NovelToon NovelToon
TUMBAL RUMAH SAKIT

TUMBAL RUMAH SAKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pita Selina

Sebuah pembangun rumah sakit besar dibangun depan rumah Gea, Via dan Radit. Tiga orang sahabat yang kini baru saja menyelesaikan sekolah Menengah Kejuruan. Dalam upaya mencari pekerjaan, tak disangka akhirnya mereka bekerja di rumah sakit itu.

Sayangnya, banyak hal yang mengganjal di dalamnya yang membuat Gea, Via dan Radit sangat penasaran.

Apakah yang terjadi? Rahasia apa yang sebenarnya disembunyikan para author? Penuh ketegangan. Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pita Selina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perdebatan kosong

"Bagaimana kondisiku, Dokter? Apa aku sudah diperbolehkan pulang hari ini?" tanyaku pada dokter.

"Untuk hari ini saya masih belum bisa memberikan keputusan. Kita lihat esok." Dokter memeriksaku memakai stetoskopnya. Ia melihat luka-lukaku. "Ada beberapa luka yang memang tidak boleh terkena air, hari ini ... kita ganti dulu perban pada lukamu ya," ucap dokter.

"Baik, Dokter." Aku hanya mengangguk sesekali kujawab setuju. Rasanya, aku sangat bosan selalu berbaring di rumah sakit.

"Sh! Aw!" Sesekali kujauhkan lukaku dari cairan pembersih itu. "Sakit."

"Agar tidak terjadi infeksi. Pastinya kau merasa sangat kesal kan berada di sini? Untuk itu ... tahanlah sedikit." Lagi-lagi Dokter itu memberikanku semangat. "Kau masih bersekolah ya?" tanya Dokter itu, mengalihkan pandanganku agar tak fokus pada lukaku.

"Iya ... minggu depan hari kelulusanku."

"Untuk itu, kau harus benar-benar pulih. Kau harus selalu rutin membersihkan lukamu, tak mau kan kalau di hari kelulusanmu kau tidak mengikutinya?"

"Tentunya tidak, Dokter. Aku hanya ingin kembali seperti semula, Tubuhku mulus tanpa lecet." Kulihat name tag pada Dokter itu. 'Morgan Keyvano'. Namanya tampan, persis seperti Dokter itu.

"Rencana kau akan melanjutkan kemana?" tanya Dokter Morgan.

"Mungkin aku akan bekerja untuk membantu Ibuku."

"Semoga lahkahmu selalu dipermudah ...."

"Sudah," ucap perawat itu seraya membereskan beberapa barang ke dalam dorongan berisikan obat-obat.

"Baik, lukanya telah selesai dibersihkan, istirahatlah, saya izin pamit."

Percakapan itu terhenti begitu saja. Seketika aku merasa aku ingin sedikit tinggal lebih lama di rumah sakit ini.

Tak lama, Radit datang bersama Via dibuka dengan pertengkaran.

"Sudah kubilang, jalan belakang itu ditutup Radit. Lebih baik kita lewat jalan utama saja. Kau saja kekeh pada pendirianmu yang salah itu!" Pagi-pagi terlihat Via sudah kesal.

"Oh ayolah ... kau tidak berpikir bahwa ruangan ini begitu jauh dari gerbang utama?"

"Tetapi lihatlah akhirnya? Kita sama-sama berputar arah, jaraknya semakin menjauh."

"Ya sudah ... hitung-hitung kau berolahraga saja. Tubuhmu lembek," sahut Radit.

"Oh ayolah ... burung saja masih berkicau merdu. Awal pagi kalian diawali dengan perdebatan yang tidak berfaedah. Kepalaku pusing melihat kalian yang selalu saja mengoceh," kataku.

"Kau tahu Gea!" Via berusaha mengompori. "Kau suka menunggu?"

"Perihal?"

"Perihal apapun! Kau suka tidak?"

Kumengingat beberapa kejadian. "Tergantung. Tetapi lebih tepatnya tidak—"

"Nah! Kan! Kau tidak suka kan?" Gea menarik napasnya. "Kau tahu! Ketika kupanggil namanya, Ia baru saja terbangun dari tidurnya. Aku harus menunggunya sekitar 2 jam, Gea. Make up-ku sudah mulai longsor karena keringat—"

Radit berusaha memotong ucapan Via. "Dengarlah Gea—"

"Hushh! Diam ... kau tau Gea? Dia sudah siap untuk berangkat, aku harus menunggunya lagi karena perutnya mulas."

"Ya bagaimana lagi? Mulas tidak pernah ada dalam jadwalku. Memangnya kau mahu menopang kotoranku?"

Raut wajah Via mulai memerah. "Kau ini!" Via melanjutkan ceritanya. "Dan terakhir ... diperjalanan sana, dia menarikku untuk sarapan bubur."

"Itu bukan masalah yang besar, kau mahu aku pingsan?"

"Masalahnya ... kita sudah di dalam angkutan umum, Radit! Kau memberhentikan tukang angkutan umumnya saat sudah melewati pedagangnya ...."

"Tinggal berjalan, itu tidak jauh. Kau ini berlebihan."

"Kau pikir aku tak menghitung jaraknya? Seratus lima puluh tiga Radit."

"Oh ayolah ... hitung-hitung kau berolahraga."

"Lihatlah Gea. Tidak ada kata ucap 'maaf' atas perlakuannya." Via mulai terlihat putus asa.

"Tetapi kau memikirkan perut kosongku tidak?" Perdebatan itu masih panjang.

"Tidak. Karena kau tidak memberitahuku bahwa kau juga lapar," jawab Radit.

"Sudahlah ... katakan permintaan maafmu pada Via, Radit. Semuanya akan selesai," ucapku.

"Ya sudah ... aku minta maaf." Wajahnya tidak mencerminkan atas itu.

Via mendelik. "Manusia mana yang akan menerima permintaan maafmu dengan raut wajah seperti itu? Lagi pula, permintaan maafmu tidak tulus, kau diperintah oleh Gea, bukan tulus dari hati nuranimu."

"Kau lihat Gea? Serba salah hidupku. Kau memang rumit."

"Raut wajahmu saja terlihat ogah," ketus Via.

"Apakah ada lisanku yang berucap tentang hal itu?"

"Tidak. Tapi itu memang benar. Instingku akan selalu benar," ucap Via.

"Eh ayolah ... sudahi perdebatan kalian. Bagaimana kalau kita—" (belum selesai, ucapanku langsung ditolak).

"Tidak," ucap mereka dengan serentak.

"Oh ya sudah ...lanjutkanlah sampai petugas keamanan rumah sakit ini datang." Kututup telinga dengan kedua tanganku.

****

"Kau tahu? Bahwa rumah sakit adalah tempat orang beristirahat?" tegas petugas keamanan rumah sakit.

Via dan Radit hanya bisa menundukkan pandangannya.

"Awas ya! Sekali lagi saya mendengar keributan ini, tak segan-segan akan ku-blacklist dari rumah sakit ini."

"Bagaimana kalau sewaktu-waktu aku sakit dan masuk rumah sakit ini?" tanya Radit.

"Ya ... kau berharap apa? Mendapat reward? Kau akan dirawat hingga sembuh."

"Tadi kudengar bahwa aku sudah diblacklist dari rumah sakit ini."

"Siapa yang berbicara seperti itu?"

"Kau ... kau baru saja mengatakannya," sahut Via pada petugas itu.

Kini mereka berdebat bersama petugas itu.

"Maksudku ... itu hanya sebuah ancaman agar kalian tak lagi berisik."

"Kau berbohong?" tanya Radit.

"Bukankah berbohong sikap yang buruk dan paling tidak terpuji?" ucap Via.

"Itu hal baik kalau berniat baik—"

"Jadi ... kalau aku berbohong pada Ibu pergi sekolah ternyata aku bolos dan pergi menjenguk temanku, itu hal yang baik?" jebak Radit.

"Kalau meminta uang pangkal sekolah lalu dibagi dua untukku dan orang yang membutuhkan, bagaimana?" timpal Via.

"Itu berbeda, kalau itu memang perlu hantaman dan pukulan," jawab petugas rumah sakit itu.

"Jadi menurutmu? Menghantam dan memukul wanita itu baik?" Radit terus mencari secelah masalah dalam ucapannya yang salah.

"Jadi menurutmu juga tak boleh memberi?" lanjut Via.

Petugas keamanan itu mengerutkan keningnya. "Loh ... kok? Kapan saya berbicara seperti itu? Kalian itu terlalu mengada-ada."

"Kau tahu tidak, bahwa Via ...." Radit menunjuk Via. "Adalah seorang wanita yang sedang bolos sekolah hanya karena untuk melihat sahabatnya yang sedang berbaring itu." Tangannya menunjuk ke arahku.

"Kau akan memukuli wanita cantik ini hanya karena berniat baik? Kurasa kau terlalu berlebihan, Pak."

"Menurutku, tidak ada pembelaan untuk orang-orang yang berbohong." Lagak Radit seperti orang benar. "Kalau semua orang di dunia melakukan hal itu, dunia akan benar-benar berantakan. Coba bayangkan kalau ada yang mencopet untuk membuka jalan mata air untuk kampungnya yang kekeringan ...."

Aku hanya mendengarkan pembicaraan kosong itu seraya berbaring. Sesekali aku menahan tawaku. Petugas itu tetap saja menimpali mereka yang sedang menjahilinya.

"Ah! Sudahlah! Sebenarnya mahu kalian apa?" murka Petugas keamanan itu.

****

Kini hanya ada tawa diantara kita bertiga.

"Diam! Rahangku sakit karena terlalu banyak tertawa." Via memegang rahangnya. Ia mengunyah chips-nya kembali.

"Aku tidak berpikir bahwa omong kosong itu akan berlanjut hingga kita mendapatkan makanan-makanan ini. Jadi, kumanfaatkan saja selagi bisa."

1
Rena Ryuuguu
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
Hafizahaina
Ngakak sampe perut sakit!
sweet_ice_cream
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!