" Om om, mau jadi ayah Aga ndak. Aga ndak punya ayah. Ibu Aga tantik lho Om."
" Hahaha, anak ini lucu bener."
Seorang bocah kecil tiba-tiba bicara seperti itu kepada pria asing. Wajah polosnya tersebut tidak bisa membuat si pria marah meskipun dia dipinang dadakan oleh bocah itu.
Tapi siapa sangka anak kecil itu datang bersama dengan seseorang yang ia kenal.
" Kamu, ini anakmu?"
" Maaf, kami permisi."
Wanita itu langsung pergi membuat si pria penasaran.
Siapa sebenarnya mereka dan apa yang terjadi? Dan mengapa Aga mengatakan bahwa tidak punya ayah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAYO 09: Curiga Terus
Lain Dara lain juga Davka. Jika Dara tengah panik, gelisah, takut dan sedih akan apa yang terjadi pada putranya, maka Davka tidak tahu menahu sama sekali. Saat ini pria itu malah tengah bergelung panas dengan wanitanya. Siapa lagi kalau bukan Erika.
Suara desahaan dan eranggan memenuhi kamar hotel yang mereka tempati. Dua orang yang sudah sering melakukan hal diluar batas norma itu memang sudah tidak punya akal sehat karena dibutakan dengan nafsuu.
Davka, yang awalnya sudah merasa enggan terhadap Erika sama sekali tidak bisa menolak saat disajikan tubuh Erika tanpa sehelai benangpun. Ya, semalam Erika sampai di Malang dan mengubungi Davka. Tentu saja Davka terkejut atas kedatangan kekasihnya itu. Meksipun jarak Surabaya dengan Malang tidak terlalu jauh, tapi tetap saja dia tidak menyangka bahwa Erika akan menyusulnya.
Pantas saja saat Davka mengatakan dirinya akan lebih lama di Malang karena perintah atasan, Erika nampak sangat tenang. Ternyata wanita itu sudah berencana untuk menyusul dirinya.
" Aaah Mas, leebiih cepat lagi eughhh."
" As you wish baby."
Sesuai permintaan Erika, Davka memacu tubuhnya lebih cepat diatas wanita tersebut. Semakin cepat Davka melakukannya maka semakin keras erangann yang keluar dari mulut Erika. Davka kemudian membungkam mulut Erika dengan bibirnya. Ciuman yang mereka lakukan semakin dalam dan akhirnya Davka melepaskan ciumannya setelah mereka mendapatkan klimakss dari pergulatan panas tersebut.
Davka menarik amunisinya lalu menjatuhkan tubuhnya tepat di sebelah Erika. Nafas keduanya masih sama-sama terengah. Peluh bercucuran padahal udah pagi kota itu tergolong dingin.
" Kamu selalu membuatku senang Erika."
Pujian dari Davka membuat Erika menyunggingkan senyum. Ya, inilah kunci yang Erika pegang. Pria itu terlalu lemah terhadap pesona tubuhnya. Mau sekeras apapun menolak, jika Erika mulai merayu dan memperlihatkan tubuhnya maka Davka akan luluh.
Terlebih saat ini, Erika sengaja tidak mengingatkan Davka untuk mengunakan pengaman saat mereka berhubungan. Karena ia ingin menggunakan cara tersebut untuk mengikat Davka agar pria itu tidak hilang dari genggamannya.
Sejenak Erika lupa, bahwa Davka dulu bisa melepaskan wanita yang telah memberikan anak. Dara, bukankah waktu itu juga mempunyai anak dan dengan tega Davka menceraikannya. Bahkan hingga saat ini nafkah tidak pernah diberikan oleh pria itu kepada anaknya,
Inilah yang dinamakan cinta buta, atau lebih kepada obsesi. Ya, Erika sangat mencintai Davka dan obsesinya itu menghilangkan pikirannya yang rasional. Jika menilik kebelakang, seharusnya ia pun berhati-hati terhadap pria semacam Davka. Dia saja bisa meninggalkan istri dan anaknya dan dengan tega menelantarkan, lalu apakah suatu saat nanti Davka tidak bisa meninggalkan Erika juga? Jawabannya tentu sangat bisa, karena sifat pria itu memang brengsek.
Namun bagi Erika yang sudah cinta mati kepada Davka, hal seperti itu trus ia tepis dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa Davka tidak akan berbuat demikian.
" Mas, aku akan di sini nungguin kamu. Nanti kita pulang bareng."
" Lho, kerjaan kamu?"
" Aku kemarin bilang ke bos kalau aku juga akan ikut di pekerjaan luar kota ini. Dan dia ngasih izin. Katanya biar pekerjaannya cepat rampung."
Erika kembali memeluk Davka, rasanya sangat enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Padahal matahari sudah mulai terasa sinarnya. Jam juga sudah menunjukkan pukul 07.00, tapi Erika masih ingin memeluk Davka. Dalam hatinya bercampur aduk rasa senang dan khawatir.
" Ya udah yuk bangun, kita harus bersiap untuk ke kantor cabang yang lain. Ada beberapa masalah di sana, dan itu lah yang membuat bos menambah waktu."
" Haah, ayook."
Mau tidak mau, Erika harus segera bangun. Lagi pula dia akan bersama dengan kekasihnya itu untuk beberapa hari ke depan, jadi sekarang tidak masalah jika mengalah.
Davka bekerja pada perusahaan yang bergerak di bidang distribusi obat-obatan. Nama perusahaanya adalah Brown Healty Parmacy atau disingkat BHP dimana pimpinannya saat ini adalah Ryder Yaslan Brown. Meskipun usianya masih muda yakni 20 tahunan namun Ryder sudah mampu memimpin perusahaan farmasi atas perintah dari sang ayah.
Saat ini Davka diminta untuk memeriksa kantor cabang yang berada di kota Malang karena ada masalah. Dan ternyata masalah yang dialami tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat sehingga dia pun harus lebih lama berada di malang.
" Dia kan anak kecil tapi kok berlagak begitu," keluh Erika. Ya, dia mengeluhkan perihal atasan mereka yang masih muda itu.
" Stt, jangan sembarangan Erika. Meskipun begitu dia adalah seorang ilmuwan yang hebat, kamu nggak tahu apa ayahnya Pemiliki rumah sakit terkenal di Jogja. Dia juga udah dari muda mulai meracik obat, dia itu turunan dokter jenius juga. Jadi meskipun masih muda dia bener-bener punya kemampuan."
Davka terlihat tidak senang saat Erika berkata buruk tentang atasan mereka. Apalagi Davka berada di bawah perintah langung Ryder. Bagaimanapun Ryder bukan orang sembarang, Davka tahu bahwa pemuda itu bahkan bisa melakukan apapun diluar pikiran normal mereka.
Terlihat sekali Erika kesal atas ucapan Davka yang malah menyalahkan dirinya. Ia pun akhirnya diam bahkan hingga pekerjaan mereka selesai. Tapi Davka tidak peduli, Brown Healthy Parmacy adalah tempat dimana dia mencari penghidupan, dia tidak ingin hanya gara-gara omongan Erika yang seenaknya bisa membuat karirnya hancur. Posisi direktur pemasaran bukalah hal mudah yang bisa Davka raih, maka dari itu dia harus bisa mempertahankan posisinya dengan cara bicara hati-hati dan bekerja sungguh-sungguh.
Sungguh lucu bukan, dia takut kehilangan pekerjaannya tapi dia tidak takut atas dosa yang telah banyak ia lakukan. Dan dosa terbesarnya yakni menelantarkan anak serta perbuatan zina yang sudah bertahun-tahun ia lakukan dengan Erika.
" Kamu masih ngambek gara-gara ucapan ku tadi?"
" Nggak kok. Oh iya ternyata udah selesai kan urusan disini, jadi kapan kita akan kembali?"
Gaya bicara ketus yang baru saja keluar dari mulut Erika tentu menandakan bahwa wanita itu masih kesal. Namun, Davka tidak terlalu menghiraukannya. Ia sudah paham betul bahwa Erika memang suka bersikap seperti itu.
" Masih belum bisa Eri, kita harus tunggu paling nggak sampai besok. Aku harus receck lagi kerjaan mereka. Kalau sampai ada kesalahan lagi, nama dan jabatan ku jadi taruhannya."
" Nggak, ini pasti hanya alesanmu aja kan Mas? Pekerjaan hanya sekedar akal-akalan mu untuk lebih lama di sini. Kamu mau nemuin Dara kan mantan istrimu itu?"
Ckiiit
Devka langung menghentikan mobilnya di tepi jalan. Tatapan matanya nyalang ke arah Erika dan sempat membuat wanita itu bergidik takut. Belum pernah Davka menatapnya seperti itu selama ini.
" Cukup Erika! Dari kemarin omonganku ngelantur nggak jelas. Kamu tahu sendiri kan, semenjak aku cerai, aku nggak pernah berniat ketemu Dara bahkan meskipun aku datang ke kota ini! Aku nggak ngerti kenapa akhir-akhir ini kamu jadi cemburu nggak jelas begitu."
" Ma-maaf Mas, a-aku hanya nggak mau kehilangan kamu."
Huft
Davka membuang nafasnya kasar, ya dia sebelumnya memang berniat untuk bertemu dengan Dara. Tapi hanya sekedar rencana dan belum tentu terealisasi. Entah mengapa Erika menjadi begitu peka seperti itu, dan dengan kejadian ini dia sepetinya harus mengurungkan niatnya untuk menemui Dara.
" Ayo aku anter kamu pulang."
" Kemana Mas, kan katanya belum selesai pekerjaannya."
" Ke Surabaya, kamu yang pulang tapi aku masih akan kembali ke sini."
Degh
TBC