungwoo itu manusia. Dan manusia punya batas tolerir seberapapun sabarnya dia. Dan Jungwoo bahkan bukan orang yang tergolong sabar. Dia hanya sok menjadi orang yang tidak pedulian. Jadi, Jungwoo sengaja menoleh dramatis kearah mereka, kemudian tersenyum-lebih mirip seringaian sebenarnya. Lalu berbicara dengan tenang tapi tajam.

"Kenyataannya mereka lebih memilihku, lalu kalian mau apa?" katanya lalu Jungwoo berbalik, meninggalkan murid perempuan yang membelalakkan matanya mati kutu.

Jungwoo berdecak tak suka, mengepalkan tangannya sampai kulitnya perih karena kukunya menekan permukaan kulitnya dengan kuat, lalu berjalan di sepanjang lorong.

Oh, Sial! Mungkin hari ini nasib Jungwoo lagi kelewat sial. Karena sekarang, salah satu orang yang paling tidak ingin ditemuinya sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Renjun, tungguuuuu,"

Jungwoo bisa melihat gadis mengekor dibelakang lelaki yang tempo hari memergokinya bersama Jaehyun

"Sudah kubilang, sebaiknya hari ini kau tidak perlu–" Renjun menghentikan bicaranya ketika bertatap mata dengan Jungwoo, seperti terkejut.

Jungwoo cuma menatap balik tanpa tendensi, lalu meneruskan jalannya.

"Kali ini bukan aku, percayalah." Ucap Renjun.

Sedangkan Jungwoo? Sudah terlanjur masa bodoh. Dia meneruskan jalannya, seolah tidak pernah mendengar apa-apa.

Sejujurnya, dia bahkan tidak peduli dengan masalah foto itu.

Dia tidak peduli dengan anggapan orang-orang tentangnya. Dia sama sekali tidak merasa kesal-Shit, oke, Jungwoo mengaku. Dia lelah. Dia bisa saja menjadi orang yang sok tidak peduli, tapi ia sudah muak dengan semuanya. Yang ia butuhkan cuma orang yang mengerti dia. Dalam kasus ini, cuma Jaehyun. Jungwoo cuma butuh laki-laki itu.

Jadi beberapa saat setelah itu, yang Jungwoo tahu hanyalah kakinya yang berjalan cepat menuju satu orang yang sedang memakan bekal rotinya dibawah pohon di halaman belakang, tempat mereka berdua menghabiskan tempat selama ini.

Jungwoo mendekat, duduk disampingnya, menunggu beberapa saat sampai orang disampingnya sadar, lalu tanpa kata-kata menyandarkan kepalanya ke bahu pemuda itu. Pemuda itu berhenti mengunyah rotinya ketika melihat Jungwoo. Dia lalu mengubah posisi duduknya menjadi lebih nyaman.

"Kenapa?" tanyanya, tidak begitu lembut, tapi menenangkan.

"Tidak apa-apa, aku hanya lelah." Kata Jungwoo pelan, memejamkan mata, merasa berhak memanjakan dirinya dibahu pemuda ini.

Angin memainkan rambutnya, begitu tenang. Dan tiba-tiba Jungwoo mengantuk. Yang terakhir kali didengar Jungwoo sebelum dia jatuh tertidur adalah suara Jaehyun pada seseorang yang tiba-tiba datang.

Huang Renjun

...* * *...

Yang pertama kali di lihat Jungwoo ketika membuka mata adalah wajah Jaehyun yang ditimpa sinar berwarna jingga. Menyadarinya, Jungwoo mengerjapkan mata dan menegakkan duduknya.

"Aku tidur berapa lama?" tanyanya pada Jaehyun yang merenggangkan bahunya yang kaku karena kepala Jungwoo ada disana selama beberapa jam. Melihatnya, Jungwoo merasa sedikit bersalah.

"Tiga jam setengah? Entahlah, aku tidak menghitung. Memangnya, kemarin kau tidur jam berapa?"

"Tidak tidur," Jungwoo lalu tertawa menatap Jaehyun yang memandangnya kesal.

"Apa? Itu salahmu, Jaehyun. Kau pikir aku bisa tidur setelah kemarin?" kata Jungwoo.

"Aku bisa." Jawab Jaehyun dingin,

Jungwoo langsung terdiam.

"Tapi kau terus-terusan masuk dalam mimpiku. "

Jungwoo langsung terbahak mendengarkannya.

"Oh ya, tadi Renjun kesini." Dan tawa Jungwoo langsung hilang, berganti dengan wajah yang menyiratkan ketidak sukaan atas nama yang tiba-tiba muncul dalam obrolan mereka.

"Dia bercerita padaku tentang insiden kau dan Lucas beberapa bulan yang lalu."

Jungwoo masih ingat, kejadiannya hampir persis dengan yang akhir-akhir ini terjadi. Dia dan Lucas pernah berkencan, Jungwoo mengakuinya. Tapi dia tahu, Lucas itu hanya butuh tubuhnya. Jungwoo tidak pernah ambil pusing karena dia juga tidak menaruh perasaan apapun pada laki-laki yang dipuja banyak perempuan itu.

"Katanya, yang menyebarkan foto dan rumor tentang kau dan Lucas waktu itu adalah dia. Dia meminta maaf untuk itu, tapi dia berani bersumpah bahwa dia tidak melakukan apapun kali ini." Katanya membuat Jungwoo mendengus.

Jungwoo bukannya tidak mau percaya, dia hanya masih malas dengan laki-laki bertubuh pendek itu.

"Sebenarnya, apa hubungan laki-laki itu dengan si Lucas, huh?" Tanya Jaehyun lagi.

Lucas dan Renjun, pasangan yang menyedihkan. Jungwoo memang cuma beberapa minggu berkencan dengan Lucas, tapi dia tahu bagaimana perasaan Lucas terhadap laki-laki bodoh itu.

"Mereka pasangan bodoh. Saling suka, tapi tidak tahu perasaan satu sama lain. Yang satu sibuk meniduri laki-laki lain untuk melepas stress, yang satu sibuk menyebarkan rumor karena cemburu atas kedekatan satunya dengan laki-laki lain."

"Dan laki-laki lain itu kau?" selidik Jaehyun.

"Anggap saja begitu. Tapi itu dulu. Lagipula aku sudah berjanji padamu.... Kenapa wajahmu jadi tidak enak begitu?" Jungwoo tersenyum menggoda, Jaehyun cuma mendengus, sangat tidak suka dengan bagian 'sibuk meniduri laki-laki lain'.

"Lupakan. Besok jangan lupa pakai kalungmu." Putus Jaehyun lalu berdiri. Jungwoo ikut berdiri.

"Apa kalungnya begitu penting?" Tanya Jungwoo, Jaehyun mengangguk, membuat ekspresi Jungwoo menjadi aneh. Jungwoo merasa tidak nyaman setiap membicarakan ini.

"Hei, aku takut suatu saat nanti kau meninggalkanku." Ujar Jungwoo membuat Jaehyun memandangnya.

"Apa maksudmu? Kau pikir berapa lama aku menyukaimu? Sejak kita umur tujuh." Kata Jaehyun.

"Tak segampang itu melupakan orang yang kita sukai," dan di kalimat ini, dada Jungwoo seperti ditusuk dengan sesuatu.

"Katakan, Jaehyun, kalau ternyata aku bukan orang yang kau temui di pesta bertahun-tahun lalu, apa kau masih tetap menyukaiku?" Tanya Jungwoo lagi, sangat pelan.

"Kenapa kau bicara begitu? Aku tidak suka berandai-andai. Kenyataannya, kau orang yang kutemui bertahun-tahun lalu. Dan itu sudah cukup." Jaehyun mengelus rambut Jungwoo, lalu menggandeng tangannya.

"Ayo pulang. Sudah akan malam."

Sakit sekali. Jungwoo menyukai laki-laki didepannya, sangat menyukainya. Karena itu, dia egois.

...TBC...

1
🌸 Airyein 🌸
Buset bang 😭
🌸 Airyein 🌸
Heleh nanti juga kau suka. Banyak pula cerita kau woo
🌸 Airyein 🌸
Bisa bisanya aku ketinggalan notif ini
Novita Handriyani
masak iya tiap kali selesai baca harus ninggalin jejak, Thor. saya hadir ✋️
Novita Handriyani
ngga suka cerita sedih
Novita Handriyani
kayaknya pernah baca nih cerita
kebikusi
astaga cerita ini mau dibaca berapa kali kok tetep bikin berkaca-kaca ya, untung banget punya otak pikunan jadi setiap baca selalu ngerasa kaya buat yang pertama kalinya.. NANGIS
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!