Nadia Pramesti, seorang arsitek muda berbakat, mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup setelah sebuah kecelakaan tragis membawanya kembali ke masa lalu, tepat sebelum hidupnya hancur karena kepercayaan yang salah dan pengkhianatan —akibat kelicikan dan manipulasi Dinda Arumi, sahabat masa kecil yang berubah menjadi musuh terbesarnya, dan Aldo, mantan kekasih yang mengkhianati kepercayaannya.
Di kehidupannya yang baru, Nadia bertekad untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan menghindari perangkap yang sebelumnya menghancurkannya. Namun, Dinda, yang selalu merasa tersaingi oleh Nadia, kembali hadir dengan intrik-intrik yang lebih kejam, berusaha tidak hanya menghancurkan karier Nadia tetapi juga merenggut satu-satunya pria yang pernah benar-benar dicintainya, Raka Wijaya.
Nadia tidak hanya berhadapan dengan musuh eksternal, tetapi juga harus melawan rasa tidak percaya diri, trauma masa lalu, dan tantangan yang terus meningkat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jaring yang Semakin Rumit
Bab 9
Pagi setelah penangkapan Dinda dan Aditya, suasana di kota masih dipenuhi bisikan tentang kejadian malam sebelumnya. Berita tentang upaya pelarian mereka telah menyebar dengan cepat dan media lokal berlomba-lomba melaporkan setiap detail tentang penangkapan mereka di bandara kecil itu.
Di kantor polisi, Nadia dan Raka sedang duduk di ruang interogasi, menunggu giliran mereka untuk berbicara dengan Dinda. Mira berada di luar, berkoordinasi dengan pengacara yang akan membantu memastikan bahwa seluruh proses hukum berjalan dengan adil. Nadia merasa cemas, meskipun mereka telah berhasil menangkap Dinda dan Aditya, dia tahu bahwa ini hanyalah permulaan dari babak baru dalam perjuangan mereka.
Setelah beberapa menit, seorang petugas memanggil mereka untuk masuk ke ruang interogasi. Dinda duduk di belakang meja, tangan terikat borgol, wajahnya tampak lelah tetapi masih memancarkan kebencian yang mendalam. Di sebelahnya, Aditya duduk dengan kepala tertunduk, tampak pasrah dengan nasib yang akan menimpanya.
Nadia dan Raka duduk di hadapan mereka. Untuk beberapa saat, tak ada yang bicara, seolah semua orang menunggu siapa yang akan memulai percakapan. Akhirnya, Dinda memecah kesunyian dengan nada suara yang datar namun penuh kebencian.
"Kalian mungkin menang sekarang, tapi ini belum berakhir," katanya dengan sinis. "Kalian pikir aku akan begitu saja menerima kekalahan?"
Nadia menatapnya dengan tatapan tajam. "Dinda, ini sudah berakhir. Semua bukti yang kita punya cukup untuk memastikan kau akan dihukum berat. Satu-satunya hal yang bisa kau lakukan sekarang adalah bekerja sama dan mengakui kesalahanmu."
Dinda hanya tertawa kecil, suara tawanya yang getir memenuhi ruangan. "Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi, Nadia. Ada banyak hal yang kalian belum tahu."
Raka mengerutkan kening, merasa ada yang tidak beres dengan ucapan Dinda. "Apa maksudmu?"
Dinda menyeringai, senyum liciknya kembali muncul. "Ada lebih banyak orang yang terlibat dalam ini daripada yang kalian sadari. Aku mungkin tertangkap, tapi mereka masih di luar sana, siap untuk melanjutkan apa yang aku mulai."
Nadia dan Raka saling berpandangan, mencoba memahami apa yang Dinda maksudkan. Rasa takut dan ketidakpastian mulai merayapi pikiran mereka. **Apakah Dinda benar-benar hanya bagian kecil dari rencana yang lebih besar?
Aditya yang sejak tadi diam, tiba-tiba angkat bicara. "Nadia, Raka... dengarkan aku. Aku memang bersalah, tapi tidak seperti yang Dinda katakan. Dia sudah terlibat terlalu jauh dalam semua ini. Dia tidak peduli lagi siapa yang terluka atau hancur dalam prosesnya."
Dinda menatap Aditya dengan kemarahan yang mendalam. "Pengkhianat! Kau seharusnya tetap diam!"
Aditya tidak menghiraukannya dan melanjutkan bicaranya, kali ini nadanya penuh penyesalan. "Aku akan memberikan semua informasi yang aku tahu. Aku hanya ingin semua ini berakhir. Aku tidak bisa hidup dengan rasa bersalah ini lebih lama lagi."
Nadia dan Raka mendengarkan dengan saksama saat Aditya mulai mengungkap lebih banyak detail tentang operasi ilegal yang telah dijalankan oleh Dinda dan orang-orang di belakangnya. Aditya memberi mereka nama-nama, lokasi, dan rencana-rencana yang belum sempat terlaksana. Informasi ini membuka wawasan baru tentang seberapa dalam akar kejahatan ini menyebar.
Sementara Aditya bicara, Dinda semakin marah dan frustasi. Dia mencoba mengintimidasi Aditya agar diam, tetapi gagal. Ketika interogasi berakhir, Nadia dan Raka meninggalkan ruangan dengan perasaan campur aduk. Mereka tahu bahwa apa yang baru saja diungkapkan Aditya bisa menjadi kunci untuk membongkar jaringan kriminal yang lebih besar, tetapi juga menyadari bahwa mereka sekarang menghadapi ancaman yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.
Di luar ruang interogasi, Mira menunggu mereka dengan wajah penuh harap. "Bagaimana? Apa yang kalian dapatkan?"
Nadia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. "Aditya baru saja mengungkap sesuatu yang besar. Sepertinya ada lebih banyak orang yang terlibat dalam ini daripada yang kita kira."
Mira tampak terkejut. "Jadi, ini belum berakhir?"
Raka menggeleng pelan. "Tidak. Ini baru permulaan dari sesuatu yang lebih besar. Kita harus bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang."
Nadia, Raka, dan Mira yang menyadari bahwa perjuangan mereka masih jauh dari selesai.** Meskipun mereka berhasil menangkap Dinda dan Aditya, ancaman yang lebih besar kini menanti mereka di luar sana. Dengan informasi baru yang mereka dapatkan, mereka harus bersiap untuk menghadapi jaringan kriminal yang lebih luas dan lebih berbahaya dari sebelumnya. Kebenaran yang mereka cari ternyata lebih dalam dan lebih gelap dari yang mereka bayangkan, dan mereka harus berjuang lebih keras lagi untuk memastikan keadilan ditegakkan.
Setelah pengungkapan mengejutkan dari Aditya, situasi semakin kompleks. Nadia, Raka, dan Mira kini harus menghadapi kenyataan bahwa musuh mereka lebih kuat dan lebih terorganisir daripada yang mereka kira. Dengan jaringan kriminal yang melibatkan banyak orang berpengaruh, mereka tahu bahwa langkah selanjutnya harus diambil dengan hati-hati.
##
Pagi itu, Nadia dan Raka bertemu dengan komandan polisi, Pak Surya, di kantor pusat. Mereka membawa semua informasi yang telah diberikan Aditya. Pak Surya, seorang pria paruh baya dengan wajah tegas, mendengarkan dengan seksama saat mereka memaparkan semua temuan mereka.
“Ini lebih besar dari yang kita kira,” kata Pak Surya setelah mendengar semuanya. “Kita tidak hanya menghadapi satu atau dua pelaku, tapi seluruh jaringan yang sudah terstruktur dengan baik.”
Nadia mengangguk, merasa tekanan semakin besar. “Benar, dan kita harus bertindak cepat sebelum mereka menyadari bahwa kita tahu lebih banyak.”
Raka menambahkan, “Aditya memberikan kita beberapa nama dan lokasi. Mungkin kita bisa mulai dari sana, menelusuri jejak mereka.”
Pak Surya tampak berpikir sejenak, kemudian mengangguk. “Kalian benar. Kita harus bertindak sebelum mereka sempat menyembunyikan bukti atau melarikan diri. Tapi kita juga harus hati-hati. Jika mereka tahu kita mendekat, mereka bisa menjadi lebih berbahaya.”
Sementara itu, Dinda duduk sendirian di sel tahanan, merenungkan nasibnya. Dia tidak pernah membayangkan dirinya berada di situasi seperti ini—terpojok, ditinggalkan oleh semua orang yang pernah dia percayai. Amarah dan kebenciannya semakin membara setiap kali dia memikirkan bagaimana Aditya mengkhianatinya. Namun, jauh di dalam hatinya, dia juga merasa takut. Jaringan yang selama ini melindunginya mungkin tidak akan tinggal diam setelah semua yang terjadi.
Di luar sel, seorang pria misterius datang mengunjungi Dinda. Dia berpakaian rapi dan tampak berwibawa, dengan tatapan dingin yang tidak mudah dibaca. Pria itu dikenal sebagai “Bayangan” di dunia kriminal—seseorang yang bekerja di belakang layar, mengatur segalanya tanpa pernah terlihat.
“Bagaimana keadaanmu, Dinda?” tanya pria itu dengan suara yang dingin dan penuh intimidasi.
Dinda menatap pria itu dengan ketakutan yang sulit disembunyikan. “Aku tidak tahu kau akan datang...”
Pria itu hanya tersenyum tipis. “Aku datang untuk memastikan bahwa kau tidak berbicara terlalu banyak. Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau melanggar perjanjian kita, bukan?”
Dinda mengangguk lemah, menyadari bahwa posisinya semakin terpojok. Pria itu kemudian memberikan beberapa instruksi sebelum pergi, meninggalkan Dinda dengan pikiran yang semakin kacau. Dia tahu bahwa hidupnya sekarang berada di ujung tanduk, dan satu kesalahan saja bisa berakhir fatal.
Bersambung...