NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Belum sempat suara Zain keluar, pintu sudah diketuk terlebih dulu. Zain membawa pandangan matanya ke arah pintu.

"Masuk!" serunya keras.

Pintu kembali terbuka, Rani sang sekretaris cantik masuk.

"Ada apa, Rani?" Zain langsung saja melemparkan pertanyaan.

"Maaf menganggu Pak Presdir, ada tamu yang mendadak datang. Ingin bertemu dengan Pak Presdir," jelasnya kala kedua tungkai kakinya berhenti tepat di depan meja Zain.

Alya membalikkan tubuhnya, rasanya tugasnya sudah tidak ada lagi. Kedua tungkai kakinya melangkah mendekati pintu keluar, dengan telinga mendengar tanpa disengaja.

"Siapa?"

"Nona Mira! Beliau meminta resepsionis menyapaikan pesan untuk bertemu dengan Pak Presdir," balas Rani menjelaskan.

Langkah kaki Alya mendadak terhenti mendengar nama Mira, wanita tempo hari. Ada apa sampai Mira kembali ingin bertemu dengan sang suami? Alya mengedipkan kedua kelopak matanya.

Ini tidak ada hubungannya dengan Alya, walaupun hatinya terasa pedih mendengar nama itu. Nama perempuan yang fotonya masih disimpan di laci meja kerja sang suami. Alya tersenyum miris, rasanya kehidupan ini sangat konyol.

***

Zain masih nampak tenang dengan kedatangan sang mantan kekasih, Zain tidak munafik. Perasaannya sedikit terguncang karena kehadiran Mira, bagaimana pun juga mereka sudah menjalin kasih cukup lama. Memiliki angan-angan untuk hidup berumah tangga, selama-lamanya. Memiliki kenangan indah yang tak bisa Zain lupakan begitu saja.

Mira mendesah gusar, melirik ke arah sang pria dengan ekspresi wajah yang sulit untuk diartikan. "Kau ... aku," Mira menjeda, mencoba menyiapkan mentalnya terlebih dulu.

Zain diam, hanya memperhatikan bagaimana reaksi Mira saat ini. Menebak-nebak apa yang akan disampaikan oleh Mira, sampai wanita sehebat Mira harus berhati-hati dalam berbicara. Lidah Mira terasa kelu, hatinya terasa teriris sembilu.

Siapa yang menyangka kalau Zain malah menikah dengan perempuan lain, di saat ia sedang berjuang memantapkan kedudukan atas karir yang ia bangun. Mira meminta mereka untuk break barang sejenak, introspeksi diri. Bukan untuk mengakhiri, lantas bagaimana Zain bisa seperti ini terhadap dirinya?

"Hah! Aku benar-benar merasa hari ini menjadi hari paling berat untuk aku jalani, Zain. Agak-agaknya, dunia mulai bercanda dengan diriku. Aku mendengar kau telah menikah dengan perempuan lain, kedatangan aku ke sini tentunya ingin mengkonfirmasi tentang itu. Langsung dari mulutmu," tutur Mira mencoba menahan setiap gejolak emosi yang ada di dadanya.

Ah, pada akhirnya Mira mengetahui kalau ia sudah menikah. Tidak ada yang bisa menyembunyikan bau bangkai, seperti apapun ditutup. Zain mengangguk pelan, menjatuhkan perasaan Mira ke dasar jurang paling terdalam.

"Wah! Aku ... benar-benar mendadak speechless mendengarnya, Zain. Haha wah! Aku harus bereaksi seperti apa saat ini padamu? Apakah ini balasanmu padaku, Zain? Aku berjuang untuk kita, bukan untuk diriku sendiri. Aku gak pantas menerima hal seperti ini darimu," balas Mira terdengar lirih. Wajahnya pun tampak pias.

Zain mendesah lelah, dan berkata.

"Kau yakin? Aku tidak pernah meminta kau untuk seperti itu, Mira. Kau menginginkan popularitas bekerja keras, untuk itu. Aku tahu yang terpenting untukmu, lantas kau meminta kita untuk introspeksi diri. Sedangkan di sini yang dibutuhkan bukan itu, Mira. Kau dan aku, kita butuh bicara yang jelas. Ku pikir kalau kau sudah muak dengan hubungan kita. Menghilang tanpa kabar," tukas Zain.

Pria ini pun sebenarnya sudah cukup bersabar dengan sang kekasih, sedari dulu. Yang terpenting bagi Mira adalah popularitas, di atas hubungan mereka. Tak jarang membatalkan janji kencan mereka, hanya untuk sebuah pesta dadakan pada Zain mencintai Mira, itu hal yang pasti. Pria ini bahkan siap menentang sang ayah yang tak suka dengan Mira, membujuk sang kakek agar mau menerima Mira.

Sayangnya Mira sendiri yang meminta untuk mereka berhenti, entah itu kode untuk dirinya berhenti memperjuangkan Mira atau apa. Diperparah oleh surat wasiat untuk warisan keluarga besar mereka, hingga Zain terjepit.

Tidak memiliki pilihan apapun lagi, jangan berpikir Zain tak sempat dilema. Antara melepaskan Mira, perempuan yang ia cintai. Atau melepaskan warisan keluarga, hingga harus memulai semuanya dari nol lagi.

Mira mengigit bibir bawahnya, air matanya jatuh begitu saja. Zain menutup perlahan kelopak matanya, menghela napas kasar. Ia bangkit dari posisi duduknya, melangkah ke arah kaca. Berdiri memunggungi Mira, isak tangis mengalun.

Hati Mira patah, begitu saja karena lelaki ini. Terlambat ia sadari kalau yang terpenting bagi Mira bukanlah ketenaran tapi lelaki yang kini berdiri membelakanginya, kenapa Mira baru tahu sekarang? Setelah lelaki itu menjadi milik perempuan lain.

***

"Oi! Gak pulang?" Ayu menepuk pundak gadis manis itu.

Alya tersentak dari lamunannya, beristighfar kecil. Lalu mengulum senyum, kepalanya mengangguk kecil. Ayu menurunkan telapak tangannya dari bahu Alya, lalu melangkah mendekati pintu loker. Alya mendesah panjang, membuat Ayu melirik ke arah gadis berhijab hitam itu.

"Apa ada masalah? Kau tak pernah menghela napas sampai kayak gitu," tanya Ayu sebelum membalikkan tubuhnya ke arah Alya kembali.

Alya menatap lambat wajah wanita bermata sipit di depannya ini, hatinya kacau. Namun, masalah ini tak bisa ia ungkapkan dengan gamblang pada manusia lainnya. Kepalanya langsung mengeleng kecil, dan menarik kedua sisi bibirnya ke atas.

"Tidak, Mbak. Aku cuma kecapean aja," dusta Alya.

"Nanti saat uang gajiannya masuk, kau gak akan merasa capek lagi, Alya. Kerja di sini gajinya lumayan gede daripada tempat lain, kau bisa ke tempat pijet. Dengan uang itu," balas Ayu.

Alya hanya tersenyum dan mengangguk, Ayu pamit lebih dulu. Meninggalkan Alya di ruangan ganti sendirian, Alya mendesah letih. Ia meraih tas yang ia bawa keluar dari ruangan dengan kedua sisi bahu yang jatuh, lalu lagi-lagi mendesah kasar.

"Bu Alya!"

Seruan dari arah belakang dengan derap langkah kaki mendekati Alya, membuat sang empunya nama berhenti.

"Eh, Pak Budi. Ada apa, Pak?" tanya Alya sopan.

Pandangan matanya tertunduk menatap lantai, kantor sudah agak mulai sepi. Hanya beberapa orang yang hilir mudik di sana, Budi berhenti dengan jarak yang cukup jauh. Mengingat Budi pernah sedikit dekat dengan nyonya mudanya ini, dengan cepat Alya yang mundur menjauh.

"Pak Zain menunggu di basemen kantor, katanya mau mengajak Bu Alya pulang bersama," jelasnya pada Alya.

Alya mengerutkan pangkal hidungnya, mendengar Zain meminta untuk pulang bersama. Tumben sekali, ada apa dengan pria itu? Ingin bertanya. Rasanya tidak mungkin bertanya pada supir pribadi sang suami.

"Bapak kembalilah dulu, aku akan menyusul," balas Alya menyetujui.

Budi mengangguk.

"Baik, Bu!"

Budi membalikkan tubuhnya terlebih dulu, sebelum melangkah meninggalkan Alya. Kepala Alya terangkat, ia melirik ke arah kanan dan ke kiri. Sebelum melangkah mengikuti langkah kaki Budi, pria berusia 40 tahun itu cukup jauh jaraknya dari Alya.

***

1
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!