Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Warning
Kanaya menutup pintu apartemennya. Satu tangannya masih digenggam hangat oleh tangan Galan sejak dia turun dari mobil. Bercanda-canda tadi sepanjang jalan dan Kanaya berusaha biasa-biasa saja. Dia juga tidak menutupi rasa kerinduannya yang sekarang mungkin bercampur dengan rasa sakit dan hancur.
"Aku mandi dulu ya, Galan." Kanaya mengecup pipi Galan dan meletakkan tas dia di atas meja. Galan tersenyum kecil melepaskan halus tangan Kanaya dengan sorot mata yang tidak lepas memandang calon istrinya itu.
Galan ikut masuk ke dalam kamar melihat Kanaya yang ingin masuk ke dalam kamar mandi. Dia langsung meraih tangan Kanaya dan menarik ke sisinya.
"Mandinya nanti aja sayang." Galan merangkul pinggang Kanaya sehingga membuat dia semakin mendekap ke sisinya.
"Aku udah kotor ah mau mandi dulu." Kanaya berusaha melepaskan rangkulan Galan yang belum melepaskan rangkulannya.
"Yaudah mandinya nanti sama aku aja sayang." Galan tersenyum kecil dan langsung memangsa bibir Kanaya.
Baru saja Kanaya ingin menyanggah kata-kata Galan tapi dengan senang hati dia langsung menyantap bibir manis Kanaya yang sudah sangat dia rindukan dari dua minggu lagi. Dari dua kemarin dia hanya bisa mencium Kanaya di dalam mobil dengan waktu yang tidak bebas. Dan sekarang dia sangat ingin membalaskan semua rasa yang dia tahan untuk melampiaskan kerinduannya.
Galan semakin melumatkan bibir Kanaya dengan kelembutannya. Irama dia mulai dinaikkan sedikit agresif dengan memakan rakus bibir bawah dan bibir atasnya secara bergantian. Balasan ciuman Kanaya membuat rasa gairah Galan semakin meningkat dan meninggi. Galan mendorong Kanaya ke atas tempat tidur.
"I love you, Kanaya sayangku." ucap Galan tersenyum.
Kanaya tersenyum kecil mendengar ungkapan perasaan Galan yang selalu menyentuh hatinya. Tapi perempuan yang Kanaya lihat tadi sama sekali tidak bisa dilepaskan dari dalam pikirannya meski Galan berada di hadapan dia. Sentuhan tangan Galan dan ciuman mesra dari Galan terhadap perempuan tadi masih jelas dalam pikiran Kanaya. Rasanya masih terasa seperti mimpi.
Kanaya menarik Galan yang berada di atas setengah tubuh dia. Menyantap bibir Galan dengan penuh kehancuran dan rasa kerinduan yang telah sirna, tapi itu semua tidak menutup perasaan sayang dia selama ini. Tangan Galan menjalar-jalar ke pakaian Kanaya dan mulai membuka kancing bajunya. Membuat kancing baju Kanaya terbuka sehingga tersingkap tubuh dia yang sangat wangi dan mulus.
Hawa nafsu Galan semakin menggelora untuk menikmati tubuh Kanaya. Tapi dia tetap bermain pelan agar bisa berlama-lama dalam menikmati setiap inchi tubuh Kanaya yang selalu dia rindukan. Galan melepaskan ciumannya dan mulai menyambar ke arah leher Kanaya. Dia mulai bermain di setiap lekukan indah leher Kanaya yang selalu membuatnya semakin candu. Tidak lupa! Galan juga melepaskan pakaian Kanaya dan melepaskan pengait branya sehingga tampak jelas tubuh Kanaya yang sudah tanpa sehelai kain pun sekarang.
Kanaya mulai mengeluarkan suara karena merasakan gigitan-gigitan Galan yang sudah semakin liar di daerah sensitif dia yaitu bagian dada miliknya. Tangan kiri Galan juga bermain lembut dengan permianan mulut di bagian sebelah kanan miliknya.
Tangan Kanaya mulai meremas sprei saat permainan Galan yang menjadi liar dengan memainkan lidah tak bertulangnya.
Kanaya semakin meringis dengan meremas kuat sprei saat jari tangan Galan yang masuk ke dalam persinggahan milik Kanaya. Jari tangan Galan memutar-mutar sambil terus mengecup leher Kanaya tanpa henti. Nafas Kanaya mulai tidak beraturan merasakan irama jari-jari Galan yang dimainkan dengan cepat di dalam harga diri yang telah dia lepaskan pada orang yang dia percayai mengisi kehidupannya tanpa batas waktu.
Permainan yang dilakukan sebagai awal pemanasan atas hubungan mereka. Galan tersenyum dan mengecup bibir Kanaya yang masih mengatur nafas dia. Dia mulai membuka pakaian dan celananya. Galan kembali memainkan Kanaya sampai tengah malam.
***
Kanaya masih sibuk melihat hp Galan yang daritadi berada di tangannya. Hp Galan yang selalu sengaja dia tinggalkan bahkan tidak pernah marah ketika Kanaya mau membuka hp Galan. Lagian selama ini Galan juga tidak pernah menyembunyikan apapun setiap membuka hpnya. Dia selalu bilang jika ada chat atau yang menghubungi dirinya saat berada di depan Kanaya. Maka dari itu Kanaya sedang mengecek hp Galan saat dia masih di dalam kamar mandi.
Sama sekali tidak ada hal yang mencurigakan dari awal Kanaya melihat hp Galan. Bahkan chat Kanaya juga tidak pernah Galan hapus sekali pun. Kanaya sempat menscroll-scroll chat Kanaya sejak awal. Dan Galan benar-benar tidak menghapusnya sama sekali. Kanaya tersenyum kecil melihat isian chat yang pernah dia kirim buat Galan. Jawaban yang masih seadanya dan malah kadang Kanaya tidak membalas chat dari Galan.
Tapi selang berapa minggu kemudian, Kanaya mulai mencoba menanggapi Galan yang dinilainya cukup baik. Galan memang perhatian dan mampu membuat hati Kanaya selalu nyaman saat berbicara dengan dirinya. Masih ada juga foto yang Kanaya kirimkan saat dia berada di coffee shop. Waktu itu Galan bertanya kalau Kanaya lagi ada di mana dan Kanaya langsung mengirimkan minuman yang berada di coffe shop. Eh sepuluh menit kemudian Galan sudah berada di tempat coffe shop yang sama. Rupanya dia menghampiri Kanaya tanpa mikir panjang dan memulai obrolan sekitar dua jam lebih.
Kanaya benar-benar rindu masa awal dia berhubungan dengan Galan. Cowok yang sangat dia hargai dan mampu menjaga perasaannya. Tapi sekarang rasanya menjadi sirna mengingat perempuan yang di datangi Galan tadi dan mungkin setiap hari tanpa Kanaya tahu.
Dia masih sangat penasaran siapa perempuan tadi. Kanya mencari semua yang ada di hp Galan. Mulai dari kontak hp, aplikasi semua chat sampai galery hp. Tidak ada satu pun yang mencurigakan. Malah banyak banget foto-foto Kanaya yang berada di hp Galan. Semua terlihat sangat rapi seperti biasanya.
Kanaya yakin kalau Galan pasti memiliki hp dua karena tidak mungkin kalau Galan tidak berkomunikasi dengan perempuan tadi. Tidak akan pernah bisa setiap orang yang berselingkuh tidak menghubungi perempuan selingkuhannya. Tapi masalahnya dimana Galan selalu menyembunyikan hp yang satu lagi selama ini? Kanaya menghela nafas dan bersandar di sandaran tempat tidur.
Dia benar-benar pusing melihat sikap Galan yang tidak memiliki celah untuk menyimpan perempuan lain di belakang dia. Galan yang selalu menghubungi dia setiap saat, Galan yang selalu menemui dia setiap hari, Galan yang selalu makan siang bersama dia, Galan yang hampir setiap hari bertemu dengan dia dan Galan yang selalu video call setiap dia memiliki waktu isturahat. Bagaimana bisa perempuan tadi mendapatkan perhatian Galan yang mungkin hanya setengah dari dirinya. Mungkin juga tidak setengah tapi hanya sebagian kecil aja.
Semua pertanyaan sangat menusuk pikiran Kanaya daritadi. Bahkan hubungan di atas tempat tidur menyimpan luka walau dia masih menikmatinya. Kanaya benar-benar frustasi sata mengetahui Galan yang memiliki hubungan lain bersama perempuan.
"Lagi ngapain sayang?" tanya Galan yang sudah keluar dari kamar mandi. Rambut yang sedikit basah dengan aroma maskulinnya terpancar jelas. Dia mengenakan kaos putih polos dan celana Marks & Spencer waffle joggers greynya.
"Lagi liat-liat hp kamu." Kanaya tersenyum kecil melihat Galan yang naik ke atas tempat tidur dan ikut bersandar di sebelah dia. Galan mengecup rambut Kanaya dan merangkul ke sisinya sehingga kepala Kanaya bersandar di dada Galan.
"Ada yang hubungin dari kantor?" Galan sekilas melihat hp dia yang masih berada di tangan Kanaya. Dia melihat Kanaya yang mengutak-atik hpnya.
"Nggak ada. Emang nggak boleh liat aja?" Kanaya sedikit merengut.
"Dihhh sensi banget sih orang nanya aja." Galan tertawa kecil sambil mengacak-acak rambut Kanaya.
"Kamu nggak mau punya hp dia?" Kanaya bertanya sekaligus memancing.
"Ngapain punya hp dua? Bikin ribet ah." Galan mengambil remote tv dan menyalakan tv. Melihat apakah ada acara bola malam ini.
"Ya siapa tau aja itu justru mudahin kamu biar nggak ganggu pekerjaan kamu. Jadi satu emang urusan buat kantor dan satu khusus buat orang terdekat aja. Jadi kalo kamu lagi nggak mau diganggu sama orang-orang kantor kan kamu bisa matiin hp kamu tapi kamu tetap bisa kontak sama orang terdekat kamu." jelas Kanaya setengah mendongak sambil mengamati reaksi Galan.
"Iya juga ya sayang. Tapi coba aku pikirin ya nanti soalnya aku ribet kalo punya hp dua gitu kan kamu tau aku suka sama yang simple-simple." Galan masih sibuk mencari-cari acara bola yang mau dia tonton.
Kanaya sempat terdiam sejenak. Dia juga tahu kalau Galan tidak suka sesuatu hal yang meribtkan hidupnya. Contohnya kemana-mana dia hanya membawa card untuk segala pembayaran dia. Galan paling malas bawa sesuatu yang memenuhi tangannya kecuali kalau dia mau ke rumah Natha dengan segudang bawaan makanan buat Natha dan sang suami. Tapi rasnaya tidak untuk Natha aja sekarang karena Kanaya juga melihat dia membawakan banyak makanan buat perempuan tadi. Pasti Galan sengaja membawakan perempuan itu banyak makanan buat orang tua perempuan itu juga.
Tapi kalau Galan merasa ribet memiliki hp dua, kenapa juga dia bisa memiliki dua orang perempuan sekaligus. Bahkan rasanya Galan sangat terbiasa dalam melakukannya. Meski Kanaya tidak tahu apa masa lalu Galan sepenuhnya karena bagi Kanaya masa lalu adalah sebuah masa lalu. Tapi Kanaya selalu percaya apa yang diceritakan oleh Galan dari awal dengan segala bukti yang sesungguhnya.
"Oke. Tapi aku nggak akan masalahin kok kalo kamu emang mau punya hp dua nantinya. Asal nggak boleh chat-chat sama cewek lain." Kanaya sedikit mengancam dengan tatapan seriusnya. Dia beranjak dari sandaran dada Galan dan duduk menghadapnya. Melihat Galan yang tertawa kecil mendengar Kanaya yang lucu kalau lagi bawel.
"Iya sayang aku kan emang nggak pernah chat sama cewek mana pun. Kamu juga tau kalo aku chat cewek pasti temen kantor yang kamu udah tau juga." Galan menenangkan dengan nada lembutnya. Setiap teman kantor yang perempuan pasti Kanaya tahu karena mengingat Kanaya yang juga sering datang ke tempat kerja Galan.
"Bener?" Kanaya memastikan meski dia tahu kalau Galan menjadi sangat pandai berbohong.
"Iya calon istriku." Gakan mencubit kecil pipi Kanaya dengan gemasnya.
"Aku minta sesuatu nggak kalo udah jadi istri kamu nanti."
"Apapun pasti akan aku kasih." Galan tersenyum dengan segala keyakinannya. Betapa inginnya dia membahagiakan seorang Kanaya dalam hidupnya. Tidak akan dia biarkan Kanaya merasakan sedih atau pun ingin menyakitinya.
"Aku mau kamu selalu setia sama aku, Galan. Karena aku nggak akan pernah mentolerir sedikit pun tentang orang ketiga di tengah hubungan kita apapun masalahnya!" tegas Kanaya dengan tatapan seriusnya.
Galan tersenyum mendengar ucapan Kanaya yang sudah pasti akan dia tepati. Hanya Kanaya seorang di dalam hatinya. Tidak pernah mau siapapun lagi.
"Aku nggak akan pernah mengkhianati kamu, Kanaya. Cuma kamu yang ada di dalam hati dan pikiran aku sebagai perempuan yang sangat istimewa."
"Aku percaya kamu, Galan. Karena kalo sampai satu kali aja aku tau kamu ngekhianatin aku. Aku nggak akan segan-segan buat pergi jauh dari hidup kamu. Dan aku nggak akan pernah peduli dengan segala permohonan maaf kamu untuk kesempatan kedua! Karena nggak akan ada kesempatan yang sama untuk pengkhianat yang merusak kepercayaan seseorang! Jadi aku harap kamu bisa pergunain satu kesempatan itu dengan sebaik-baiknya!"
Galan terdiam sejenak mendengar peringatan yang Kanaya lontarkan sekali lagi. Nada yang tajam dengan segala intonasi ketegasan dari dirinya.
***